Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Sayang di Biji Ketapang

16 Mei 2020   10:47 Diperbarui: 16 Mei 2020   12:44 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maa...bikin kue dong!" Sahut anakku setelah solah subuh tadi.

Sungguh perkataannya mengingatkan aku pada zaman remaja dulu, dan tiba-tiba di hati ini pun ada rindu. Tanpa terasa pipi pun terasa basah. Sebuah kenangan yang takkan terlupakan bersama ibuku yang kini sudah mulai renta. Betapa masa itu kini menjadi sebuah lukisan indah di depan mata.

Dulu, ketika masih remaja belum kusadar jika perjuangan seorang ibu begitu besar. Terutama bagi ibuku sebagai single parent yang harus membesarkan kedua anaknya. Kami berdua yakni aku dan adikku harus menjalani hidup tanpa seorang ayah karena beliau telah meninggal dunia saat usiaku empat tahun sedangkan adikku masih berusia 7 bulan berada dalam kandungan ibu.

Sejak saat itu tanggung jawab besar pun dijalani oleh ibuku sebagai single parent. Masa-masa prihatin kami pun lalui dengan segenap kasih sayang dari seorang ibu sekuat baja. Wonder women sangat layak julukan bagi ibuku.

Tanpa melupakan juga betapa banyak kasih sayang yang kami rasakan dari kakek, nenek, saudara dan para hamba yang baik hati lainnya. Maklum karena kami sebagai anak yatim, alhamdulillah rezeki pun selalu ada bagi kami dari para hamba yang baik hati tadi. Semoga mereka yang telah banyak membantu kami akan selalu berada dalam lindungan Alloh SWT dengan dilimpahkan rezeki yang barokah, aamiin.

Masih jelas gambaran itu di pelupuk mata. Sungguh perjalanan yang sangat berkesan bagi kami yang hingga kini masih bisa merasakan kasih sayang ibu tercinta. Semoga Alloh SWT selalu memberikan kasih sayang dan kesehatan bagi ibu, aamiin.

Hari ini, kembali pada diri yang kini telah menjadi ibu bagi kedua anakku. Ketika dimasa pandemi ini walaupun kami terdampak akan hal itu alhamdulillah kami sekeluarga masih bisa melaluinya bersama dalam keadaan sehat walafiat.

Yang membuat sedih saat ini ketika si bungsu memintaku untuk membuat kue, adalah teringat suami yang harus rela kehilangan pekerjaannya. Sebagai seorang kuli menjahit pada sebuah konveksi di Bandung, akibat wabah covid-19 ini terpaksa berhenti bekerja karena konveksinya harus tutup. Kami berharap pandemi ini segera berlalu agar suami pun bisa bekerja lagi.

Aku yakin setelah kesulitan akan ada kemudahan. Kupandangi wajah polos si bungsu dan mengiyakan permintaannya.

"Kita buat biji ketapang aja ya..." Ujarku pada si bungsu.

Aku pun mengajak bungsu ke dapur untuk mencari bahan seadanya saja. Kami memang harus banyak menghemat disaat pandemi ini. Walaupun sangat berat semuanya harus dijalani dan menikmatinya dengan bahagia.

Alhamdulillah bahan-bahan untuk membuat biji ketapang ternyata ada di dapur hingga tak perlu lagi belanja. Mulailah kubuat adonan biji ketapang ditemani si bungsu.

Entah mengapa hati ini terasa haru melihat si bungsu yang terus membantu mencetak biji ketapang. Walau hanya kue biji ketapang ada garis bahagia di wajahnya karena keinginannya telah dikabulkan olehku.

"Ya... Allah, alhamdulillah atas karunia-Mu yang memberikan anak shaleh padaku." Bisikku dalam hati.

Selama masa sulit ini si bungsu tak pernah banyak permintaan, walau baru kelas tiga SD sepertinya dia sudah mengerti kesulitan orang tuanya.

Namun ada rasa bersalah menyebar dalam hati ini hingga terasa sesak dan kutahan derai itu jatuh. Apalagi ketika kusuruh si bungsu untuk istirahat dan pergi tidur, dia malah berkata "Kasihan mama ah... Biarin bantu sampai selesai aja."

Terenyuh sangat mendengarnya, entah mengapa hati ini begitu sensitif sekali di saat pandemi ini. Betapa sayangnya dia padaku, hingga kami selesai mencetak biji ketapang, dan masih banyak lagi perkataannya dalam percakapan kami yang membuatku teriris perih.

Aku masih belum bisa membahagiakan anak-anakku seperti dulu ibuku yang berjuang begitu keras demi kebahagiaan kedua anaknya walau hanya single parent. "Maafkan mama!" Bisikku dalam hati.

Sungguh ada sesuatu yang menyadarkanku di sini tentang perjalanan hidup. Sesulit apa pun tentu akan selalu ada jalan. Bersama keluarga tercinta itu adalah sebuah kebahagiaan. 

Momen membuat kue biji ketapang bersama anakku dengan bercurah kasih sayang adalah cerita indah di hari ini. 

Di rumah saja bersama keluarga tercinta.

Tetap semangat jalani hidup ini di tengah pandemi.

Jangan lupa jaga jarak jika harus keluar rumah karena terpaksa.

Jaga kesehatan dan kebersihan selalu, cuci tangan jangan lupa, gunakan masker itu pasti.

Semoga kita semua sehat selalu.

Dan badai pun segera berlalu.

Aamiin.

img-20200407-wa0046-5ebf621f097f36307947d9b2.jpg
img-20200407-wa0046-5ebf621f097f36307947d9b2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun