Masih menurut ibu saya, beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan seluruh rakyat Indonesia dibuat tercengang dan heboh setengah mati, dengan kabar yang menyebutkan bahwa Markonah dan Idroes sama sekali bukan ratu dan raja. Mereka hanyalah ratu dan raja palsu alias bohong-bohongan !
Lho, bagaimana itu bisa terjadi ? Ya bisa saja. Begini pasalnya. Setelah beberapa hari berada di Jakarta dan kerjanya cuma makan-minum dan tinggal di hotel berbintang dalam gelimang kemewahan, sang ratu dan raja abal-abal berkeliling Jakarta untuk melihat-lihat. Nah disanalah kedok mereka terbongkar. Salah seorang penduduk mengenali Idroes sebagai seorang penarik becak di sana, dan dipanggil-panggilah si Idroes itu oleh penduduk tadi. Ya sudahlah, bubar semua sandiwara indah selama ini. Ya nasib, ya nasib, mengapa begini ...
Mana mungkin kisah ini tertulis dalam buku sejarah
Ya ampun, jadi si Markonah sama si Idroes itu bukan ratu dan raja ? Ya bukan, sama sekali bukan ! Idroes adalah penarik becak di Jakarta, sementara Markonah adalah seorang perempuan PSK dari daerah Tegal Jawa Tengah. Halah parah ...
" Malu-maluin banget ", komentarku. " Heran deh. Kok bisa-bisanya bung Karno yang sehebat itu diperdaya sama orang -orang gendeng kayak mereka “. " Ya bisalah ", jawab Ibu. Kan dulu nggak ada TV, nggak ada internet. Koran juga masih sedikit. Gimana orang tahu,yang mana raja asli dan mana raja palsu”.
Apapun pendapat masyarakat kala itu, begitulah yang terjadi. Bung Karno dan para pejabat tinggi negara RI yang pandai -pandai dan berwibawa itu, telah ditipu mentah-mentah oleh Markonah dan Idroes, rakyat jelata yang terbukti punya taktik lebih cerdas, kreatif, dan jitu ( meski jelas - jelas ngaco dan nyebelin ) dalam mengelabui orang pintar sekelas presiden. Apa boleh buat1- 0 untuk Markonah dan Idroes.
Akhir kata, karena ini adalah peristiwa yang bikin malu, maka jangan harap kisah ini akan ditemui dalam buku-buku sejarah anak-anak kita. Nggak bakalan. Sebab kalau ditulis, apa kata duniaa ...
Begitulah sekilas lintas peristiwa bersejarah yang masih dikenang oleh ibu saya. Moral ceritanya cukup jelas : yang pertama, jangan gampang percaya pada orang-orang di sekitar kita. Tetaplah bersikap tenang, waspada, dan cermat. Yang kedua, jangan mudah tertipu oleh penampilan serba gemerlapan. Yang ketiga, mbok ya mikir, memangnya suku anak dalam itu kerajaan apa ? kok ada ratu dan rajanya segala ? makanya belajar Geografi yang bener ! . Dan yang keempat, wahai para pemimpin, jangan sekali-kali menganggap remeh rakyat jelata. Karena kami bisa lebih pintar dan berbahaya dari anda semua. Oleh kerena itu, waspadalah, waspadalah !
Salam sayang,
Anni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H