Perang dagang antar negara maju kini mulai marak dilakukan. Sebabnya pun beragam, mulai dari tit for tat (pembatasan ini dibalas dengan pembatasan itu) atau alasan-alasan mendasar lain yang menyebabkan pemboikotan berlangsung.
Sebetulnya perang dagang ini sah-sah saja di dalam era ekonomi yang mulai kapital ini. Penjual berhak menentukan siapa pembelinya, pun juga pembeli juga berhak membeli dari mana saja. Menjadi dampak yang berlanjut bila main boikot ini diselenggarakan oleh negara. Seperti pada perang dagang Amerika dan Cina akhir-akhir ini. Kedua negara tersebut menyiapkan regulasi untuk menghajar kubu lawan. Seperti menaikan pajak untuk negara lawan.
Efeknya sangatlah besar bagi kedua belah pihak. Ibarat perang yang sesungguhnya, pasti yang menyerang dan yang diserang akan sama-sama rugi. Bila sang penyerang adalah pembeli pastilah akan kesulitan dalam mencari barang, pun juga bila yang diserang adalah penjual pasti akan susah menjajakan dagangannya, analogi ini dapat berlaku kebalikannya. Intinya perang dagang ini sangat menyusahkan kedua belah pihak ataupun pihak lain.
Tak jarang dalam perang dagang ini ada negara yang terdampak. Seperti dalam hal investasi, bila ada sebuah negara yang menyatakan berperang secara terbuka, pasti investor akan memindahkan instrumen investasi di negara tersebut. Karena sekali lagi bila kedua belah pihak berperang, kalah atau menang keduanya akan sama-sama merugi. Ketidak pastian ini lah yang membuat para investor takut untuk menginvestasikan uangnya. Bila sewaktu-waktu industri yang diinvestasi terdampak perang pasti akan musnah uangnya.
Korsel Versus Jepang
Perang dagang Amerika dan Cina beberapa bulan lalu yang sempat menghangat, kini rupanya sudah gencatan senjata. Terhitung sejak pertemuan G-20 di Osaka kemarin, kedua belah pihak bertemu dan rupanya hasil pertemuan tersebut membuahkan hasil yang lebih condong untuk berdamai. Sehingga dapat dipastikan saling serang dengan regulasi ekspor impor sudah tidak ada.
Ketika kedua negara adidaya tersebut mulai mendinginkan suasana, tiba-tiba terhembus kabar bahwa Korea Selatan dan Jepang sedang gencar-gencarnya saling serang. Memang kedua negara ini dapat dipastikan bukan negara dengan pengaruh ekonomi kuat. Bila dibandingkan dengan perang dagang Cina dan Amerika masih belum ada apa-apanya. Tapi perang dagang Jepang dan Korsel ini dapat berdampak pada industri elektronik dan otomotif. Kedua negara ini rasanya masih terlalu kuat di industri perangkat keras.
Sebut saja perangkat bermerk LG dan Samsung. Kedua merk bikinan Korea Selatan ini sepertinya sudah bercokol kuat di benak kita. Pun juga pasaran dunia rasanya juga sudah mereka kuasai, dengan kuatnya merk tersebut dan beredar di pasaran hampir satu dekade terakhir. Pun juga dengan Jepang, mereka mempunyai sejumlah kendaraan otomotif. Sebut saja Honda dan Yamaha, kedua merk tersebut juga sudah menguasai pasaran Asia lebih lama lagi.
Sebab Perang Dagang
Sebab musabab dari perang dagang kedua negara ini sebetulnya lebih pelik dari hanya tit for tat. Korea Selatan yang merupakan bekas jajahan Jepang, menuntut atas perlakuan Jepang saat masa penjajahan tersebut. Seperti lumrahnya negara jajahan Jepang lainnya, masyarakat Korea Selatan pada saat itu ada yang dijadikan budak seks. Mereka memilih untuk menuntut perlakuan tidak senonoh penjajah mereka dahulu kepada pengadilan negara Korea Selatan.