Indonesia adalah negara yang begitu luas dengan berbagai macam budaya yang ada. Semua daerah yang ada di Indonesia memiliki kekayaan yang berbeda-beda. Mulai dari kekayaan alamnya, dari segi sejarahnya, budayanya, maupun ketiganya. Banggalah dan merasa beruntunglah Warga Negara Indonesia atas apa yang dimiliki Negara Indonesia terlepas dari permasalahan saat ini. Tidak semua negara memiliki kekayaan yang lengkap seperti Indonesia tercinta ini. Dengan begitu besar kekayaan alam yang ada, membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, unik, langka, dan bahkan mungkin hanya ada di Indonesia. Tambah setuju kan kalau harus bangga menjadi Indonesia?
Tidak dipungkiri destinasi wisata terkenal dengan kemegahan sejarahnya seperti Candi Borobudur, dan Candi Prambanan. Keindahan pantainya seperti Pulau Bali. Keindahan bawah lautnya seperti Raja Ampat, dan masih banyak lagi merupakan destinasi wisata favorit para turis, baik domestik maupun turis mancanegara. Namun, Indonesia tidak hanya memiliki destinasi wisata seperti yang disebutkan di atas saja. Indonesia memiliki surga-surga tersembunyi lainnya yang jika dirawat dan dikembangkan dengan baik serta diperkenalkan ke khalayak luas akan menjadi destinasi wisata favorit semua umat.
Cirebon dan Kuningan merupakan dua dari banyak destinasi wisata di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang tidak perlu diragukan lagi. Selain kekayaan alamnya, sejarah yang dimiliki, budaya yang ada didalamnya, serta masyarakat yang ramah menjadi daya tarik tesendiri. Dua daerah ini merupakan daerah yang mudah dijangkau dari Ibukota Jakarta. Jika ingin berkunjung ke Cirebon, kita bisa menggunakan bus atau juga kereta. Cirebon merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, teletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan daerah perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Cirebon sendiri berasal dari kata Cai dan Rebon yang dalam Bahasa Indonesia berarti Air dan Rebon. Cirebon juga merupakan wilayah awal penyebaran agama islam di Jawa Barat sehingga tidak aneh jika di Cirebon banyak situs-situs religi yang kemudian dilestarikan sehingga menjadi situs sejarah dan ziarah sampai saat ini.
Dengan kekayaan yang ada di dalamnya, kemudian menjadi alasan bagi panitia pelaksana hunting photography Akademi Televisi Indonesia yang akhirnya memilih Cirebon sebagai kota tujuan untuk para Mahasiswa melakukan kegiatan hunting foto sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Semester II mata kuliah Fotografi dan Fotografi Jurnalistik bagi peminatan Jurnalistik. Bekerja sama dengan Kedai Travel sebagai Travel dan guide perjalanan selama di Cirebon dan Kuningan yang tidak tanggung-tanggung memberikan pelayanan terbaiknya untuk para Mahasiswa. Dengan mantap dan yakin, pada tanggal 3 Mei 2018 mulai dari pukul 05.00 WIB Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia berkumpul di Stasiun Gambir untuk berangkat menuju Cirebon menggunakan kereta eksekutif Argo Muria dengan fasilitas ternyaman yang diberikan sehingga Mahasiswa dengan suka cita melakukan perjalanan menuju Cirebon sambil menikmati pemandangan indahnya hamparan sawah berwarna hijau yang belum tentu bisa dilihat bila berada di Jakarta.
Sesampainya di Stasiun Cirebon, Mahasiswa yang belum pernah ke Cirebon terlihat antusias dan senang serta tidak sabar saat mulai berganti moda transportasi dari kereta ke bus untuk mengunjungi tempat pertama melakukan hunting foto. Sebelum fokus untuk mencari spot dan objek untuk difoto, mereka beristirahat sejenak sambil menikmati enaknya nasi jamblang sebagai santap siang. Nasi jamblang sendiri adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati dan merupakan salah satu makanan khas Cirebon. Tempat yang dipilih untuk menikmati santap siang tersebut adalah Taman Budaya Hati Tersuci yang dimana tempat tersebut juga merupakan tempat sejarah religi umat kristiani. Setelah menikmati santap siang, Mahasiswa bisa mulai melakukan hunting foto di sekitar Taman Budaya Hati Tersuci.
Perjalanan berlanjut menuju salah satu keraton yang ada di Cirebon, yaitu Keraton Kasepuhan. Di sana, selain mengeksplor indahnya bangunan keraton, Mahasiswa juga bisa mencari tahu tentang sejarah keraton untuk menjadi bahan tulisan di karya tulis mereka. Bangunan keraton didominasi warna putih yang masih sangat terasa kekentalan budayanya. Pohon-pohon rindang dan besar yang terdapat di sana terasa menyejukkan mata.
Siapa yang tidak tahu benda yang terbuat dari tanah liat yang kemudian dibentuk sehingga menjadi barang-barang unik? Ya, gerabah. Lokasi selanjutnya adalah Desa Gerabah Sitiwinangun. Di desa ini hampir semua penduduk membuat gerabah sebagai salah satu mata pencaharian mereka. Bentuk gerabah yang dihasilkan dari desa ini beragam. Proses pembuatannya pun masih terbilang cukup tradisional. Masyarakat setempat masih mengandalkan tangannya sendiri untuk membuat desain ukiran gerabah. Namun, mereka juga menggunakan cetakan untuk membuat beberapa desain gerabah yang mungkin harus sama ukurannya. Proses pembuatan gerabah memerlukan waktu yang berbeda sesuai ukuran dan desain yang dibuat. Semakin sulit desain akan memerlukan waktu yang lebih lama pula.
Setelah ke balaikota dan stasiun, matahari siang yang langsung menusuk kulit membuat Mahasiswa merasa lelah dan haus apalagi lokasi selanjutnya adalah TPI Bondet. Untuk sampai ke TPI tersebut, bus yang digunakan mengantar Mahasiswa ke setiap lokasi hunting foto harus parkir di pinggir jalan sejauh 4 km dari TPI. Dengan demikian, Mahasiswa harus berjalan menyusuri batuan kerikil menuju TPI Bondet di tengah teriknya matahari. "Aku broadcaster, aku kuat" seru salah satu Mahasiswa guna menghibur diri dan menghilangkan rasa lelah yang ada.
Rasa lelah setelah berjalan kaki sejauh 4 km masih jelas terasa di pagi hari. Tetapi, daya tarik sunrise di Pantai Kejawanan mengalahkan rasa lelah tersebut. Pukul 04.00 WIB Mahasiswa sudah harus berada di lokasi agar tidak ketinggalan momen indahnya sunrise. Satu jam berlalu, bulatnya matahari belum juga nampak. Namun kesabaran harus terus dimantapkan agar mendapat hasil yang memuaskan. Dengan mengandalkan kamera tipe DSLR ataupun Mirrorless, Mahasiswa mencari tempat ternyaman dan terbaik untuk menangkap sunrise. Selain menangkap indahnya matahari terbit, kapal-kapal tua dan besar yang bersandar di sekitar pantai tidak kalah menarik untuk diabadikan. Pemandangan gunung Ciremai dengan latar kapal bersandar pun menambah indahnya pemandangan yang ada.
Bila sebelumnya menikmati sejarah pada zaman batu besar, kali ini Mahasiswa mencari foto di Gedung Linggarjati sambil mengenal sejarah pada masa penjajahan. Suasana yang sangat menggambarkan keadaan pada masa penjajahan sangat terasa dipandang mata. Berbagai peristiwa diabadikan pada tiap bingkai yang dipajang di hampir seluruh tembok dalam bangunan. Rasa bangga dan syukur terhadap pahlawan terdahulu semakin terasa setelah memasuki gedung tersebut.
Dari Kuningan, rombongan ATVI kembali ke Cirebon untuk makan malam dan beristirahat sejenak mempersiapkan mental dan fisik kembali karena perjuangan menangkap momen belum lah selesai. Setelah menikmati makan malam, bus yang membawa rombongan bergerak menuju Keraton Kanoman. Keraton yang masih sangat sakral. Tidak boleh sedikitpun melanggar adat yang ada karena kita juga harus menghargai budaya setempat. Sesampainya di sana, stage dengan ukuran 2 x 2,5 meter dengan obor di setiap sudutnya sudah tertata rapi. Para penari topeng sudah terlihat bersiap lengkap dengan pakaian khas dan riasan wajah. Dengan pencahayaan yang sangat minim dan gerakan penari yang tak bisa diprediksi, Mahasiswa dituntut menangkap momen dengan sebaik mungkin. Sungguh indah gerakan tari topeng tersebut membuat siapa yang melihatnya mau tidak mau ikut menikmatinya. Dua kali sudah para penari topeng menari. Selanjutnya, tugas yang diberikan adalah hunting foto sekitar hotel.
Keesokan harinya adalah Hari Minggu, hari terakhir melakukan hunting foto di Cirebon dan Kuningan. Beruntungnya, jalan raya depan hotel adalah kawasan Car Free Day, banyak sekali momen yang ada di sana. Ketepatan waktu, kecepatan tinggi sangat diperlukan untuk menangkap momen tersebut. Tidak kalah dengan Jakarta, Car Free Day di Cirebon juga ramai dikunjungi warga Cirebon baik yang ingin olahraga maupun yang hanya jalan-jalan santai sambil membeli beberapa jajanan tradisional yang banyak dijual di sepanjang kawasan Car Free Day tersebut.
Berpisah dengan Kasur hotel yang nyaman masih belum diikhlaskan. Tetapi harus dilakukan karena sudah tiba waktunya perjalanan pulang ke Jakarta. Namun sebelum itu, masih ada satu lokasi lagi yang harus dikunjungi, yaitu Gua Sunyaragi. Eksplor, eksplor, dan eksplor lokasi hunting foto yang harus dilakukan Mahasiswa agar mendapat foto yang bagus dan menarik. Setelah puas hunting foto di Gua Sunyaragi, perjalanan dilanjutkan untuk menikmati santap siang. Menu santap siang kali ini adalah empal gentong. Makanan yang didalamnya terdapat daging sapi berkuah kuning dan merupakan makanan khas Cirebon yang terkenal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H