Bantul (MTsN 3 Bantul) -- Selasa, 25 Januari 2023 adalah awal pertemuan kepala SMP/MTS se-Kab. Bantul. Acara dikemas dalam Rapat pleno MKKS SMP/MTs. Puji Lestari, Waka kurikulum MTsN 3 Bantul hadir dalam kesempatan tersebut mewakili Kepala madrasah yang sedang ada acara bersamaan di kanwil kemenag DIY. Materi pembinaan dan motivasi yang sangat menarik disampaikan oleh Drs. Isdarmoko, M.Pd., M.M, selaku Kepala Dinas Dikpora Bantul.
Isdarmoko menyampaikan dalam pembinaannya bahwa, "Jika kita ingin maju, harus berubah mind set, tidak ada kerja di zona nyaman. Perubahan mind set menjadi kunci keberhasilan setiap program. Dengan perubahan pola pikir, akan mengubah cara pandang, ide, dan langkah terobosan inovasi baru. Kita harus berubah, bagaimana seorang kepala sekolah/madrasah bisa merubah pola pikir. "Change management mind set and culture set". Tidak ada lagi pola pikir lama..., harus berubah.
Dalam kesempatan itu, Kadinas juga menyampaikan tentang arahan bupati Bantul pada tanggal 18 Januari 2023 untuk civitas akademik, yaitu : 1. Perubahan paradigma dari perencanaan kegiatan menjadi perencanaan hasil (Prestasi); 2. Orientasi pada hasil-prestasi, lakukan perubahan dalam berbagai bidang, antara lain perubahan metodologi pembelajaran yang menyenangkan, lakukan evaluasi dan libatkan pakar; Guru BK harus lebih aktif, perhatian khusus pada anak-anak yang tertinggal, kenakalan remaja, dan pergaulan bebas; libatkan orang tua dalam mencapai tujuan dan; 3. Kedepan terus dilakukan reformasi birokrasi menuju organisasi yang "Agail(lincah), tanpa sekat", yang menghambat cara kerja dan pencapaian tujuan.
Mengutib dari pendapat Prof. Syawal Gultom (Kepala Biro PSDM Kemendikbud), bahwa "Maju mundurnya sekolah/madrasah, bermutu tidaknya sekolah/madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah/madrasahnya". Lebih lanjut Isdarmoko menyampaikan bahwa, semua sekolah harus berbenah diri dan berubah, menyesuaikan tuntutan perkembangan zaman, lembaganya harus berubah, kepala harus berubah, guru-gurunya harus berubah, lingkungan dan ekosistem harus berubah juga. Semua sekolah juga harus memiliki keunggulan, seperti sekolah sehat, sekolah adiwiyata, sekolah berbasis riset, sekolah ramah anak, sekolah berbasis budaya, sekolah berbudaya mutu, dan sebagainya disesuaikan dengan kondisi sekolah/madrasah.
Di akhir penyampaian, Kadinas menyampaikan bahwa, Budaya "kumuh" disuatu sekolah, semisal ada pot ditendang oleh siswa, tanaman di rusak, corat-coret tembok, dan sebagainya, dikarenakan di lingkungan tersebut belum terbentuk kultur yang baik. "Change or Lose..." mau terus bergerak dan berubah selaras dengan dinamika alam, atau mau menjadi bagian yang tereliminasi karena tidak ada peningkatan dan kinerja yang semakin baik. Sungguh suatu motivasi yang dapat membakar semangat untuk berubah ke arah yang lebih baik, kata Puji setelah mengikuti pembinaan (Pjl).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H