Mohon tunggu...
Puji InantaR
Puji InantaR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menjadi penulis dengan caranya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro-Kontra Konflik Palestina-Israel

1 Juni 2021   11:12 Diperbarui: 1 Juni 2021   11:54 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Israel-Palestina, konflik berkepanjangan yang sudah berjalan selama kurang lebih 73 tahun ini makin memanas setelah terjadi nya beberapa penyerangan pada beberapa hari yang lalu. Dan tak hanya sampai disitu, setelah adanya berita tentang gencatan senjata, kini konflik tersebut masih berlangsung dalam bentuk "perang narasi", sampai-sampai menjadi topic hangat di media sosial Indonesia. 

Akar dari konflik ini sendiri bukan lah soal perbedaan suku ataupun agama, sebab penduduk negara Israel dan Palestina heterogen dalam hal suku bangsa dan agama. "Ini adalah konflik tentang wilayah, sesederhana itu," kata Dr. Gil Merom, seorang pakar keamanan internasional dari University of Sydney kepada SBS News. (matamatapolitik.com) Konflik tragis yang sudah berjalan selama beberapa decade ini di mulai sejak sekitar akhir 1800-an dan awal 1900-an. Sudah banyak upaya yang di lakukan demi mencapai sebuah kesepakatan perdamaian  namun upaya-upaya tersebut masih belum dapat "memuaskan", dan masih saja mengandalkan gencatan senjata. Hingga sampai saat ini pun masih belum terlihat titik terang dari konflik kedua negara tersebut.

Pro dan kontra, antara pembela salah satu negara dengan pembela negara yang satunya salah satunya di negara kita sendiri, Indonesia. Banyak sekali netizen-netizen Indonesia yang mengecam Israel dan mendukung Palestina, namun tak sedikit pula yang membela Israel sambil menuding kelompok Hamas sebagai awal mula pemicu gejolak. 

Dihubungkan dengan perang narasi di dunia maya yang saat ini sedang berlangsung, seorang pengamat Timur Tengah, Trias Kuncahyono, mengingatkan agar semua postingan itu harus disampaikan secara dingin dan melihatnya secara rasional.(bbcindonesia) Terkait hal itu pula, Ismail Fahmi, sosok di balik aplikasi Drone Empirit yang memonitor media sosial berbasis big data membeberkan mayoritas dari akun umum dan pro oposisi, dan beberapa dari pro pemerintah. Narasi besarnya adalah mendukung Palestina melawan Israel. Selain itu, mulai banyak yang melihat konflik bukan soal agama, tapi pendudukan dan perampasan.(cnnindonesia)

Kembali kepada bagaimana awal pecahnya konflik yang sangat mengerikan ini, ada yang berpendapat bahwa yahudi berhak atas tanah palestina yang mana pernah mereka tinggali namun kemudian terusir dari sana pada zaman romawi. 

Pada tahun 1917, pernyataan itu pun di dukung oleh Inggris yang mana pada saat itu masih menjadi kekuatan colonial di palestina, dengan mengeluarkan Deklarasi Balfour yang menyatakan ""Pemerintah Yang Mulia mendukung pendirian rumah nasional untuk rakyat Yahudi di Palestina, dan akan melakukan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini." Jadi, mereka merasa apa yang dilakukannya sudah benar dan semata-mata untuk mengusir orang palestina dan mengambil kepemilikan tanahnya kembali. Namun banyak juga yang tidak membenarkan tindakan Israel, yang mana melakukan pengrusakan bangunan secara membabi buta dan terus memakan korban jiwa. 

Dikutip dari laman web BBC Indonesia, menurut Hidayat, pertikaian Israel-Palestina yang terjadi belakangan menunjukkan bahwa Israel merasa "sangat kuat" dan "bisa melakukan apa saja" dengan mengabaikan keputusan lembaga-lembaga internasional. Dia menilai kekerasan di wilayah itu diawali apa yang disebutnya "provokasi" Israel, melalui "penjarahan" rumah-rumah milik warga Palestina oleh warga Yahudi di kawasan timur Yerusalem. Terlebih pada saat mereka melakukan pengepungan masjid Al-Aqsa, melakukan pelemparan granat kejut dan gas air mata.

Menurut saya pribadi, saya lebih condong kepada negara Israel. Bukan hanya sekedar ingin ikut-ikutan suara terbanyak, namun menurut saya, apa yang di lakukan Israel terhadap Palestina merupakan sebuah tindakan yang sangat tidak di benarkan. Mengingat banyaknya korban jiwa yang meninggal akibat dari pemberontakan mengambil alih hak kepemilikan tanah, saya rasa ini sangat lah tidak berperikemanusiaan. Saya hanya bisa berharap, semoga konflik ini dapat segera menemui titik terangnya, agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun