Mohon tunggu...
Pungky Prayitno
Pungky Prayitno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

bentuk lain ultraman

Selanjutnya

Tutup

Money

JNE, Mengantar Mimpi ke Penjuru Indonesia

16 November 2014   06:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:42 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun lalu, saya pernah mengeluhkan betapa anak-anak negeri ini kekurangan bahan bacaan bermutu. Berkembangnya jaman membuat bacaan anak-anak semakin hari semakin dewasa. Ada memang ratusan bahkan ribuan buku cerita untuk anak-anak, tapi setau saya, harganya tidak murah. Sekalipun terjangkau, tetap tidak terbeli oleh sebagian anak-anak negeri ini. Akhirnya, saya bersama beberapa teman-teman Kompasiana, berembuk dan berusaha menghadirkan buku bacaan gratis bagi anak-anak yang kurang mampu di seluruh Indonesia. Hasilnya, tahun 2011, kami menerbitkan sebuah buku dongeng berjudul Peri-Peri Bersayap Pelangi. Kami cetak 1000 eksemplar untuk kemudian kami bagikan gratis ke anak-anak di berbagai titik di Indonesia.

Donasi mengalir deras, buku kami siap didistribusikan. Masalah datang saat buku-buku sudah dibungkus rapi dan siap kirim. Kirim dengan apa? Target kami lebih kepada bocah-bocah pelosok, anak-anak sudut desa yang sulit mendapatkan akses ke toko buku. Sahabat-sahabat kecil yang jangankan membeli buku cerita, buku pelajaranpun kadang tak sanggup dimiliki. Beberapa jasa ekspedisi kami datangi, semuanya berujung sama, mereka tidak mampu mengantar buku kami ke beberapa titik karena terlalu terpencil. Sempat merasa putus asa, tapi kami terus berusaha. Sampai akhirnya pencarian kami berhenti di JNE, sebuah ekspedisi yang dengan mantap berkata siap. Siap mengantar buku-buku cerita kami ke penjuru Indonesia. Kami lega luar biasa.

1416068455205668887
1416068455205668887

Perjalanan Peri-Peri Bersayap Pelangi Dimulai

Saya, sebagai penganggung jawab distribusi, tanpa babibu langsung mengandalkan JNE sebagai jasa untuk mengantar buku kami. Setiap ada yayasan, sekolah atau pengelola taman baca yang meminta buku Peri-Peri bersayap Pelangi, setiap itu juga saya langung tancap gas ke agen JNE terdekat. Agen langganan saya ada di Jalan HR. Bunyamin, Purwokerto. Ibu cantik yang mengelola agen tersebut, sampai hapal dengan saya. Ya iyalah, saya bisa seminggu empat kali datang ke sana bawa berbungkus-bungkus buku. Hehehe

Biasanya, kalau ada pelanggan lain sedang melakukan proses kirim barang, saya akan menunggu dan mengobrol dengan si bapak, suami ibu yang punya tugas membungkus paket-paket yang akan dikirim dengan plastik khusus JNE. Mereka ini suami istri usia lanjut, anaknya kuliah di luar kota. Entah memang agen JNE diharuskan seperti itu atau tidak, tapi buat saya mereka ini luar biasa sekali baiknya. Bukan hanya selalu ditemani ngobrol, tapi saya pernah mengantar paket saat panas terik, dan oleh mereka ditraktir jus jambu merah. Gimana gak jadi langganan kalau begini ramahnya? :D

Mengirim buku Peri-Peri Bersayap Pelangi, untuk saya, bukan perkara sepele. Ada tanggung jawab kepada puluhan donatur yang mengamanahkan uang mereka untuk membawa buku cerita ini ke tangan yang tepat. Satu saja paket tidak sampai, saya tanggung jawab untuk puluhan bahkan ratusan eksemplar buku. Awalnya saya sempat deg-degan, duh, apa benar JNE ini bisa dipercaya? Sedangkan beberapa ekspedisi lain jelas-jelas mengaku tidak sanggup. Apa sampai buku kami ke tempat seharusnya? Apa bisa JNE mencapai daerah-daerah yang bahkan sulit dilalui kendaraan biasa? Apa mampu ekspedisi dengan agen-paling-ramah-yang-pernah-saya-temui ini menemui lokasi-lokasi yang seringkali dikatakan tak tertulis di peta, saking terpencilnya?

Semua keraguan saya dijawab oleh JNE. Satu per satu buku kami sampai ke alamat yang tepat. Hari ke hari kami mendapat kabar bahwa buku kami diterima dengan baik, bahkan di daerah yang kami saja tak sanggup bayangkan jauhnya. JNE sampai ke sana, buku kami sampai ke sana.

Sampai ke pelosok, kan biaya kirimnya pasti mahal? Betul. Saya gak mau menyangkal soal biaya yang membludak ketika alamat kirim yang saya berikan berada jauh di ujung Indonesia. Salah satu kiriman kami pernah menuju Jayapura, Papua. Biayanya hampir tiga ratus ribu waktu itu, untuk paket 3 kilogram, berisi 25 eksemplar buku. Tapi saya gak akan bilang kalau itu mahal. Dengan hanya tiga ratus ribu, buku kami bisa sampai ke Jayapura dalam waktu satu minggu. Menuju lokasi yang ekspedisi lain terang-terangan menyatakan ragu-ragu untuk mengirim. Ditambah bonus, buku kami sampai dalam keadaan sangat baik. Musim hujan waktu itu, ada kekhawatiran paket buku kami akan basah-basahan di jalan. Tapi, tau sendiri dong, kalau setiap paket yang dikirim JNE, akan dilapis plastik lagi? Begitupun dengan paket saya, buku kami, sampai Jayapura dengan kondisi sempurna. Tanpa basah sedikitpun. Saat itu, saya percayanya mentok sama JNE.

Hari ini,sudah sekitar 900 eksemplar buku Peri-Peri Bersayap Pelangi sampai ke tujuannya. Anak-anak di pelosok negeri, penjuru Indonesia. Saya gak bisa menutupi, bahwa selain donasi dari para dermawan, JNE lah yang membantu kami menyelesaikan misi ini. Misi untuk menyebarkan buku cerita gratis ke anak-anak Indonesia.

[caption id="attachment_335685" align="aligncenter" width="640" caption="Peri-Peri Bersayap Pelangi berhasil sampai ke penjuru Indonesia. (Pic courtesy: http://periperibersayappelangi.blogspot.com/)"]

14160681171529474360
14160681171529474360
[/caption]

Terimakasih JNE. Terimakasih telah mengantar mimpi kami, menuju senyum bahagia anak-anak Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun