Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Catatan Seorang Puan

2 April 2021   17:00 Diperbarui: 2 April 2021   17:03 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Puan pun harus menerima kenyataan untuk dioperasi usus buntu saat itu juga. Lantas apa yang terjadi setelahnya? Puan pun harus membatasi pergerakannya karena perlu cukup waktu untuk pemulihan pasca operasi itu. Yang biasanya Puan banyak mengerjakan aktivitas di luar rumah, kini Puan hanya bisa menikmati hari-harinya dengan kegiatan inti saja yakni pekerjaannya. Tak ada hal lain selain rumah - tempat kerja - rumah. Dan Puan harus puas dengan keadaan tersebut.

Hingga waktu pun menginjak bulan kedua setelah Puan dioperasi, ada perasaan lain yang dirasakan pada tubuhnya. Mengapa Puan masih saja merasakan sakit pada perutnya? Dan rasa sakit itu pun kian lama kian tak dapat ditahan. Puan kembali tumbang di sebuah rumah sakit dengan kali kedua harus menerima vonis berat lagi.

Puan divonis mengidap kista, dan yang lebih parah lagi kistanya itu ada duah buah bersemayam di tubuhnya. Tentu saja itu harus segera diangkat dan dibuang demi kesehatan tubuhnya. Puan pun harus kembali mempersiapkan dirinya untuk dioperasi kali kedua. Dahsyat sungguh dengan kenyataan yang harus diterimanya ini.

Belum sampai seratus hari perutnya harus kembali dibedah dan dioperasi demi kembalinya sehat di tubuhnya. Puan hanya pasrah dengan keadaan tersebut. Puan kembali terkapar di sebuah ruang yang berbau obat-obatan. Sudah terbayangkan olehnya jika setelah ini Puan harus kembali menanti pulihnya kesehatan di tubuhnya.

Semilir angin menyadarkan Puan dari lamunannya. Ingatan Puan melayang dengan waktu ke belakang. Puan hanya bisa menitikkan air mata dengan ingatan tersebut. Kini Puan hanya bisa menuliskan luahan hatinya di buku catatan kecilnya. Semua adalah pengalaman, dan pengalaman adalah guru terbaik untuk pembelajaran.

Puan adalah Puan yang selalu berkeinginan menari dengan jemarinya di atas secarik kertas. Puan hanya ingin kembali dengan keadaan seperti semula, aktif menulis dan berliterasi bagi negeri. Puan memang sangat menyukai kegiatan menulis dan berliterasi. Dan puan mulai membenahi satu persatu beberapa tulisannya yang terpenggal karena sakitnya.

Puan kembali berinspirasi dan berimajinasi dengan kata-kata, dan ia pun berseru dengan beberapa puisinya melalui channelnya. Tak hanya itu saja Puan mulai bercuap-cuap dengan cerita imajinya. Dan kini Puan sedikit demi sedikit merasa kehidupannya mulai normal kembali. 

Puan mulai menikmati hari-harinya walaupun masih ada sedikit perih di hatinya setelah apa yang terjadi pada dirinya. Ia tak ingin berlarut-larut dengan keadaan walaupun belum tuntas seratus hari setelah pasca operasi. Puan bertekad ingin segera pulih dengan kesehatan tubuhnya. Ia ingin segera bergerak kembali dengan melangkah perlahan demi kegiatan yang sangat disukainya. Walaupun kini ia hanya secara mandiri saja bergerak di literasi.

Tentu saja banyak kesempatan selama ini yang telah dilewatinya. Karena keadaannya telah banyak membuatnya kehilangan teman dan kesempatan. Dan itu menyadarkan dirinya tentang sebuah persahabatan. Mungkin ini sudah jalan terbaik baginya dari Tuhan, yang telah menunjukkan siapakah teman sejati itu.

Bukan semata tentang pemberian melainkan apa itu sebuah pengertian dan perhatian, di sanalah arti persahabatan sesungguhnya. Puan sangat menyadari akan kekurangan pada dirinya selama ini yang telah membuatnya kehilangan beberapa sahabat. Puan hanya bisa memohon ampunan pada Tuhan akan segala khilafnya selama ini. Semoga sahabatnya berbahagia walau tanpa ada kehadirannya.

Puan menutup perlahan buku kecilnya, dan ia kembali memandang jauh ke hadapan. Dilihatnya air beriak tersapu hembusan angin. Puan menikmati sejuknya udara di sudut taman. Hingga ia bangkit dari duduknya untuk pulang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun