Mohon tunggu...
bu anni
bu anni Mohon Tunggu... profesional -

Semua artikel saya di Kompasiana dan tulisan saya lainnya, saya simpan di http://dengarlahnuranimu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berkah Badan Besar : Kuat Berdesakan Saat Tawaf

11 Oktober 2013   07:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di musim haji seperti ini, saya jadi teringat pengalaman saya saat menunaikan ibadah haji bersama suami dua tahun lalu. Banyak pengalaman menarik yang kami alami di tanah suci. Semuanya begitu berkesan dan masih segar dalam ingatan, seolah baru terjadi kemarin saja.

Salah satu pengalaman yang paling dahsyat adalah pengalaman saat menjalani ritual Tawaf, yakni ritual mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali sebagai salah satu rukun haji dan umrah. Betul-betul dahsyat pengalaman itu. Sampai sekarang saya masih terus takjub sendiri, mengingat betapa saya dapat menjalani ritual itu dengan baik dan lancar, padahal kadang saya berpikir bahwa saya adalah perempuan yang lemah dan sesekali suka manja.

Dahsyatnya ritual tawaf.

Ritual tawaf itu bukan ibadah yang yang biasa. Ini adalah ibadah yang melibatkan kekuatan fisik agar seseorang dapat menyelesaikan 7 putaran dengan sempurna. Halaman dalam Masjidil Haram saat saya menunaikan ibadah haji belum luas seperti sekarang ini, juga belum ada lantai atas berbentuk cincin yang melingkari Ka'bah. Semua jamaah haji yang akan melakukan tawaf harus melakukannya di lantai yang sama, yakni di halaman dalam Masjidil Haram yang megah dan indah.

Ketika melaksanakan tawaf , baik saat umrah maupun haji, saya selalu kebetulan harus bertawaf bersama ratusan ribu jamaah secara bersamaan, padahal saya sudah berusaha bertawaf di waktu sebelum subuh, di tengah hari saat matahari tepat di atas ubun-ubun, atau tengah malam, dengan harapan tak akan terlalu banyak jamaah yang melaksanakan tawaf di waktu-waktu tersebut. Namun ternyata Ka'bah memang tak pernah sepi dari manusia. Selalu saja berjubel dan berdesak-desakan.

Saat melaksanakan tawaf, kita harus berjalan dan kadang berlari kecil mengitari Ka'bah sebanyak 7 kali dalam putaran berlawanan arah jarum jam, dengan doa-doa tertentu yang sudah dihafalkan sebelumnya. Bagi jamaah yang masih muda dan sehat, berjalan dalam rute lingkaran yang dekat dengan Ka'bah tentu sebuah pilihan yang tepat. Karena jarak tempuh menjadi singkat. Namun sayangnya, rute ini sangat penuh sesak, berjejalan, berdesakan luar biasa, sampai kadang kaki kita berpijak di atas kaki jamaah lain alih-alih menapak di permukaan lantai, saking berjubelnya orang-orang yan seolah mengepung  kita.

Bagi jamaah yang sudah sepuh, rute yang dekat dengan Ka'bah tentu sangat berbahaya, karena badan yang renta tak akan mungkin dapat menahan desakan jamaah yang begitu dahsyat. Maka bagi para jamaah yang sudah tua, tak ada pilihan lain kecuali berjalan mengitari Ka'bah dari lingkaran yang terjauh , atau bahkan memilih bertawaf dari lantai dua dan tiga Masjidil Haram. Di rute tersebut, orang dapat berjalan dengan lebih relax dan tenang, namun jarak dan waktu tempuhnya menjadi sangat jauh dan lama. Didorong rasa penasaran, saya pernah mencoba bertawaf di lantai dua, dan ternyata waktu tempuh untuk satu putaran kurang lebih 30 menit. Itu artinya kita harus berjalan selama 3,5 jam untuk menyelesaikan ritual tawaf. Saya yang masih bugar dan sehat saja merasa letih, bagaimana dengan para Oma-Opa itu. . Kadang kasihan juga melihat bapak-bapak dan ibu-ibu jamaah yang sudah sepuh terlihat kepayahan saat bertawaf.

Tak semua jamaah dapat bersikap tertib.

Nah, saat bertawaf bersama ratusan ribu jamaah inilah berbagai perjuangan berat harus kita hadapi. Yang paling sering adalah didorong dengan keras dari arah belakang dan samping oleh rombongan jamaah yang tak sabar ingin memotong rute agar dapat mendekati bangunan Ka'bah.

Bukan dorong sembarang dorong lho. Dorongannya sangat bertenaga dan massif, karena tak semua jamaah mau begitu saja merelakan rutenya diserobot oleh jamaah yang tak sabaran ini. Lalu doronganpun dibalas dorongan yang tak kalah kuatnya. Nah kami yang berjalan dengan tertiblah yang jadi korbannya. Terjepit, tergencet, terseret, dan terombang-ambing kesana-kemari. Lepas sedikit saja pegangan tangan kita dari pasangan atau dari teman satu rombongan, besar kemungkinan kita akan tenggelam dalam arus dan tersesat di Masjidil Harram yang begitu luas dan kolosal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun