Dengan sabar Bapak Eman menceritakan tentang Cut Nyak Dien yang diasingkan di Sumedang.Â
Dalam pengasingannya sejak tahun 1901, Cut Nyak Dien dijuluki dengan nama "Ibu Perbu" yang artinya Ibu Suci, karena kepandaiannya dalam ajaran Agama Islam yang sangat dalam.Â
Nama itu diberikan agar Cut Nyak Dien tidak dapat ditemukan jejaknya oleh Belanda. Hingga pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia dan dimakamkan di area pemakaman keluarga H. Sanusi, karena ia telah dianggap sebagai anggota keluarga mereka.Â
Cut Nyak Dien dimakamkan seperti biasa saja, tak ada yang istimewa pada awalnya dengan bentuk kuburan yang biasa pula. Hal itu karena identitasnya yang dirahasiakan dari penjajah Belanda. Namun, ketika pada tahun 1959, Gubernur Aceh pada waktu itu Ali Hasan menemukan jejak makam Cut Nyak Dien.Â
Maka pada tahun 1987, makam Cut Nyak Dien pun dipugar, yang sekelilingnya dipagari dengan pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1500 m2. Di belakang makam Cut Nyak Dien terdapat mushola.
Selain itu juga terdapat banyak batu nisan yang dikatakan sebagai anggota keluarga H. Sanusi, letaknya di sebelah kiri makam Cut Nyak Dien.
Pada batu nisan Cut Nyak Dien nampak istimewa, berbeda dengan makam yang lainnya. Terdapat tulisan bahasa arab, Q. S. At-Taubah dan Al-Fajr, tertulis juga riwayat hidupnya dan hikayat cerita Aceh.
Jejak sejarah sungguh janganlah dilupakan, takkan ada kehidupan dan kemajuan negeri ini tanpa perjuangan serta pengorbanan dari pahlawan bangsa.Â