Puing-puing berdebu itu meninggalkan pilu bagi seluruh warga di sekitar Semeru. Lara telah membahana pada setiap jiwa-jiwa yang kini hanya bertahan dalam harap dan asa.
Ada sebuah nama yang menjadi harum di antara cerita nestapa di Semeru. Sungguh Nusantara pun turut berduka baginya. Seorang putri yang rela meregang nyawa demi ibunya. Sebuah pengorbanan yang bukan mudah adanya.
Kembali kita memperoleh sebuah hikmah dan pembelajaran dari tragedi Semeru. Ketika banyak orang membicarakan nama "Rumini" sudah tentu bulir bening pun jatuh membasahi pipi. Sungguh mulianya sang Rumini.
Ketika erupsi Semeru menderu dengan gemuruhnya dan gejolak panas melahap kehidupan di sekitarnya. Gadis tulus ini tentu merasa berat untuk memilih apa yang terbaik. Sebelah hatinya tentu ia ingin menyelamatkan diri dari bencana tersebut, namun ia pun tak ingin meninggalkan ibunya yang sudah renta dan tak kuat untuk berjalan.
Apa yang terjadi?Â
Rumini hanya pasrah dengan apa yang menimpa mereka. Ia tetap bertahan dengan mendekap erat sang ibu dan tidak meninggalkannya. Hingga akhirnya takdir mengharuskan mereka meninggal dunia dalam bencana tersebut. Jasad mereka pun ditemukan di dapur rumahnya.Â
Itulah Rumini di antara tragedi Semeru.
Kuabadikan namamu di sini pada sebuah puisi :
Oleh: Putri Kinasih
Sungguh harum namamu
Menyebar di antara debu dan deru Semeru
Mewangi bersama angin yang membawa kabar nan pilu
Takkan sia-sia pengorbananmu
Rumini kau terkenang di setiap hati
Kau kembali ke bumi dengan harum mewangi
Sungguh engkau berhati mulia dan suci
Pada ibumu kau tulus mengabdi
Rumini kuabadikan namamu di sini
Pusara sejati dalam puisiÂ
Engkau kan jadi abadiÂ
Terkenang seantero negeri
Purwakarta, 8 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H