Mohon tunggu...
Puncak
Puncak Mohon Tunggu... Freelancer - Rangga

Laki-laki lahir di Lumajang Jatim, kuliah di Yogya, tinggal di Pamulang Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bendera HTI Bikin Masygul

26 Oktober 2018   21:32 Diperbarui: 27 Oktober 2018   19:16 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera HTI yang berisi kalimat tauhid melahirkan insiden. Di Garut saat perayaan hari santri nasional 22 Oktober 2018 bendera HTI dibakar oleh Banser NU (Barisan Ansor Serbaguna). Peristiwa ini mengingatkan saya kembali pada insiden bendera HTI dalam aksi demonstrasi damai di Yogyakarta sekitar 15 tahun silam.

Dimulai dari rapat teknik lapangan (teklap) merencanakan aksi damai Umat Islam Yogyakarta mengecam invasi Amerika Serikat ke Iraq. Acara persiapan teknis difasilitasi oleh Wakil Wali Kota Jogja Syukri Fadholi sekaligus Ketua PPP DIY dan tokoh Muhammadiyah.

Saya, mahasiswa yang tengah menempuh sarjana pertanian UGM, datang bersama Rico Zapata, mahasiswa Filsafat UGM, mewakili Kammi (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Sebelum acara, Zapata membluffing saya bahwa dia dapat tugas menghubungi NU dan Muhammadiyah. Jadilah sore hari sebelum teklap gerilya ke NU dan Muhammadiyah untuk mengajak agar berkenan hadir. Alhamdulillah Gusti Allah memudahkan rencana, perwakilan NU dan Muhammadiyah berkenan datang.

Acara persiapan malam itu cukup ramai pesertanya. Gerakan mahasiswa Islam komplit. Syukri Fadholi hadir dan memberi sambutan. Di antara peserta Ormas Islam juga hadir HTI Jogja.

Para peserta cukup mudah merumuskan sikap aksi yang akan dibacakan besok siang. Tak ada perdebatan alot. Namun kelancaran diskusi berubah jadi alot saat pembahasan bendera massa aksi.

Perwakilan HTI ngotot aksi massa membawa bendera HTI karena mengandung simbol bendera Rasul yaitu Ar-Rayah dan Al-Liwa. Mayoritas peserta rapat engga terima. Perdebatan soal bendera meruncing dengan dalil masing-masing.

Belakangan rapat bersepakat engga pakai bendera. Cukup Merah Putih yang berkibar. Bendera ormas dilarang dibawa dan dikibarkan dengan tujuan agar tidak ada ormas berbendera yang bisa mengklaim massa aksi adalah anggotanya.

Hari H aksi damai mengecam Invasi Amerika ke Iraq. Aksi digelar di depan Kantor Pos Jogja. Ada panggung di atas bak truk. Awalnya lancar sesuai skenario semalam. Tidak ada bendera ormas yg berkibar, hanya Merah Putih.

Para orator bergiliran merampungkan tugasnya. Tibalah giliran HTI yang diperkenankan orasi. Ketika HTI mengambil peran, mulai ada gejala aneh. Bendera HTI berlafadz tauhid dengan ukuran besar berwarna hitam tiba-tiba berkibar di tengah massa aksi.

Dari atas bak truk saya bisa melihat para anggota HTI mengayun-ayun tongkat penyangga bendera mereka. Sebagai koordinator lapangan urusan bendera, saya mulai merasa gelisah. Para koordinator perwakilan ormas melirik ke arah saya. Mata mereka seakan menugaskan saya untuk memberesi keganjilan siang itu. Saya mulai menghampiri Zapata yang pembawaannya lebih tenang dalam memberesi anggota yang bandel.

Enggak mudah melobi HTI untuk sekadar menurunkan bendera mereka. Perdebatan semalam terulang lagi siang itu. Namun pada akhirnya bendera HTI bisa kami lipat meski jelang aksi selesai. Akibat kejadian itu saya jadi masygul sama HTI.

Insiden bendera juga terjadi saat menggelar aksi bersama elemen kiri LMND. Saya lupa temanya namun biasanya seputar isu kesejahteraan rakyat.  Hanya dua elemen yang unjuk rasa: Kammi dan LMND. Keduanya bersepakat membawa bendera.

Namun saat di jalanan bendera LMND jauh lebih besar dan lebih banyak jumlahnya meski massa LMND jumlahnya segelintir di shaf depan, mayoritas laki-laki semua. Sementara Kammi datang dengan massa melimpah laki-laki dan perempuan, namun miskin properti aksi termasuk bendera. Bendera yang dibawa ukurannya kecil. Unjuk rasa pun terlihat seperti LMND dengan massa aksinya laki-laki dan perempuan berjilbab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun