Mohon tunggu...
Papa Izza
Papa Izza Mohon Tunggu... lainnya -

hanya debu...yang terbawa angin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajadah cinta

15 Januari 2012   06:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dik..maafkan aku jatuh hati kepada suamimu,

Dik..bisakah kita menjalani hidup yang tersisa dengan berbagi

Kata-kata itu sampai kini belum sempat kuutarakan, karna belum juga bertemu dengan istri dari seorang lelaki yang kukagumi, kucintai  dan kusayangi, Kukagumi karna kesederhanaanya yang begitu melekat, Kucintai karna ia begitu pandai menentramkan segala risauku dengan kata-katanya, Kusayangi karna ia begitu teguh dan kuat pada prinsip kehidupannya, begitu taat kepada keyakinannya.

Aku mengenal lelaki itu dari sosial media yang kini telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat kita, Semua orang menggunakan jejaring ini. Sebelum aku meng-add nya kucoba telusuri kehidupan pribadinya baik lewat catatan-catatannya , komentar ataupun statusnya, aku mencoba untuk berhati-hati masuk wilayah kehidupannya dengan melihat teman-teman dekatnya. Lelaki itu begitu menawan bagi harapanku, begitu indah untuk melengkapi mimpi yang tersisa dalam hidupku. meski secara lahiriah lelaki itu tak seperti dambaan wanita-wanita masa kini, ganteng dan perkasa. Tapi entah mengapa aku begitu jatuh hati dan berharap besar untuk hidup bersamanya meski aku telah mengetahui status lelaki itu, seorang lelaki yang telah beranak istri, seolah aku mendapat kekuatan untuk ikhlas menjalani kehidupan rumah tangga dengan berbagi (polygami) ataukah aku yang telah buta atau membutakan mata hatiku sendiri,

Bukan aku tak mampu mencari laki-laki yang lebih dari lelaki itu, baik yang masih berstatus lajang ataupun duda, Aku hanya berharap diakhir sisa hidupku, dimasa-masa cinta yang masih aku miliki aku ingin mencintai dengan sepenuh hati, aku ingin memiliki dengan segenap rasa. Kehidupanku dulu kujadikan pengalaman terbaik agar tak terulang kembali.

Dulu, selepas aku menamatkan sekolah SMK disebuah kota dijawa tengah, aku mencoba mencari peruntungan dijakarta dengan keluguan dan kepolosan, karna saat usiaku saat itu aku belum mengenal apa itu cinta, siapa itu lelaki, bagaimana rasa mencintai dan dicintai. Meski aku tak begitu jelek juga tak terlalu cantik,  Saat aku mencoba bekerja menjadi seorang SPG sebuah butik yang menjual pakaian import, aku indekost disebuah rumah, sepulang kerja kadang ibu kost menyuruhku membeli minyak tanah, karna waktu itu belum ada konversi minyak tanah ke BBG (bahan bakar gas) pada tetangga yang jadi agen minyak, hubunganku dengan ibu kost pun semakin dekat, yang ada pada pikiranku saat itu bagaimana aku bisa sedikitnya mengumpulkan uang untuk masa depanku, saking seringnya membeli minyak, Pemilik agen minyak pun memperhatikan keluguan dan kepolosanku, dan hingga suatu sore menelpon kerumah ibu kostku yang intinya mengajak makan diluar. Aku bingung menjawabnya karna aku tak tahu apa maksudnya, karna untuk hal yang seperti itu aku begitu asing, dan karna merasa tak enak hati kuterima ajakan makan diluar, dan masih teringat makan pertama waktu itu nasi uduk, bagaimana cara mempersilahkan makan dan bagaimana perhatiannya membuat aku terkesan, Dari situ kami mulai dekat dan dia juga bercerita tentang pernikahannya yang ditinggal mati istrinya karna sakit jantung, Sementara ketiga anak-anaknya masih butuh perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu. Akupun semakin bingung saat aku harus dihadapkan pada pertanyaan bahwa lelaki beranak 3 itu ingin melamarku menjadikan aku sebagai pengganti ibu dari ketiga anaknya, Kukhabari keluarga yang ada dikampung, reaksi penolakan dari pihak orang tuaku yang tidak menghendaki pernikahan ini karna statusku masih gadis harus mendapatkan duda beranak 3, tapi entah mengapa pesona duda itu meyakinkan hatiku hingga akupun bisa menyentuh hati ibu dan ibukupun akhirnya memberi restu meski dengan syarat "DIKUKUP RAUP"  yang artinya semua keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan pada suatu akhirnya nanti.

sebulan setelan proses lamaran akhirnya kami menikah, kami sengaja menunda kehamilan 1 tahun agar aku semakin dekat dengan ketiga anak-anaknya, dan anak-anaknya bisa merasakan kembali kehadiran seorang ibu. Setelah beberapa bulan pernikahan kelakuan suamiku (aku panggil abang) mulai kembali kepada sifat aslinya, pangkalan minyak yang kami miliki semakin berkembang tapi hanya mengandalkan diriku yang menjalankannya sementara abang sibuk bermain ps dan berkumpul bareng teman-temannya, lelah dan banyaknya beban yang harus kujalani merawat anak menjalankan usaha dan juga kehamilan anak pertama, semakin membuat aku tak bisa merawat diriku sendiri.

Anakku yang pertama lahir laki-laki , sang kakek memberi nama rochim karna anak dari istri pertama bernama rochman. Hari- hari kulalui datar saja hingga ada keputusan dari pemerintah yang melakukan konversi minyak tanah ke gas, persoalan mulai datang saat abang sibuk berdemo dengan aksi penolakan kebijakan konversi itu, mulailah abang bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya yang berkeyakinan / sekte lain dari agama yang kami yakini, abang mulai berubah mengikuti ajaran keyakinannya karna telah dibaiat, perubahan cara berpakaian juga cara berfikir, yang membuatku semakin tertekan hingga membuatku hanya bisa menangis, sementara aku sedang mengandung anak kedua, abang pun mulai bertingkah dan meminta ijin padaku untuk menikah lagi. sungguh sakit saat itu, untung sisulung yang bisa mengerti dan memahami hati dan perasaanku, dari hari ke hari kelakuan siabang, mertua dan anak sulungku memberi solusi atau jalan terbaik agar aku bercerai daripada membuatku semakin tertekan dengan keadaan ini, berangkat dari situ akhirnya aku mengugat cerai atas pernikahan dengan si abang, dan proses perceraian pun berjalan lancar karna delik aduan atau point yang menjadi persoalan menggugat cerai itu ada, tapi sebelum bercerai aku untuk yang terakhir kali menawarkan kepada siabang bagaimana kalau kita rujuk dengan syarat siabang meninggalakan ajaran yang kini dianutnya. tapi si abang bersikeras dengan keyakinannya.

Setelah proses perceraian selama 3 bulan masa iddahku aku masih mendapat jatah belanja dari mertuaku dan aku pulang kekampung halamanku dengan status janda. Saat kami masih bersama si abang salah satu keluargaku ikut berinvestasi  20 juta dalam bisnis keagenan minyak, tapi saat perceraian si abang baru bisa membayar 10 juta,  dan untuk ukuran dikampungku kemana lagi harus mencari uang sebesar itu kecuali pergi keluar negeri menjadi TKW. dengan semangat yang tersisa meski berat hati kutinggalkan si kecil yang belum juga habis masa persusuannya, tapi demi sebuah nama baik dan demi sebuah harga diri untuk bisa melunasi utang itu, kini semuanya telah terlunasi, dan aku masih menjalani sisa akhir kontrak kerjaku.

Salahkah aku bila kini berharap sepenuh hati kepada lelaki yang telah beristri itu, kelirukah aku yang mencoba untuk ikhlas menjalani semua ini, aku begitu ingin lelaki itu menjadi imam terakhir dalam hidupku yang mengajarkan tentang kehidupan, yang mampu memimpin shalatku bersajadah cinta.

Dik..sekali lagi maaf, bukan berarti aku mencoba merebut kebahagiaanmu, bukan berarti aku ingin menghancurkan kedamaian pernikahanmu, kumohon keikhlasanmu untuk mengijinkan aku menjadi bagian kehidupan lelaki yang menjadi suamimu.

(seperti yang dituturkan kepada penulis)

mugabri 438 ...




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun