Mohon tunggu...
PUPUT DYAH LESTARI
PUPUT DYAH LESTARI Mohon Tunggu... Lainnya - HALLO SEMUA

MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH/UNNES'20

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Effective Education

30 November 2020   18:04 Diperbarui: 30 November 2020   18:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Current condition atau kondisi pendidikan Indonesia saat ini, masih di skor paling rendah berdasarkan data dari PISA

Wordwide Rangking. Dengan minat literasi berada pada urutan ke 74 dari 79 negara, kemudian numerasi (matematika) diposisi

78 dan sains berada diurutan 71, dari data tersebut Indonesia masih sangat terbelakang dalam persoalan pendidikan. 

Dapat dikatakan masih dibawah China, Singapura dan Australia.

Apakah alasan yang mendasari hal tersebut?

1. Low Invesment on Character Building

yaitu masih kurang nya pendidikan karakter, pemberlakukan senioritas yang berujung kekerasan. Bullying yang masih terus terjadi. 

Serta peran BK dalam sekolah yang keliru karena banyak anak yang merasa takut ketika berhadap dengan guru BK untuk menceritakan 

keluh kesah mereka. Karena dianggap bermasalah saat akan berdiskusi, Seharusnya justru para siswa harus dekat dengan guru BK 

agar mampu berdiskusi membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, membentuk komunikasi yang baik serta saling sharing masalah atau hal lain.

Karakter mampu terbentuk dengan baik apabila terjalin kerjasama yang baik antara siswa, lingkungan sekolah serta lingkungan tempat tinggal 

yang dekat dengan keseharian siswa.

2. Minimum Support on Original Thinking

Sistem penilaian kita yang masih menerapkan opsional (konsep lama) pilihan ganda dimana para siswa bisa saja asal pilih dalam memilih jawaban

dengan menghitung kancing baju misalnya. Nah, sudah seharusnya kita menilai konsep pemahaman yang benar dari siswa, seperti mengedepankan

deskripsi jawaban, yang akan menumbuhkan banyak original thiking dari para siswa.

3. Final exam as the only Assessment tool

Ujian dijadikan jalan ninja, bukan maksutnya adalah ujian dijadikan final atau akhir dari pembelajaran padahal belum tentu siswa dalam kondisi

baik saat pelaksanaan ujian akhir. Dan nilai dari ujian akhir tidak bisa digunakan sebagai bentuk capaian akhir siswa. 

Seperti kata mas menteri pendidikan (NadiemMakarim) "I am sorry but the word doesn't need childern who are good at memorize"

Jadi guru tidak hanya melakukan penilaian based on  text book, serta murid tidak dituntut untuk hafal namun mampu memaparkan suatu konsep.

Program Education Refrom dari Kemendikbud yaitu Merdeka Belajar sangat baik sekali mulai dari; tidak diberlakukan nya ujian, nilai diambil

dari luar sekolah pula, seperti mengikuti lomba dalam pembuatan papper, riset atau karya tulis. School zones yang mungkin menjadi

 pro kontra namun apabila terus diberlakukan dan dikaji ulang tiap tahun pelaksanaannya, maka sistem ini akan menghasilkan

 pemerataan pendidikan dan tidak ada lagi istilah sekolah favorit.

Namun tetap saja yang nama nya sebuah sistem tidak dengan mudah dan cepat terwujud perlu waktu dan kerjasama serta tanggung jawab yang 

berkesinambungan antara pemerintah, guru, siswa, dan orang tua siswa.

4. School need to apply active learning

Aktif dalam diskusi, aktif dalam pembelajaran, jangan hanya menjadi pendengar yang banyak disuapi oleh guru, siswa harus jadi mandiri.

Dan yang masih sering kali terjadi dalam dunia persekolahan adalah men "judge" men anak-anak ambis, justru seharusnya kita terpacu pula

untuk berprestasi, dan guru juga jangan mudah tersinggung apabila anak-anak banyak bertanya, justru itu adalah bentuk dari keaktifan

dan pengembangan kepercayadiriaan.

Mungkin dengan sering menerapkan program presentasi individu yang akan lebih melatih public speaking mereka. Atau bisa juga dengan 

kerja kelompok yang memunculkan kolaborasi, bukan sekedar nitip nama. Disini peran guru sebagai fasilitator dalam diskusi.

Kemudian sebagai anak muda harus mulai mengubah mindset menjadi growth mindset, kritis, tertarik mencoba hal-hal baru, tak kenal menyerah.

Serta harus menerapkan 4C'S yaitu:

- Communication ( sharing thought, question, ideas solution)

- Collaboration (working together experience)

- Critical Thinking (Looking the problems and can give a solution)

- Creativity (trying new something)

Diera sekarang ini Digital Transformation on Education sangat efektif dilakukan yaitu;

-Digitalization is investable in pandemic corona virus and PJJ (Pembelajaran jarak jauh)

-Technologi is an equalizer for education access quality 

-Edteech start up's role (aplikasi belajar online)

At last, Effective learning necessarily needs effective collaboration

School- Perents- Teacher- Student.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun