Saya tentu saja geram, Angeline, Dewi, akun @jualbayimurah adalah bukan yang pertama dan satu-satunya. Kekerasan pada anak, baik fiksi maupun mental, nyata maupun digital, terjadi di sekitar kita seperti sudah biasa. Anak-anak yang dihajar orang tuanya, para pengemis dan pengamen cilik di lampu merah, kejahatan dunia maya yang sangat bisa merenggut nyawa anak-anak tak tau apa-apa, mengantar sata pada sebuah pertanyaan besar: dimana kita?
Oh, tak perlu jauh-jauh bicara kekerasan pada anak. Saya teringat dengan adik saya sendiri di rumah, remaja 12 tahun yang tak pernah tau lagu anak-anak barang satu. Dunia anak-anak yang ia paham hanyalah permainan Pou dan Angry Bird dalam ponsel canggihnya. Kebahagiaan masa kecil yang ia punya, sebatas bermain lompat tali di sekolah dasar, atau naik sepeda waktu tk. Selebihnya, ingatannya tentang masa kecil, direnggut paksa oleh facebook, lagu-lagu cinta penuh drama, dan sinetron cecintaan remaja yang jualan gaya hidup.
Ternyata kita sudah lama menyiksa mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H