Current condition atau kondisi pendidikan Indonesia saat ini, masih di skor paling rendah berdasarkan data dari PISA
Wordwide Rangking. Dengan minat literasi berada pada urutan ke 74 dari 79 negara, kemudian numerasi (matematika) diposisi
78 dan sains berada diurutan 71, dari data tersebut Indonesia masih sangat terbelakang dalam persoalan pendidikan.Â
Dapat dikatakan masih dibawah China, Singapura dan Australia.
Apakah alasan yang mendasari hal tersebut?
1. Low Invesment on Character Building
yaitu masih kurang nya pendidikan karakter, pemberlakukan senioritas yang berujung kekerasan. Bullying yang masih terus terjadi.Â
Serta peran BK dalam sekolah yang keliru karena banyak anak yang merasa takut ketika berhadap dengan guru BK untuk menceritakanÂ
keluh kesah mereka. Karena dianggap bermasalah saat akan berdiskusi, Seharusnya justru para siswa harus dekat dengan guru BKÂ
agar mampu berdiskusi membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, membentuk komunikasi yang baik serta saling sharing masalah atau hal lain.
Karakter mampu terbentuk dengan baik apabila terjalin kerjasama yang baik antara siswa, lingkungan sekolah serta lingkungan tempat tinggalÂ
yang dekat dengan keseharian siswa.
2. Minimum Support on Original Thinking
Sistem penilaian kita yang masih menerapkan opsional (konsep lama) pilihan ganda dimana para siswa bisa saja asal pilih dalam memilih jawaban
dengan menghitung kancing baju misalnya. Nah, sudah seharusnya kita menilai konsep pemahaman yang benar dari siswa, seperti mengedepankan
deskripsi jawaban, yang akan menumbuhkan banyak original thiking dari para siswa.
3. Final exam as the only Assessment tool
Ujian dijadikan jalan ninja, bukan maksutnya adalah ujian dijadikan final atau akhir dari pembelajaran padahal belum tentu siswa dalam kondisi
baik saat pelaksanaan ujian akhir. Dan nilai dari ujian akhir tidak bisa digunakan sebagai bentuk capaian akhir siswa.Â
Seperti kata mas menteri pendidikan (NadiemMakarim) "I am sorry but the word doesn't need childern who are good at memorize"
Jadi guru tidak hanya melakukan penilaian based on  text book, serta murid tidak dituntut untuk hafal namun mampu memaparkan suatu konsep.
Program Education Refrom dari Kemendikbud yaitu Merdeka Belajar sangat baik sekali mulai dari; tidak diberlakukan nya ujian, nilai diambil
dari luar sekolah pula, seperti mengikuti lomba dalam pembuatan papper, riset atau karya tulis. School zones yang mungkin menjadi
 pro kontra namun apabila terus diberlakukan dan dikaji ulang tiap tahun pelaksanaannya, maka sistem ini akan menghasilkan
 pemerataan pendidikan dan tidak ada lagi istilah sekolah favorit.
Namun tetap saja yang nama nya sebuah sistem tidak dengan mudah dan cepat terwujud perlu waktu dan kerjasama serta tanggung jawab yangÂ
berkesinambungan antara pemerintah, guru, siswa, dan orang tua siswa.
4. School need to apply active learning
Aktif dalam diskusi, aktif dalam pembelajaran, jangan hanya menjadi pendengar yang banyak disuapi oleh guru, siswa harus jadi mandiri.
Dan yang masih sering kali terjadi dalam dunia persekolahan adalah men "judge" men anak-anak ambis, justru seharusnya kita terpacu pula
untuk berprestasi, dan guru juga jangan mudah tersinggung apabila anak-anak banyak bertanya, justru itu adalah bentuk dari keaktifan
dan pengembangan kepercayadiriaan.
Mungkin dengan sering menerapkan program presentasi individu yang akan lebih melatih public speaking mereka. Atau bisa juga denganÂ
kerja kelompok yang memunculkan kolaborasi, bukan sekedar nitip nama. Disini peran guru sebagai fasilitator dalam diskusi.
Kemudian sebagai anak muda harus mulai mengubah mindset menjadi growth mindset, kritis, tertarik mencoba hal-hal baru, tak kenal menyerah.
Serta harus menerapkan 4C'S yaitu:
- Communication ( sharing thought, question, ideas solution)
- Collaboration (working together experience)
- Critical Thinking (Looking the problems and can give a solution)
- Creativity (trying new something)
Diera sekarang ini Digital Transformation on Education sangat efektif dilakukan yaitu;
-Digitalization is investable in pandemic corona virus and PJJ (Pembelajaran jarak jauh)
-Technologi is an equalizer for education access qualityÂ
-Edteech start up's role (aplikasi belajar online)
At last, Effective learning necessarily needs effective collaboration
School- Perents- Teacher- Student.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H