Trello adalah aplikasi manajemen proyek berbasis visual yang dirancang untuk membantu penggunanya mengatur dan memonitor tugas secara efisien. Dengan antarmuka yang intuitif dan fitur yang mudah digunakan, Trello telah menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga profesional. Namun, di kalangan pendidik, Trello masih jarang dikenal atau digunakan. Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan Trello sekaligus mengungkap potensinya dalam mendukung pembelajaran berbasis proyek.
Mengapa Trello Kurang Dikenal?
Walaupun sangat bermanfaat, Trello jarang digunakan oleh guru, bahkan guru TIK sekalipun. Beberapa faktor penyebabnya antara lain: minimnya Eksposur (Trello jarang menjadi bagian dari pelatihan guru, yang lebih sering menekankan platform LMS seperti Google Classroom atau Microsoft Teams), Anggapan Kurang Relevan (banyak yang mengira Trello hanya untuk kebutuhan manajemen proyek profesional, bukan pendidikan),Â
Persaingan Platform Populer (WhatsApp dan aplikasi LMS yang lebih umum digunakan membuat Trello kurang dilirik), Adaptasi Teknologi (tidak semua guru memiliki waktu atau dukungan untuk mempelajari alat baru seperti Trello).
Padahal, Trello memiliki banyak fitur yang bisa diadaptasi untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek, sebuah pendekatan yang semakin penting dalam dunia pendidikan modern.
Fitur Utama Trello
Trello bekerja dengan mengorganisasi proyek dalam bentuk board. Setiap board berisi lists yang dapat digunakan untuk mengelompokkan tugas berdasarkan tahapan, seperti "Rencana", "Proses", dan "Selesai". Di dalam setiap list terdapat cards yang mewakili tugas individu. Kartu ini dapat dilengkapi dengan: deskripsi tugas, tenggat waktu, checklist untuk langkah-langkah spesifik.
Trello juga mendukung kolaborasi tim. Anggota dapat ditambahkan ke kartu, berdiskusi melalui komentar, atau memantau perkembangan proyek secara langsung. Dengan fitur ini, Trello menjadi alat yang tidak hanya membantu pengorganisasian tetapi juga meningkatkan komunikasi.
Keunggulan Trello