Mohon tunggu...
Pulo LasmanSimanjuntak
Pulo LasmanSimanjuntak Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Pulo Lasman Simanjuntak

11 Oktober 2021   19:57 Diperbarui: 11 Oktober 2021   19:59 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi

Karya :

Pulo Lasman Simanjuntak

KISAH

dara kebumen dan mata-mata kelinci

berbedak tipis

betulkah ?

otak bergerak

dari waktu ke muara sunyi

musik kikuk

bulan berlumut

segala cerita kepastian

masa purba

serta kematian pendek

               Jakarta, 1985

RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

di sini puisiku bernyanyi

masa kanak-kanak memanjang

membentur pohon rambutan

dan wajah Yesus di jantung kami

apa saja

tergenang dalam sejarah

boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih

menggelinding dari matahari yang tuli

nikmat menghitung hari-hari

yang tak pernah tertulis

dalam almanak

                   Jakarta, 1984

TRAUMA

tutup jendela kamar

di luar terdengar

ringkik kuda terluka

si kembar hitam dari kota Bima

membawa seikat cinta dan nyawa

dari waktu ke waktu

sabankali bertanya

nama siapa mengalir air mata

di altar gereja

tanpa suara

          Jakarta, 1984

ABSTRAK

beban digergaji dalam gelisah bunga

suara tak bersenyawa

bayi-bayi telah kehilangan tetek ibu

bila nelayan malas berlayar

ke sebuah pulau tuli

engkau pun jadi kemarahan usang

              Jakarta, 1984

Hotel Adhirama Kamar Nomor Ganjil

suatu ketika

kami berdansa

dalam api menyala

dengan sebelah mata buta

mengeja mesra

tiap gerik waktu

sepi tergangga

ada aroma darah

dalam genangan daun ganja

dan pil iblis

menyerang suara anjing

getir

laut jadi mengering

           Jakarta, 1984

AIRMATA MENYERBU

sebuah kota dingin

lahir dari perutmu

deras

seperti aliran sungai

menuju ke muara rembulan

apalagi harus ditikam

saudara kembar sudah memecahkan bumi

pelan dan pasti

sepi itu

akan makin berlemak

        Jakarta, 1983

PERISTIWA DUA

apa teramat keramat

partikel atom alpa dicatat

di ruang-ruang angkasa yang membuta

bila deru amdal pabrik terlelap

perundingan hanya menunda

pertumpahan darah

lalu siapa yang salah ?

petinggi bertanya di negeri ini

         Jakarta, 1983

PADA NONA Y

nama kecilmu meledak

kupunguti pecahannya

satu per satu

dengan otak membatu

       Jakarta, 1983

OTAK MEREKAM

tiba-tiba cuaca terkejut

sampai pori-pori waktu bersapa

gerangan apa dalam genangan

perempuan masih gemar bercumbu

dengan terumbu karang

hidup bukan hanya bersolek

ataukah menabur kemenyan

dalam galian kubur

tangisilah nyawa-Nya

sebab jarak tata surya

hanya lima detik

sesudah itu

sunyi teramat lumpuh

           Jakarta, 1983

KALAH ATAU MENANG

kita berangkat dari sebuah titik

makin lama menjelma jadi mata air

lalu mencium ikan-ikan beracun di danau

tanpa sayap 

(padahal jarak kota yogja dan new york hanya segaris, kepastian-kepastian semu )

Kristus pernah engkau dengar bukan ?

bermazmur

sesungguhnya cinta itu

permainan gila  para tukang potret amatiran

hayo, kita berkelahi tanpa badik

melawan matahari betina itu

agar sinarnya yang manja

tak lagi menghamili

hewan-hewan langka kegemaranmu

percayalah

sejarah akan tunduk

atau kita pura-pura menjadi malaikat manis

yang berlari dari kandang sapi

rindu tidur di kereta angin

mulailah

               Jakarta, 1983

ELEGI

duka-duka gunung batu ini

punya siapa

pecah

dari lubang roh-Nya

terbang menembus dua tangan damai

siapa lagi yang mampu memerdekakan tidurnya

                     Jakarta, 1980

SAJAK MALAM

hati kelelawar

menyapu malam

tak kudengar

lagu pujian

di mulut laut

suaramu jadi lumpuh

dari titik nol

engkau harus menjelajah rembulan

sedangkan aku mencari jejak sekarat

kita tembus perut kota

dimana hujan turut merampas

opera kita yang tolol

         Jakarta, 1980

Biodata :

Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP-Jakarta),  belajar sastra secara otodidak.Karya puisinya telah dipublikasikan diberbagai media cetak nasional dan daerah, media online, serta media sosial.Buku Antologi Puisi Tunggal yang sudah terbit Traumatik (1997), Kalah Atau Menang (1997), Taman Getsemani (2016), Bercumbu Dengan Hujan (2021), Tidur Di Ranjang Petir (2021), Mata Elang Menabrak Karang (2021), serta tengah persiapan terbitnya Buku Antologi Puisi ke VII Rumah Terbelah Dua (2021).Sajaknya juga ikut dalam 12 buku antologi puisi bersama.

Ketua Komunitas Sastra Pamulang dan saat ini bekerja sebagai wartawan.

--------------------------------------------

Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Nomer HP (WA) 08561827332

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun