Akhir-akhir ini banyak sekali isu atau ajakan-ajakan yang tidak masuk akal lalu lalang di sosial media ataupun di WA grup keluarga. Mayoritas menyatakan negeri ini sudah mulai ngeri, dengan berbagai isu dari berbagai unsur mulai politik hingga ekonomi.Â
Mulai dari impor tenaga kerja cina sampai ajakan untuk menarik uang di bank. Seakan ekonomi kita sudah menjadi nasi berkat hajatan yang dibawa pulang untuk dibagi-bagi ke orang. Tentunya nasi berkat tersebut adalah ekonomi negeri ini dan orang-orang yang membagi adalah negara-negara lain, nah pembaginya adalah pemerintah negeri ini.
Apa benar akan semudah itu untuk membagi-bagi ekonomi negeri ini? Sehingga rakyat Indonesia sendiri akan kesusahan dan saat ini dibayang-bayangi krisis ekonomi yang siap menghajar? Ditambah lagi adanya isu ajakan untuk menarik uang di bank agar terjadi rush money. Seakan sudah di ambang pintu kehancuran saja.
Kami tidak banyak uang. Hari ini kami tarik semua uang di bank selesai cukup dengan ATM. Kami gak ngajak, tapi kalau mau ikut silahkan!.
Kami tidak ridlo, mengangkat muka rezim yang memakan daging rakyatnya sendiri.
Salam--- MITRANDIR (@Garuda501) May 22, 2019
Saya sangat tertarik membahas isu rush money, selain isu ini sudah bertebaran mulai tahun 2014, pun juga isu ini agaknya sangat efektif untuk menghancurkan negeri ini. Bila kita pernah belajar ekonomi di SMA, salah satu sebab inflasi adalah membanjirnya uang cash di masyarakat. Sehingga inflasi akan melambung naik, pemerintah akan kewalahan dan negara pasti akan bangkrut.
Namun sebuah buku penjelasan makroprudential dari BI seakan menampar teori itu dan berkata "tidak semudah itu ferguso!". Kebijakan makroprudential ini adalah kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dunia.Â
Antar lembaga keuangan dan non keuangan bergandengan tangan untuk menjaga stabilitas ekonomi, sehingga lembaga-lembaga ini tidak saling bersaingan saja, tapi juga saling berjabat tangan.
Cara kerja kebijakan ini adalah membatasi risiko dari berbagai lembaga-lembaga penyalur kredit. Seumpama bank tidak akan serta-merta memberikan kredit ke sembarang orang, hanya karena ekonomi masih stabil.Â