Mohon tunggu...
Puji Purwanto
Puji Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Puji Purwanto atau biasa dipanggil Puji, lahir di Banyumas 20 Juni 1982. Anak pertama dari tiga bersaudara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memberdayakan Perempuan dari Paguyuban Seruni

9 Mei 2015   16:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENGALAMAN mendapat diskriminasi dan perbudakan saat menjadi buruh migran di Hongkong selama tujuh bulan pada 2002, menggugah jiwa Lili Purwani peduli terhadap nasib buruh migran dengan membentuk Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan "Seruni" bersama mantan buruh migran di Banyumas.

[caption id="attachment_365096" align="alignnone" width="500" caption="Seruni/dok Lili Purwani"][/caption]

Pembentukan ini dilatari oleh rasa keprihatinan akan berbagai masalah yang menimpa buruh migran dan keluarganya serta perempuan yang seolah tiada henti. Apalagi permasalahan ini tidak hanya dialami oleh dirinya saja, melainkan banyak buruh migran lain yang pernah bekerja di beberapa negara seperti, Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Macau, Arab Saudi dan Brunai Darussalam.

Parahnya lagi, pada waktu itu di Banyumas belum ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bertindak secara fokus mengenai persoalan ini. Padahal, Banyumas termasuk daerah yang banyak mengirimkan tenaga kerja. Sehingga, ketika muncul kasus mengenai buruh migran Lili harus melapor ke Jakarta.

"Kalaupun ada LSM, mereka cenderung berorientasi pada profit. Padahal, kami tidak memiliki biaya besar untuk membayarnya," katanya mengisahkan.

Kasus-kasus yang biasa dialami para buruh migran diantaranya, kekerasan fisik, pemotongan gaji secara sepihak, tidak mendapat jatah libur hingga sampai kasus meninggalnya buruh migran. Persoalan-persoalan tersebut seolah tiada henti hingga saat ini.

Lily mengatakan Paguyuban Seruni ini menjadi wadah buruh migran untuk saling sharing pengalaman dan persoalan yang pernah dialaminya serta untuk mengembangkan kemampuan buruh migran agar bisa berkarya di daerahnya sendiri setelah pulang merantau.

Dari awal dibentuk pada 2008 hingga awal 2014, Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Banyumas telah menangani 60 kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI). "Kami melibatkan Dinsosnakertrans, LSM dan orang-orang yang berpengaruh dalam menangani kasus TKI," kata warga Desa Datar Kecamatan Sumbang ini.

Berkeliling Desa

Untuk menangani persoalan ini, ia bersama pengurus lain di Paguyuban Seruni rela keliling dari satu desa ke desa lain di Banyumas yang banyak buruh migran. Mereka juga sharing pengalaman tentang cara aman berimigrasi agar tidak merugikan buruh migran itu sendiri.

[caption id="attachment_365097" align="alignnone" width="500" caption="latihan komputer/dok Lili Purwani"]

14311647261940125791
14311647261940125791
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun