Mohon tunggu...
Puji Lestari
Puji Lestari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Defisit Kesiapan Tenaga Kerja Ahli Terutama Sarjana

11 Juni 2015   16:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:06 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia Tidak Siap! Dalam zaman yang serba modern dan instan, kesiapan tenaga kerja seharusnya sudah tidak menjadi problem yang dihadapi oleh Negara Indonesia.  Namun, teori dan materi saja tidak cukup membuktikan dan mengatasi masalah ketidaksiapan SDM Indonesia, namun tindakan real yang kasat mata perlu dilakukan untuk mengembangkan SDM yang produktif. Ketidaksiapan SDM dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Tidak semua orang mengenyah pendidikan yang sama, bahkan untuk bersekolahpun harus mengorbankan pilihan lainnya.

Faktor pendidikan merupakan gejala yang akan menggerogoti Indonesia dari segi keilmuwan dan moral budaya para tenaga kerja. Dimanakah para Sarjana menyembunyikan pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki? Akankah sama cara bertindak dan berfikir para sarjana dengan orang berpendidikan biasa? 

Tentu, seharusnya berbeda. Sarjana diidentikan dengan orang pandai. Kata yang sangat berlebihan. Sarjana merupakan gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah menamatkan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Para sarjana yang lama makan bangku kuliahan seharusnya lebih berpengalaman dalam berbagai bidang. Akan tetapi, kenyataan banyak sarjana yang hanya lulus dengan predikat sarjana tanpa keahlian khusus yang dimiliki. 

“Sarjana = Pekerjaan Terjamin”. Kata yang salah kaprah. Lulus kuliah dan menjadi sarjana belum tentu langsung mendapatkan pekerjaaan yang dicita-citakan. Bahkan lulusan jurusan terfavorit dari Perguruan Tinggi ternama saja belum tentu terjamin kehidupan selanjutnya. Namun, menjadi Sarjana tidak sepenuhnya pengangguran. Yang terpenting adalah keahlian dan ketrampilan yang dimiliki.

Sarjana yang terjamin pekerjaannya berubah menjadi “Sarjana apa Pengangguran”. Kejadian yang sangat miris adalah banyak lowongan tenaga kerja beserta persyaratan yang diiklankan di media massa, namun sayangnya persyaratan yang dipatok umumnya tidak bisa dipenuhi oleh pelamar pekerjaan. IPK tertera minimal 3, Mahir bahasa asing ( Bahasa Inggris) menjadi kendala yang banyak ditemui. Pengangguran bertambah dan persaingan para pelamar kerja menjadi surplus. 

Memang seharusnya para sarjana lulus dirancang siap kerja bukan bekerja atau mencari pekerjaan. Namun, apa yang harus dilakukan kalau lulus tidak ada ketrampilan. Oleh karena itu, dalam mengatasi kejadian ironis tersebut, banyak pihak yang seharusnya mampu bertanggung jawab. Pihak Perguruan Tinggi, tidak hanya berlomba-lomba promosi akan kualitas terbaik pada saat penerimaan mahasiswa baru, namun juga memperhatikan kulaitas mahasiswa lulusan dari Perguruan Tinggi tersebut, agar tidak hanya berbekal ilmu dan teori namun juga ketrampilan dan keahlian khusus sehingga mampu bersaing di dunia kerja.

Pihak pemerintah, harus yakin dengan keahlian dan kemampuan orang asli Indonesia. Mempekerjakan orang Indonesia asli (pribumi) para sarjana muda merupakan salah satu cara untuk mengatasi pengangguran terpelajar. Jangan percayakan seluruhnya dengan orang asing. Pengembangan lapangan pekerjaan di seluruh daerah terutama kawasan terpencil semakin digencarkan. Sehingga para sarjana yang telah lulus tidak hanya bersaing bekerja dipusat perkotaan namun juga bisa mengembangkan keahlian yang dimiliki di daerah tertinggal. 

Selanjutnya dari para sarjanawan dan sarjanawati sendiri, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki seseorang tentunya berbeda. Jangan pesimis pada kemampuan yang dimiliki. Untuk menjadi Sarjana yang berkualitas dan mampu mempertanggung jawabkan titlenya tidaklah mudah, tidak hanya cukup berbekal ilmu pengetahuan akan tetapi pengembangan bakat dan kemampuan yang dimiliki sangatlah perlu. Oleh karena itu, marilah berlomba-lomba untuk menggunakan gelar yang diperoleh untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan dan yang sangat mengesankan adalah “ Sarjana Yang Menciptakan Pekerjaan” dengan segala daya inovasi, kreasi, ide-ide yang akan mengubah Negara Indonesia dalam deficit atau kekurangan  tenaga kerja ahli khususnya para sarjana menjadi Sarjana muda yang mampu mengubah masa depan negeri dan mampu bersaing tingkat internasional.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun