[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Sangiran"][/caption]
Sebenarnya agak tergelitik dengan istilah pribumi. Apa sih maksudnya pribumi itu? Karena selama ini banyak orang dari suku tertentu mengaku sebagai pribumi. Jika pribumi itu adalah penduduk yang menempati suatu wilayah tertentu, tahukah Anda bahwa penghuni pertama Pulau Jawa sudah punah, sedangkan penghuni Pulau Jawa sekarang adalah keturunan pendatang dari China Selatan?
Pada tahun 1996, Sangiran telah diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sebagai salah satu warisan dunia (World Heritage Site). Kita patut berbangga dan wajib merawatnya karena Sangiran tak hanya sekedar tempat wisata, namun juga salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Museum Sangiran
Di Sangiran terdapat museum untuk memajang fosil manusia purba, hewan purba, dan peninggalan-peninggalan purba lainnya sehingga kita tidak perlu lagi mengelilingi Sangiran yang luas untuk melihat warisan purba ini. Museum yang grand opening-nya baru 15 Desember 2011 ini sangat bersih, megah, modern, ber-AC, dan murah pula. Saya saja sampai kagum, kok bisa ada museum sebagus ini di daerah yang lokasinya 1 jam dari pusat kota (Solo). Teman saya sampai bilang, kualitas museum ini sama bagusnya dengan museum di luar negeri sana. Semoga tetap terawat sampai selamanya ya...
Museum Sangiran dibangun dengan sangat profesional. Display benda purbakala disajikan secara modern, menarik, dan atraktif. Barang yang dipajang pun di sertai dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sehingga, selain menyaksikan fosil purba, wisatawan pun dapat belajar sejarah peninggalan purba tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="269" caption="Gerbang Museum Sangiran"]
Gunung Berapi Purba
Museum Sangiran dibangun di atas tanah purba berusia 1,8 juta tahun. Lapisan tanah ini terbentuk dari lahar purba hasil erupsi Gunung Lawu purba pula.
Pada awalnya, bentuk lapisan sedimen tanah adalah mendatar. Karena tenaga endogen dari dalam bumi dan tenaga eksogen dari endapan itu sendiri, lapisan sedimen ini terangkat dan membentuk kubah. Kubah ini mengangkat banyak sekali fosil-fosil purba yang sebelumnya tersimpan di perut bumi. Dari sinilah terkuak kehidupan purba di sekitar kubah Sangiran.
Homo Erectus
[caption id="" align="aligncenter" width="158" caption="Homo Erectus, yang dianggap sebagai missing link evolusi manusia"]
Homo Erectus merupakan manusia penjelajah utama di dunia. Spesies ini mampu menyebar di seluruh dunia dan mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen. Di Indonesia, Homo Erectus ini mengalami 3 kali evolusi; Homo Erectus Archaic (hidup 1,5 juta tahun lampau), Homo Erectus Tipikal (hidup 0,9-0,3 juta tahun lampau), dan Homo Erectus Progresif (hidup 0,2-0,1 juta tahun lampau). Tipe Archaic mempunyai kapasitas otak 870cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran dan Perning (Mojokerto). Tipe Tipikal mempunyai kapasitas otak 1000cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran, Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan Semedo (Tegal). Tipe progresif mempunyai kapasitas otak 1000cc dan fosilnya ditemukan di luar Sangiran, yaitu di Ngandong (Blora), Sambungmacan (Sragen), dan Selopura (Ngawi).
Megantropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Soloensis yang dulu ada di buku sejarah kita, sekarang masuk ke dalam kategori Homo Erectus ini. Hanya Homo Erectus di Afrika yang mampu berevolusi menjadi Homo Sapiens, sedangkan Homo Erectus di Indonesia punah akibat tidak mampu menghadapi perubahan lingkungan.
Hingga saat ini, telah ditemukan 100 individu fosil spesies ini di Sangiran. Jumlah ini mewakili lebih dari setengah populasi Homo Erectus di Dunia. Membanggakan ya... (Gambar)
Binatang Laut Purba
Zaman sekarang, Sangiran terletak sangat jauh dari laut. Bahkan letaknya pun di tengah-tengah daratan Pulau Jawa. Namun, di Sangiran banyak ditemukan fosil-fosil hewan laut purba. Nah... Sangat aneh bukan? Mungkin jaman dahulu, Sangiran merupakan dasar laut yang terangkat naik menjadi daratan. (Gambar)
Gajah Sangiran
Terdapat 3 jenis gajah di Sangiran, Mastodon, Stegodon, dan Elephas. Mastodon adalah gajah paling primitif di Sangiran dengan gading yang panjang dan tubuh yang lebih pendek. Demikian pula halnya Stegodon, gading gajah purba ini pun juga sangaaat panjang sekali dengan bentuk yang melengkung. Hal ini nampak pada fosil gading yang dipajangkan di museum ini. Sedangkan Elephas adalah gajah modern dengan gading yang pendek. Bentuknya Elephas ini sama lah kayak gajah-gajah yang ada di kebun binatang. (gambar)
Buaya Sangiran
Buaya yang pernah hidup di Sangiran adalah buaya dari famili Gavialidae dan Crocodylidae. Contoh spesies buaya dari famili tersebut yang pernah mendiami Sangiran adalah Gavialis Bengawanensis.
Binatang Bertanduk Purba
Binatang-binatang ini antara lain Banteng Purba (Bibos Paleosondaicus), Rusa Purba (Cervus Hippelaphus), dan Kerbau Purba (Bubalus Paleokarabau). Binatang-binatang bertanduk ini hidup antara tahun 700.000-300.000 tahun yang lalu. (Gambar)
Harimau Purba
Padang rumput sabana yang luas di Sangiran merupakan habitat bagi Harimau Purba (Panthera Tigris) zaman dulu kala. Bentuk hewan purba ini tak banyak perbedaan dengan harimau modern.
Badak Purba
Badak Purba (Rhinoceros Sondaicus) juga mendiami padang rumput Sangiran 700.000 tahun lampau. Dengan nama spesies yang sama, apakah badak ini juga satu jenis dengan badak bercula satu Ujung Kulon?
Babi Purba
Babi purba (Sus Sp.) ini mirip sekali dengan babi hutan. Mereka mempunyai taring yang mencuat ke atas sangat panjang.
Kudanil Purba
Kundanil purba (Hippopotamus sp. dan Hexaprotodon) ini hidup sekitar 1, 2 juta tahun yang lalu di Sangiran. Kok spesies binatang di Sangiran ini banyak yang mirip binatang di Afrika ya? (Gambar)
So, menjadi bagian dari sejarah zaman purba dunia merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Tinggal bagaimana kita melestarikannya agar anak cucu kita masih dapat melihat apa yang kita lihat sekarang.
Sumber: Kunjungan langsung ke Museum Purbakala Sangiran
Follow:
Twitter : @puppytraveler
Instagram: @puppytraveler
Facebook: Puppy Traveler
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H