Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Senja di Danau Bambu

8 April 2021   11:27 Diperbarui: 8 April 2021   11:42 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hilda melihat si kakek memegangi dadanya, lalu rubuh di atas rakit yang oleng karena guncangan tubuh kakek tua. Di tengah hujan yang deras rakit pun kian bergoyang dan "Blup!" Rakit itu pun hampir terbalik hingga tubuh si kakek yang pingsan tak dapat tertahan lagi jatuh ke dalam air.

Hilda kembali berteriak tanpa bisa melakukan apapun untuk membantu si kakek. Hingga hujan reda Hilda pun mencari bantuan untuk menolongnya. Beruntung ada penduduk sekitar yang lewat ke danau itu. Akhirnya si kakek ditemukan namun nyawanya tak dapat diselamatkan karena memang terkena serangan jantung saat ada suara geludug yang keras tadi.

"Ya... Tuhan, aku tak dapat mencegah takdirmu, aku tak mampu menyelamatkan kakek itu, maafkanlah aku... " Hilda terisak merasa menyesal.

Hilda kembali menyendiri di gazebo tempatnya berteduh tadi. Ia hanya tertunduk lemas mengingat kejadian tadi, dalam hatinya sangat menyesal sekali. Ia merasa bersalah karena tak dapat menolong si kakek.

Sejak matanya bisa melihat apa yang akan terjadi di sekitarnya, Hilda akan berusaha menolong agar sesuatu tidak terjadi dan membuat korban di depan matanya. Ia selalu teringat pesan ibunya untuk selalu berbuat kebaikan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hilda akan berusaha terus menjalankan amanat almarhum ibunya.

Ya, kini Hilda telah menjadi seorang perempuan dewasa dan yatim piatu karena hampir dua tahun orang tuanya telah meninggal dunia. Hilda hidup sebatang kara di tengah kota yang hiruk pikuk penuh keramaian. Ia tidak memiliki pekerjaan tetap, yang kini ditekuninya hanya menjadi seorang penulis untuk sebuah majalah.

Karena banyak perjalanan hidup yang dilaluinya penuh dengan cerita, ia tak bisa menceritakan semua yang dialaminya pada siapapun. Untuk itu Hilda selalu menuliskan apapun yang terjadi ke dalam buku hariannya yang kian lama kian penuh lembar demi lembar terisikan oleh kisah perjalanannya.

Ada sebuah keinginan dalam hatinya untuk membukukan tulisannya tersebut. Hingga suatu hari Hilda bertemu seseorang yang memberinya motivasi untuk menulis dan membuat sebuah karya. Namanya Mahesa, seorang lelaki yang kini sedang dekat dengannya.

Mahesa seorang pemabuk yang diselamatkannya ketika akan tertabrak kereta. Kejadian yang sungguh membuat Hilda tak dapat melupakannya. Saat itu Mahesa yang tengah berjalan sempoyongan akan menyebrangi jalan kereta terjatuh tepat lima belas meter kereta ekspres itu akan melintas. Hilda yang seperti biasa sedang berlari mencari tempat yang akan terjadi kecelakaan, dengan sigap Hilda membawa Mahesa ke pinggir jalan kereta. Dan akhirnya Mahesa pun dapat diselamatkan.

Sejak saat itulah Hilda mengetahui alasan Mahesa mengapa menjadi seorang pemabuk, dan alasannya dapat diterima Hilda. Mereka pun mulai merasa dekat karena kesamaan yang ternyata memiliki kelebihan. Mahesa pun sama bisa melihat sesuatu akan terjadi di hadapannya, hanya saja Mahesa lebih ke arah perjalanan hidup seseorang yang bisa dilihatnya.

Suatu saat Mahesa melihat diri Hilda yang akan segera menemukan pasangan hidupnya, namun dalam penglihatan Mahesa masih belum jelas siapa yang akan menjadi jodoh Hilda. Saat itulah Hilda menjadi gelisah akan dirinya, ia sangat menyayangi Mahesa dan berkeinginan untuk hidup bersama hingga sisa usia mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun