"Dan seperti permintaanku tadi, aku ingin memberikan sesuatu pada kalian untuk dijaga dengan penuh kasih karena barang ini adalah warisan ibuku dulu." Nyai Raga kembali menjelaskan.
"Dan tentang harapan kalian untuk memiliki anak, suatu hari nanti jika terkabul mungkin akan membuatmu menjadi buta karena ramuan ini sangat keras sekali, apakah itu takkan membuatmu keberatan?" Jelas Nyai Raga sambil menatap Bu Manik.
"Tak mengapa bagiku menjadi buta asalkan aku bisa memiliki seorang anak." Jawab Bu Manik penuh yakin dan tegar.
Percakapan mereka pun berlangsung cukup lama, hingga akhirnya Nyai Raga menutupnya sambil memberikan sesuatu di dalam kotak.
"Simpanlah barang ini yang kelak bisa kalian gunakan untuk menolong orang lain dan gunakanlah sebaik mungkin di jalan yang benar demi kebaikan." Nyai Raga berkata sambil menyerahkan sebuah kotak berisi liontin jam kepada Bu Manik.
"Dan rahasiakanlah tentang pertemuan kita pada siapapun karena aku tak ingin ada yang mengetahui keberadaanku, kalian harus ingat itu." Nyai Raga berkata tegas sekali.
Setelah berpamitan dan berterimakasih keduanya pun keluar rumah dan berjalan lurus menuju jalan besar mengarah pulang ke kota tempat tinggal mereka.
Dan ketika Bu Manik tiba-tiba menoleh ke belakang karena ingin melihat untuk yang terakhir kali ke rumah Nyai Raga, sungguh aneh rumah itu hilang dari pandangannya tinggallah sebuah pohon besar nan rindang yang ada di sana. Bu Manik sangat terkejut dan mengusap kedua matanya untuk kembali meyakinkan penglihatannya tersebut dan memang di sana hanya ada sebuah pohon besar yang rindang berdiri tegak penuh keteduhan. "Aneh!" Pikirnya.
Bu Manik tidak mengatakan apapun atas kejadian itu pada suaminya, ia hanya berkata di dalam hati saja mengingat keanehan tersebut.
"Aku akan menyimpan rahasia ini dengan baik dan rapi, Nyai." Gumamnya dalam hati.
Rahasia ini terus disimpannya sendirian hingga anaknya lahir diberi nama Hilda seperti nama yang tercetak pada liontin jam pemberian Nyai Raga. Seperti perkataan Nyai Raga dulu, Bu Manik memang mengalami kebutaan setelah anaknya lahir. Bu Manik hanya bisa tegar dan bersyukur atas karunia Tuhan yang diberikan pada keluarganya tersebut. Walau dalam hatinya tetap ada tanya yang tak pernah terjawab "Siapakah sebenarnya Nyai Raga."