Mohon tunggu...
Puluh Sekar Setyaningrum
Puluh Sekar Setyaningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Antologi Cerpen 'Muazin Pertama di Luar Angkasa' Karya Kiki Sulistyo oleh Puluh Sekar Setyaningrum

23 September 2023   07:26 Diperbarui: 24 September 2023   18:10 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Muazin Pertama di Luar Angkasa

Penulis : Kiki Sulistyo

Penerbit : DIVA Press

Cetakan : Pertama, 2021

Tebal : 140 halaman

ISBN : 978-623-6166-71-0

"Tidak ada yang kebetulan di dunia. Kebetulan hanya istilah yang bersumber dari ketidakmampuan kita mengurai sebab-akibat. Cerita-cerita dalam kumpulan ini saya tulis dengan semangat untuk membikin jejaring yang menghubungkan banyak peristiwa-fakta atau fiksi-yang pernah saya alami, saya dengar, saya baca, atau saya tonton." -Kiki Sulistyo

TERKADANG, seorang penulis tidak membuat sebuah karangan untuk menyampaikan suatu pesan moral. Bisa saja, karya yang dituangkan dalam bentuk tulisan adalah suatu penggambaran peristiwa fakta atau fiksi yang dirasakan, dilihat, atau didengar oleh sang penulis. Peristiwa-peristiwa tersebut ada di mana saja dan bisa saja saling berhubungan meski ada dalam ruang, waktu, atau bahkan lapisan dunia yang berbeda. Setidaknya itulah yang dirasakan dan dilakukan oleh Kiki Sulistyo. Beliau percaya bahwa mengambil partisi-partisi dari segala hal di dunia ini lalu mengolahnya dan menyusunnya kembali merupakan kebebasan dalam sastra. 

Kiki Sulistyo adalah seorang penulis dari Kota Ampenan, Lombok. Pada tahun 2017, beliau telah menulis kumpulan cerita pendek berjudul Belfegor dan Para Penambang. Cerita pendek yang ditulisnya masuk ke dalam buku antologi Cerpen Terbaik Tempo pada tahun 2017 dan Cerpen-Cerpen Terbaik basabasi.co pada tahun 2019. Kini kesibukannya adalah mengelola suatu komunitas bernama Akarpohon di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Melalui antologi cerita pendek Muazin di Luar Angkasa, Kiki Sulistyo menghadirkan cerita-cerita pendek yang bersumber dari banyak peristiwa. Buku antologi cerita pendek yang berisikan delapan belas judul cerita pendek ini masing-masing ceritanya mengangkat tema yang berasal dari berbagai peristiwa menarik. Contohnya seperti Niccolo Paganini sang komponis sekaligus pemain biola asal Italia yang kala itu dipercaya memiliki perjanjian dengan iblis dan Pamela Paganini sang musisi tanah air yang memiliki rambut cokelat kemerahan keriting layaknya juntaian api yang membara, kisah Nabi Adam dan Siti Hawa dengan iblis dan buah terlarangnya, kisah Cinderella dan sepatu kaca, kisah Nabi Nuh dengan bahtera luar biasa serta anggota keluarga yang tidak memercayainya, dan bahkan kritikan mengenai maraknya kerusakan ekosistem lingkungan. Berbagai peristiwa tersebut diambil, diolah atau digabungkan, dan dituliskan sedemikian rupa dalam suatu cerita pendek yang luar biasa indah.

Pemilihan kata yang diambil oleh Kiki Sulistyo adalah kata-kata yang cantik, penuh kiasan atau pengandaian, dan terkadang bersifat imajinatif. Semua tokoh, lokasi, dan keadaan yang terjadi dalam cerita digambarkan dengan kata-kata yang menarik. Setiap cerita seakan hidup dan setiap katanya dapat ditangkap oleh semua panca indera seolah pembaca dibawa masuk untuk melihat adegan dalam cerita pendek tersebut secara langsung. Selain itu, menurut saya tema yang diangkat juga cukup menarik. Pembaca seakan bisa merasakan pergulatan emosi yang dirasakan oleh si tokoh.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, ada dua cerita yang paling menarik perhatian saya. Cerita-cerita tersebut berjudul Dua Wanita dalam Lukisan Tua dan Mawar Ungu Aulia Sulhani.

Cerita pendek Dua Wanita dalam Lukisan Tua menceritakan tentang Ferlina yang menemui Nyonya Tineke selepas kematian ayahnya. Ia baru mengetahui bahwa Nyonya Tineke adalah istri dari seorang laki-laki yang berselingkuh dengan Sofia---nenek Ferlina. Ferlina sendiri hidup dengan ayahnya yang tidak menyayanginya. Ibunya meninggal tepat ketika melahirkannya. Di rumah Nyonya Tineke, perempuan Eropa itu menceritakan bahwa menjelang kedatangannya, Sofia tinggal bersama sang suami di rumah itu. Nyonya Tineke tentunya marah, tetapi ia diam-diam mencari Sofia karena ia penasaran. Ia menemui Sofia lalu perasaan marah dalam dirinya luntur. Katanya, ada keteduhan di paras Sofia. Setelah pertemuan pertama itu, mereka menjalin hubungan baik. Nyonya Tineke pun mengajak Sofia untuk tinggal di rumahnya walaupun Sofia menolak. Nyonya Tineke mengaku bahwa hanya Sofia yang bisa menerimanya. Hanya di depan Sofia ia bisa benar-benar bebas. Ia menyayanginya. Ferlina belum pernah mendengar kisah tentang nenek atau kakeknya sebelumnya. Namun, ia rasa cerita Nyonya Tineke tidak terlalu istimewa. Ia menyimpulkan, neneknya dan Nyonya Tineke menjalin persahabatan, meski ia merasa sedikit aneh mengingat konflik yang dialami mereka berdua. Nyonya Tineke pun bercerita bahwa neneknya hobi melukis. Di hari-hari terakhirnya, Sofia melukis sosoknya dengan Nyonya Tineke. Nyonya Tineke curiga bahwa kematian neneknya terjadi karena ulah ayahnya yang sepertinya telah mengetahui hubungan neneknya dengan Nyonya Tineke. Sebelum pulang, Nyonya Tineke memberikan lukisan karya Sofia kepada Ferlina dan mengucapkan bahwa ia mencintai Sofia. Pembaca dibawa masuk menyelami perasaan Nyonya Tineke dengan segala kebimbangan dan kesedihannya kala itu. Tentang pergolakan batin yang beliau rasakan mengenai sang suami yang berkhianat, pencarian jati diri hingga perasaan cinta tulusnya untuk Sofia dan hubungan yang mereka jalin, serta bagaimana ia belajar mengikhlaskan kepergian Sofia.

Cerita pendek kedua yang berjudul Mawar Ungu Aulia Sulhani mengawali ceritanya dengan penjelasan mengenai sekuntum mawar ungu yang mekar di langit sebelah utara pada tanggal 8 Maret. Mawar itu mengeluarkan cahaya yang cukup terang. Di lain sisi, ada rumah di tengah lembah yang dipercaya oleh penduduk setempat dihuni oleh 2 remaja yang tidak biasa. Aulia Sulhani sang remaja abadi dan Larissa sang peri berambut pirang. Suatu hari, tokoh Aku bertemu Aulia Sulhani di gedung pertunjukan. Mereka berdua ada di dalam acara pertunjukan yang sama. Saat itu Aulia berkata bahwa ia memiliki saudara angkat. Selama berbincang dengan Aulia Sulhani, tokoh Aku merasa tidak senang. Menurutnya, mereka berada di jarak yang berbeda. Jika pertunjukan adalah Matahari, maka para pemainnya adalah planet yang mengelilingi orbitnya. Berdasarkan Hukum Gerakan Planet Kepler, ia adalah Bumi yang membutuhkan 1 tahun untuk menyelesaikan 1 periode sedangkan Aulia Sulhani adalah Saturnus yang membutuhkan waktu 29 tahun. Aulia Sulhani terlalu jauh dari Matahari. Namun beberapa waktu kemudian, Aulia Sulhani menceritakan mengenai Larissa. Ia tinggal dengan Larissa saat ia sedang dalam program pertukaran pelajar di Australia. Ia pun menceritakan bahwa saat paskah lalu, Larissa memberinya hadiah sekuntum mawar ungu. Aulia Sulhani juga berkata bahwa ulang tahunnya jatuh pada 8 Maret dan ia meminta puisi sebagai hadiah lalu pergi bersama teman-temannya. Dari situ tokoh Aku pada akhirnya menyadari bahwa bukan Aulia Sulhani yang menjauh, namun ia yang menjauh dan perlahan redup. Ia bukan lagi Bumi, melainkan Pluto yang sudah mati dan hilang dari orbit. Ia memejamkan mata. Perlahan ia merasa mengambang dan sekuntum mawar ungu memekarkan cahaya di dadanya. Setelah membaca cerita pendek ini, saya menjadi penasaran dan mencari tahu makna mawar ungu. Ternyata, mawar ungu memiliki makna keajaiban, misterius, dan cinta sejati yang abadi.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penggunaan diksi Kiki Sulistyo tentunya sangat indah untuk dibaca. Namun, terkadang kata yang digunakan terkesan "berat" dan rumit. Tak jarang pula Kiki Sulistyo menggunakan alur mundur atau alur maju mundur dalam menuliskan cerita pendeknya sehingga pembaca bisa saja dibuat kebingungan. Jika belum terbiasa, pembaca bisa saja tidak memahami peristiwa yang terjadi dalam cerita atau bahkan tidak mampu menangkap maksud dari Kiki Sulistyo. Namun itulah keunikan sastra menurut saya. 

Seorang penulis tentunya memiliki tujuan atau pesan yang ingin disampaikan. Akan tetapi, setiap pembaca dapat merepresentasikan hal tersebut secara berbeda dari satu individu dengan individu yang lain. Saya rasa hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena itu termasuk ke dalam kebebasan sastra yang telah diungkapkan oleh Kiki Sulistyo. 

Setelah selesai membaca, para pembaca dapat menganalisis cerita yang dibaca lalu memberikan pemaknaan sesuai hasil analisis tadi. Tentunya hasil analisis tersebut dapat berbeda-beda karena dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor luar seperti latar belakang atau hal-hal lain yang pernah dilihat, didengar, dan dirasakan oleh masing-masing individu. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok bagi orang yang memang menyukai dan sudah terbiasa untuk banyak membaca cerita sastra. Namun, orang awam yang belum terbiasa banyak membaca pun masih bisa untuk membaca buku ini dan memahami isi cerita di dalamnya.

Secara garis besar, saya menikmati pengalaman baca saya saat saya membaca buku antologi cerita pendek Muazin Pertama di Luar Angkasa ini. Jujur tidak jarang saya merasa bingung saat membaca bagian cerita dan harus mengulang kembali bacaan saya hingga beberapa kali. Meskipun demikian, cerita-cerita yang disajikan oleh Kiki Sulistyo sangat menarik bagi saya. Tema yang diangkat cukup unik dan penggunaan diksi yang dilakukan oleh sang penulis seakan memaksa saya untuk memahami isi cerita tersebut sehingga saya jadi mulai terbiasa untuk membaca cerita dengan pemilihan kata yang terkesan "berat". Selain itu, pemilihan kata yang digunakan juga banyak membantu saya untuk menambah kosakata bahasa yang saya miliki

') Puluh Sekar Setyaningrum, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun