Para pengacara pun memiliki akal cerdik. Bukan hanya tuntutan non materiil yang biasanya ditujukan kepada negara penjajah, tapi juga menuntut materiil kepada perusahaan Jepang yang ada di Korea Selatan. Dengan berlandaskan pada keadilan, majelis hakim pun mengabulkan tuntutan ini. Dan berbondong-bondonglah budak seks dahulu yang masih hidup ke pengadilan untuk menuntut perusahaan Jepang yang ada di Korea Selatan dengan berkelompok ataupun individual.
Otomatis perusahaan Jepang yang ada di Korea Selatan berkeluh kesah kepada pemerintahan Jepang. Lama-lama seperti ini akan bangkrut perusahaan yang berada di Korea Selatan ataupun hanya menjual barangnya di Korea Selatan. Lambat laun muncullah peringatan dari Jepang kepada bekas jajahannya tersebut. Bahwa bila ini tidak dihentikan, pemerintahan Jepang akan melakukan sesuatu. Pemerintah Korea pun tidak dapat melakukan intervensi, karena negaranya kini sudah menjunjung tinggi negara demokrasi. Sehingga tidak dapat mengintervensi hukum seperti negara tetangganya Korea Utara.
Manuver Perang Keduanya
Di sini sebetulnya Jepang memiliki kartu As dari Korea Selatan. Yaitu ketiga bahan kimia yang menjadi dasar pembuatan alat elektronik Korea Selatan. Ketiga bahan kimia ini merupakan nyawa bagi perusahaan elektronik milik korea. Karena bahan kimia ini adalah bahan untuk membuat chip semi konduktor yang diproduksi Korea Selatan. Mulai dari LG, Samsung, Huawei, dan vendor Iphone pun pasti terdampak. Perlu diketahui beberapa merk Amerika juga membeli sebagian onderdilnya dari Korsel. Jadi dampaknya pasti akan meluas kepada pelanggan perusahaan elektronik Korea Selatan.
Selagi Jepang melancarkan serangan, Korea Selatan pun tidak dapat bertindak apa-apa selain memberikan subsidi kepada perusahaan elektronik yang terdampak. Dilansir Tempo, pemerintah Korea sudah mengucurkan bantuan kepada perusahaan terdampak sebesar 300 milyar won. Tentunya ini akan memukul telak pemerintahan Korea Selatan. Selain itu juga Menlu Korea Selatan mengadukan hal ini ke Menlu Amerika. Beliau menyampaikan keprihatinannya kepada Jepang atas pembatasan ekspor bahan tersebut.
Lain halnya dengan publik Korea Selatan. Publik langsung bereaksi dengan membuka petisi pemboikotan produk Jepang. Mulai dari kendaraan, bir, pakaian dan produk-produk lainnya. Reaksi ini terjadi tiga hari setelah pengumuman pembatasan ekspor bahan kimia oleh Jepang. Mungkin pukulan ini masih belum menohok sampai di ulu hati. Karena memang tidak semua produk Jepang menyematkan kalimat Jepang atau Tokyo di kemasan. Sehingga banyak produk Jepang yang masih belum menelan kerugian yang berarti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI