Mohon tunggu...
puput alawiyah
puput alawiyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resume novel ''Negeri 5 Menara''

23 Agustus 2015   10:18 Diperbarui: 23 Agustus 2015   10:18 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Keenam bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Madani ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Alif mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.

Namun salah satu dari keenam bersahabat tersebut yaitu Baso terpaksa harus keluar dari pesantren. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.

Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke enam santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Madani, Jawa Timur.

Belajar di pesantren bagi Alif ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, ”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjujung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil.

4.Kelebihan buku :

 Banyak pengalaman menarik dalam novel ini yang seolah membawa pembaca juga ikut penasaran dalam kehidupan pesantren yang dijalankan tokoh utama ditambah pembaca dapat menambah pengetahuan tentang kehidupan pesantren, bahwa di pesantren kegiatannya tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama saja, ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian pun juga diajarkan. Serta mampu menginspirasi generasi muda zaman sekarang untuk tidak pernah takut bermimpi dalam meraih cita-cita.

 5.Kelemahan buku :

*penggambaran  masing-masing tokoh masih kurang jelas kecuali tokoh utama lalu penulis kurang menonjolkan ketegangan di setiap konflik di novel ini.

*ada beberapa kalimat dalam buku menggunakan bahasa arabnya tetapi tidak di terjemahkan membuat orang tidak mengerti artinya

 

6. Saran:

Novel ini sangat inspiratif tapi, sebaiknya memperjelas konflik yang ada di dalam novel tersebut serta memberikan terjemahan dalam bahasa indonesia pada kalimat yang menggunakan bahasa arabnya agar pembaca dapat mengerti.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun