Mohon tunggu...
Punakawan
Punakawan Mohon Tunggu... Petani - Sastrawan

Berpikir, melihat dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Janji dan Kesetiaan

20 Januari 2023   20:08 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:42 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabu Salya adalah raja dari Kerajaan Madra. Ia mempunyai seorang adik bernama Dewi Madrim. Dewi Madrim sendiri adalah istri Prabu Pandu dari Kerajaan Ngamarta. 

Singkat kisah, Dewi Madrim meninggal dunia saat melahirkan anak kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa. Melihat adik kesayangannya telah tiada, Prabu Salya sangat bersedih. Prabu Salya berjanji akan selalu menjaga Nakula dan Sadewa.

Prabu Salya punya seorang anak perempuan bernama Dewi Banowati. Dewi Banowati adalah istri Prabu Duryudana yang notabene adalah sepupu dari Nakula dan Sadewa. Kepada Prabu Duryudana, Prabu Salya bersumpah setia dan akan selalu berdiri di belakang menantunya itu.

Alkisah pecah Perang Baratayudha yang mempertemukan Kurawa dan Pandawa. Nakula dan Sadewa berada di pihak Pandawa, sementara Duryudana adalah di pihak Kurawa.

Karena kekurangan panglima perang, sesuai janjinya, Prabu Salya maju ke medan laga. Dengan kesaktian yang dimiliki, tak ada satu orang dari Pandawa yang mampu mengalahkan Prabu Salya. Dan melihat keadaan yang kurang menguntungkan, penasehat perang dari Pandawa, yaitu Prabu Kresna, memanggil Nakula dan Sadewa.

Nakula dan Sadewa mengira kalau akan disuruh maju untuk menghadapi Prabu Salya, yang notabene adalah paman mereka sendiri. Namun dugaan itu meleset. Prabu Kresna hanya menyuruh Nakula dan Sadewa menemui Prabu Salya. Nakula dan Sadewa diminta untuk berpamitan sebelum gugur di medan perang.

"Bilang kepada Prabu Salya, bahwa tak ada satu orang dari Pandawa yang bakal bisa mengalahkannya. Katakan sebelum kalian berdua tewas di medan laga untuk bertemu dan berpamitan yang terakhir kali," kata Prabu Kresna memberi petunjuk pada Nakula dan Sadewa.

Apa yang direncanakan Prabu Kresna berjalan dengan baik. Prabu Kresna tahu kalau Prabu Salya adalah kesatria sejati yang tidak akan mengingkari janji. Prabu Salya pun memberi tahu kelemahannya pada Nakula dan Sadewa.

"Siapa saja yang akan menghadapiku besok pagi, gunakanlah tombak bertangkai pohon pulai. Gunakan tombak itu untuk melawanku," kata Prabu Salya kepada Nakula dan Sadewa. "Demi janjiku pada ibu kalian, aku akan tumbalkan nyawaku di medan peperangan. Pulanglah kembar," kata Prabu Salya memeluk Nakula dan Sadewa.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Nakula dan Sadewa, Prabu Kresna menunjuk Puntadewa untuk berhadapan dengan Prabu Salya. Dengan tombak bertangkai pohon pulai, Prabu Salya gugur dengan tetap memegang janjinya pada adik dan menantunya.

Dari kisah Prabu Salya dapat kita ambil sebuah makna, bahwa janji tetaplah janji yang harus dilunasi, walau harganya tak ternilai dengan apa pun.

Lenangguar, Sumbawa 20 Januari 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun