Pembelajaran Berbasis Pancaniti sebagai implementasi dari Program Tatanen di Bale Atikan yang dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta. Pancaniti sebagai landasan filosofis dalam Program Tatanen di Bale Atikan merupakan prinsip pendidikan kesundaan yang memiliki lima tahapan pembelajaran.
Penjabaran tahapan pancaniti adalah sebagai berikut:
1. Niti Harti
Sebagai tahapan kemampuan mengetahui dan mengerti, melalui proses mendengar, membaca, melihat dan mengamati.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini oleh peserta didik antara lain: (1) Melakukan pengamatan, (2) Menemukan masalah, (3) Mengerti tujuan yang diharapkan.
Pada tahapan ini, Guru memberikan pertanyaan yang menantang dengan investigasi yang mendalam terhadap suatu masalah.
2. Niti Surti
Adalah tahapan memahami dan menghayati sehingga informasi yang telah diketahui menjadi lebih jelas.
Pada tahapan ini peserta didik melakukan kegiatan dengan: (1) Memaparkan pemahaman secara verbal, (2) Memprediksi solusi melalui brainstorming, (3) Menunjukkan rancangan rencana proyek.
Di sini Guru berkolaborasi dengan peserta didik untuk merencanakan proyek dan memberikan umpan balik terhadap pengajuan proyek yang akan dilaksanakan peserta didik.
3. Niti Bukti
Sebagai tahapan implementasi yang akan menimbulkan pembuktian dari berbagai informasi yang didapatkan pada tahapan sebelumnya.
Peserta didik pada tahapan ini melakukan kegiatan antara lain: (1) Memilih sumber daya yang diperlukan, (2) Melakukan pengumpulan data, (3) Menyimpulkan hasil informasi yang diperoleh, (4) Melaksanakan proyek, (5) Menuliskan tahapan kegiatan yang sudah dilakukan.
Dalam tahapan niti surti ini, Guru melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik selama melaksanakan proyek.
4. Niti Bakti
Adalah tahapan pelaksanaan yang sudah berjalan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah dan temuan pada proses pemecahan masalah, mengevaluasi, merancang dan proses membuat ulang pada kegiatan pembelajaran yang sudah dilalui.
Dalam tahapan ini peserta didik melakukan kegiatan berupa: (1) Menganalisis perbandingan antara hasil pelaksanaan dengan konsep dasar, (2) Menyimpulkan hasil perbandingan, (3) Memecahkan masalah, (4) Menerima umpan balik, (5) Melakukan proses perbaikan.
Selanjutnya di tahapan ini Guru melaksanakan assesment for learning dan assesment as learning.
5. Niti Sajati
Yaitu tahapan mencerminkan kebulatan pemahaman yang mampu dikomunikasikan sebagai bentuk integrasi dan tahapan mengerti, memahami, membuktikan dan menguji coba yang menghasilkan disiplin ilmu baru yang tidak bisa terbantahkan.
Kemudian peserta didik melakukan kegiatan berupa: (1) Melakukan penilaian diri terhadap proses dan hasil pembelajaran, (2) Mempersiapkan presentasi, (3) Melakukan presentasi, (4) Menyusun laporan dalam bentuk booklet, artikel, poster dan lain-lain, (5) Mempublikasikan laporan melalui media publikasi sekolah dan media sosial pribadi.
Sedangkan Guru memfasilitasi assesment as learning dan memberikan apresiasi kepada peserta didik.
Demikian tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Pancaniti yang dijadikan sebagai panduan dalam Program Tatanen di Bale Atikan.
Untuk membuat Design Pembelajaran Berbasis Pancaniti selanjutnya dapat dilakukan melalui pendekatan pelaksanaan program Tatanen di Bale Atikan antara lain:
1. Muatan utama (Leading sector pada Mata Pelajaran Prakarya)
Mengapa harus Prakarya? Karena dalam mata pelajaran Prakarya ini memiliki 4 aspek pembelajaran yaitu: kerajinan, budidaya, rekayasa dan pengolahan.
Namun dari keempat aspek tersebut yang lebih tepat dan sesuai dalam pelaksanaan Tatanen di Bale Atikan adalah aspek budidaya dan pengolahan.
2. Integrasi ke semua mata pelajaran
Dengan menjadikan sekolah sebagai laboratorium berbasis lingkungan dan mata pelajaran Prakarya sebagai muatan utamanya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna melalui Program Tatanen di Bale Atikan.
3. Optimalisasi ekstrakurikuler
Dengan membuka kegiatan ekstrakurikuler Tatanen di Bale Atikan yang wajib diikuti oleh peserta didik dengan berpedoman pada 5 W dan 1 H.
Untuk penjelasan pedoman 5 W dan 1 H ini adalah sebagai berikut:
1) Why
Mengapa perlu dikembangkan ekskul TdBA?
2) What
Program ekskul TdBA apa yang perlu dan sesuai dikembangkan di sekolah?
3) Who
Siapa saja yang akan terkait dan terlibat dalam ekskul TdBA?
4) Where
Di mana letak sekolah berada untuk menentukan produk unggulan apa yang harus dihasilkan?
5) When
Kapan tepatnya program ekskul TdBA akan dikembangkan?
6) How
Bagaimana garis besar tahapan pengembangan ekskul TdBA?
Selanjutnya untuk penilaian TdBA diberikan pada peserta didik pada saat proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan reward dan untuk nilai yang sesungguhnya dimasukkan dalam nilai harian pada akhir proses pembelajaran.
Penilaian Berbasis Pancaniti adalah sebagai berikut:
1. Utama Utama (81-90)
2. Utama Madya (71-80)
3. Utama Nista (61-70)
4. Madya Utama (51-60)
5. Madya Madya (41-50)
6. Madya Nista (31-40)
7. Nista Utama (21-30)
8. Nista Madya (11-20)
9. Nista Nista (0-10)
Lingkup dan Teknik Penilaian Pembelajaran Berbasis Pancaniti adalah sebagai berikut:
1) Kompetensi, mencakup: spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
2) Teknik Penilaian, berupa: Penilaian diri, Jurnal, Tes tertulis, dan Proyek.
3) Instrumen, berupa: Daftar ceklis, Lembaran soal, dan Lembar kerja peserta didik.
Yang paling utama dalam membuat Design Pembelajaran Berbasis Pancaniti ini adalah telaah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dinilai relevan dan dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran dengan program Tatanen di Bale Atikan.
Demikian pemaparan diberikan oleh kedua Nara sumber (Ridha Pangestu W. dan Ita Haryani) pada workshop IHT Tatanen di Bale Atikan yang bertempat di Bale UPTD SMPN 3 Pasawahan, hari Selasa 26 Oktober 2021.
Semoga bermanfaat.
Salam Literasi.
Literasi Pancaniti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H