Nun...
Ancala impian pada sebuah jiwa yang lama memendam rasa
Ketika bagaskara kian menghangatkan hariÂ
Tibalah aku di sini
Bersama payoda yang mempesona
Biru pun seakan berseru padamu, nun...
Anila nan manja bersemilir sematkan keindahan alam mayapada
Tepekurlah jiwa-jiwa yang meronta dan kehausan akan indahnya nabastala
Rengkuh sanubari pada buana
Merasa diri tak berarti apa-apa
Nun...
Aksa perjalanan telah dilalui menuju padamu
Daksa berteriak lepas di bawah kaki yang  gagah berdiriÂ
Aku pun mengangkat topi
Rasa kagum berbaur syukur pada Sang Kuasa penciptamu
Anca yang telah terlewati serasa tak berarti
Tumpahlah gelabah  ketika lerengmu terpijak kaki
Sungguh aku menikmatimu
Di atas ketinggian permukaan bumiku
Nun...
Di hadapanmu aku berdiri
Bukan hanya tuk mencari sensasi
Pesonamu adalah lukisan tuk sadarkan diri
Betapa agungnya mahakarya Illahi Rabbi
Nun...
Kau bernama gunung parang
Mencapaimu sungguh harus berjuang
Purwakarta, 24 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H