[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Sesaat sebelum landing di San Jose, California"][/caption]
Rencana pemberlakuan tarif terendah tiket pesawat akhir-akhir ini sangat menggelitik saya untuk menulis ini. Hari biasa saja harga tiket peswat terbang sudah lumayan murah, paling tidak jika dibandingkan dengan harga tiket pesawat di Amerika Serikat. Kita lihat yuk beberapa perbedaan naik pesawat di Indonesia dan di Amerika Serikat.
1. Bandara
Bandara di Amerika Serikat rata-rata sangat megah, fasilitas lengkap, dan telah dilengkapi dengan garbarata/airbridge. Tak pernah sekalipun ada kesempatan bagi saya narsis di depan pesawat karena turun pesawat selalu melalui lorong garbarata. Hampir semua bandara mempunyai toilet yang bersih, mempunyai tap water (air minum melalui keran mirip wastafel), colokan listrik, dan wifi gratis dengan kecepatan internet yang cepat. Untuk desain luarnya, rata-rata bandara di Amerika mempunyai desain yang kaku dan membosankan. Mungkin mereka lebih mementingkan fungsi dan pelayanan dibanding sisi estetika. Tak perlu membayar airport tax pula karena sudah termasuk di harga tiket pesawat.
Bandara di Indonesia masih beragam dalam hal fasilitas. Ada yang mempunyai garbarata, ada yang masih belum. Malah lebih sering turun dari pesawat masih melalui tangga. Capek. Namun demikian, desain luar bandara-bandara baru di Indonesia keren-keren, glassy, dan futuristik. Beberapa bandara telah dilengkapi dengan toilet yang bersih dan wangi, sebagian besar sisanya masih jorok! Airport tax? Baru saja kemarin dua maskapai yang memasukkan airport tax ke harga tiket, eh sekarang tinggal satu doang
2. Sistem Check In
Di Amerika Serikat, 24 jam sebelum keberangkatan kita diberitahu untuk online check in melalui website resmi maskapai. Di bandara pun juga telah disediakan banyak mesin self check in, sehingga penumpang yang tidak membawa bagasi tidak perlu mengantri di depan counter check in.
Di Indonesia, web check in benar-benar tidak disosialisasikan dengan serius sehingga timbul keraguan mendingan check in di counter saja kali ya. Bahkan seringkali error sewaktu web check in. Dan penumpang yang tidak membawa bagasi pun harus mengantri lama di belakang penumpang yang check in membawa bagasi. Tak banyak maskapai yang menyediakan mesin self check in sih.
3. Security Check/Baggage Screening Di Indonesia, prosedur keamanan di bandara dilakukan berkali-kali. Sewaktu masuk ke counter check in diperiksa, masuk ke boarding room diperiksa lagi. Rempong banget! Bandara-bandara baru seperti Bandara Sepinggan Balikpapan memang sudah memberlakukan hanya sekali security check saja sewaktu masuk ke ruang boarding. Prosedur security check-nya pun lebih longgar. Kita tak perlu melepas sepatu, membawa minuman ke kabin tidak masalah, di kantong terdapat koin/besi pun juga tidak masalah. Paling hanya ditanyai oleh petugas saja.
Di Amerika Serikat, prosedur keamanan cukup sekali sewaktu masuk ke ruang boarding. Namun, prosedur pemeriksaan sangat ketat dan sangat lama. Kita harus melepas jaket, melepas sepatu, sabuk, menaruh semua koin, jam tangan, dan benda-benda yang terbuat dari logam di dalam tas, serta tidak boleh membawa cairan ke kabin di atas 100ml! Di Indonesia masih boleh kan ya? Sekali ketahuan membawa benda/benda logam tersebut, kita bakal ditanya belibet oleh petugas bandara. Bahkan teman saya pernah diinterogasi di ruangan khusus hanya gara-gara masalah seperti ini.
4. Saat boarding/masuk ke dalam pesawat
Di Indonesia, siapa paling duluan masuk antrian, dia yang duluan masuk ke dalam pesawat. Setelah, penumpang kelas bisnis tentu saja. Meskipun demikian, sering kok barang bawaan masih cukup masuk ke bagasi kabin walaupun kita di urutan terakhir dalam antrian.
Di Amerika Serikat, prioritas pertama yang masuk pesawat adalah manula, orang dengan disabilitas (cacat badan), orang yang membawa anak-anak, dan penumpang kelas bisnis. Ya memang mereka seharusnya berhak mendapat prioritas khusus. Prioritas selanjutnya adalah penumpang yang mempunyai member khusus dan penumpang yang membayar kursi prioritas. Ini yang bikin kesel. Akibatnya adalah, penumpang yang biasa-biasa saja dan tidak rela membayar kursi prioritaspun mendapat giliran paling akhir masuk ke dalam pesawat. Apalagi penumpang di sana kalau membawa barang ke kabin selalu banyak, sehingga sering barang saya tidak bisa masuk bagasi kabin dan harus diletakkan di bawah kursi. Money talks!
5. Pramugari/Pramugara
Di Indonesia, pramugari/pramugara dipilih dari pemuda-pemudi yang mempunyai penampilan menarik. Merekapun ramah terhadap penumpang. Rasanya senang melihat mereka berseliweran di dalam pesawat. Cuci mata. Ya nggak? hehehe
Di Amerika Serikat, rata-rata pramugari/pramugara yang saya temui adalah orang-orang yang berusia setengah baya. Bahkan, tak jarang nenek-nenek atau kakek-kakek yang menjadi pramugari. Jangan mengharap senyum manis dari mereka, juteknya minta ampun. Di bandara, ketika segerombolan pramugari dari maskapai Asia lewat, selalu menjadi pusat perhatian karena penampilan fisik mereka yang cantik-cantik. Kalau pramugari maskapai Amerika Serikat? Kok agak gimana gitu ya hehehe
6. Prosedur Mematikan Pesawat Telepon
Di Indonesia, kalimat “Mohon untuk tetap mematikan pesawat telepon Anda sampai pesawat berhenti dengan sempurna” sering kita dengar dari pramugari/announcer yang artinya kita disuruh tetap mematikan handphone sampai pesawat benar-benar berhenti atau penumpang sudah benar-benar siap turun dari pesawat. Lebih ekstrim lagi, terkadang kita baru boleh menyalakan ponsel setelah masuk ke bandara.
Di Amerika Serikat, pesawat telepon hanya disuruh untuk dimatikan saat take off dan landing saja. Seketika ban pesawat sudah menginjak bumi, kita diperbolehkan menyalakan telepon seluler kita walaupun pesawat masih jalan di runway bandara. Setelah take off dan pesawat mulai terbang stabil, kita diperbolehkan menyalakan alat elektronik, bahkan saya tidak pernah mendengar kru pesawat melarang kita menyalakan handphone! Karena rata-rata di dalam pesawat sudah dilengkapi wifi berbayar, kru tidak melarang penumpang menyalakan peralatan elektronik termasuk ponsel sekalipun.
7. Harga Tiket
Di Indonesia, harga tiket pesawat sangat murah. Promo Nol Rupiah yang ujung-ujungnya tidak terlalu enolpun sering dilakukan. Harga tiket pesawat di hari normal juga tergolong murah, misalnya harga tiket Jakarta-Solo biasanya hanya RP300an ribu di hari normal. Terlepas isu akhir-akhir ini yang menyatakan bahwa tiket murah itu penyebab kualitas penerbangan rendah sehingga ada sisi-sisi keamanan yang dikesampingkan, tidak tahu juga ya. Yang jelas kalau dibandingkan dengan harga tiket pesawat di Amerika Serikat ya jauh lebih murah untuk rute jarak pendek. Untuk rute jarak jauh sih hampir sepadan.
Di Amerika, jangankan tiket promo nol rupiah, mendapat harga tiket pesawat US$100 (atau kalau dirupiahkan menjadi sekitar RP1,2juta) saja saya sudah sangat bersyukur. Pernah sih mendapat harga US$68, itupun seperti keajaiban yang datangnya cuman sekali. Selebihnya, setiap membeli tiket pesawat terbang kudu siap-siap uang minimal US$100an atau lebih. Biasanya harga tiket sudah termasuk bagasi, airport tax, dan snack/makanan.
Follow:
Twitter: @puppytraveler
Instagram: @puppytraveler
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H