Mohon tunggu...
Puji Khristiana
Puji Khristiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga 2 anak yang hobi menulis

Bekerja sebagai penulis konten dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Laki-laki Biasa

3 November 2020   10:01 Diperbarui: 3 November 2020   10:16 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
skywoodrecovery.com

Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Gerimis kecil turun dari mendung yang menggelayut menyisakan gelap dan rasa dingin yang memeluk tubuh. Sekalipun tubuh letihnya mengajak untuk kembali tidur, tapi rasa cinta yang dimiliki memberi kekuatan untuk bangkit bersama motor matic tua yang sering mogok karena letih dimakan usia.

Setelah menghabiskan sepiring nasi putih, telur dadar dan teh hangat tanpa gula, laki-laki biasa itu memulai hari sebagai tukang ojek online dadakan. Mencoba menjemput rizki dari orderan yang tidak seberapa. Akun yang digunakan bukanlah miliknya. Hanya akun ojek online pinjaman dari salah seorang teman yang berbaik hati meminjamkan untuk laki-laki sederhana itu.

Pandemi corona yang datang persis seperti banjir bandang yang menghanyutkan berbagai kenyamanan hidup banyak orang. Termasuk laki-laki sederhana itu. 

Pabrik tempatnya bekerja selama ini terpaksa harus tutup karena efek pandemi corona. Laki-laki biasa itu bersama puluhan karyawan lainnya terpaksa kena PHK tanpa pesangon.

Hidup harus terus berlanjut. Istri dan kedua anaknya yang masih kecil tetap butuh nafkah. Belum lagi kontrakan kecil tempat mereka berteduh juga harus dibayar agar tidak diusir oleh pemiliknya.

Menjadi mitra ojek online memang tidak bisa menjanjikan banyak hal. Tapi hanya itu yang dia bisa. Hanya itu kesempatan yang ada untuk bisa menjemput rizki.

Dengan mengabaikan segala rasa dingin yang menembus hingga ke tulang, dia terus memacu motornya menuju pangkalan ojek online terdekat. Gerimis semakin deras. Jas hujan yang digunakan telah robek sana-sini. Membuat sebagian baju dan celana yang dikenakan basah.

Bersama dengan seperjuangan, laki-laki biasa pemilik tubuh kurus itu memarkirkan motor lalu duduk menunggu orderan. Wajah mereka sama mendungnya dengan pagi itu.

Orderan semakin menipis. Terlebih lagi setelah penerapan PSBB, ojek online dilarang membawa penumpang. Hanya boleh mengantar orderan makanan dan pengiriman paket.

Oderan ojek online semakin menipis. Dalam sehari, mereka hanya bisa membawa pulang uang 50 ribu. Itupun masih dipotong biaya bensin dan lain sebagainya. 

Bahkan tak jarang mereka pulang dengan tangan kosong tanpa ada satupun orderan yang mereka dapatkan. Alhasil, tidak ada makanan layak yang bisa mereka makan esok hari.

Pemasukan selalu minus. Barang-barang berharga telah habis terjual untuk sekedar membayar kontrakan yang tidak bisa telat sedikitpun. Berbagai jenis bantuan dari pemerintah tidak pernah sampai ke tangan mereka dengan alasan mereka tidak terdata sebagai penduduk setempat karena status mereka hanya kontrak rumah saja.

Hari demi hari, bulan demi bulan pandemi belum juga kunjung selesai. Hutang semakin menumpuk, hidup semakin terhimpit. Harga diri laki-laki biasa itu kian terkikis habis. Tak masalah jika tubuh kurusnya semakin mengurus karena sering menahan lapar. Tapi dia tidak akan pernah tega membiarkan perut istri dan kedua anaknya seperti perutnya.

Dia terus membawa motor matic tua menyusuri jalan berharap ada orderan yang menyambangi smartphonenya yang hampir rusak. Motor matic tua dan smartphone adalah alat kerja yang tidak boleh rusak. Tanpa dua benda itu, tidak ada lagi makanan yang bisa mereka makan. Karena warung sebelah kontrakan sudah tidak mau lagi memberi hutangan.

Mereka seperti terkurung dalam letihnya ibu kota. Berharap bisa kembali ke kampung untuk bisa hidup seadanya mengandalkan sepetak ladang yang menumbuhkan berbagai jenis tanaman dan rumput liar untuk sekedar teman makan nasi. Sekalipun bersatatus pengangguran, hidup di kampung masih bisa memberi harapan karena berbiaya rendah.

Tapi lagi-lagi. Untuk bisa pindah ke kampung juga diperlukan biaya yang tidak sedikit. Jangankan untuk membeli tiket bus pulang kampung. Untuk makan besok saja belum ketemu uangnya.

Laki-laki tua itu nyaris putus asa. Hari semakin senja. Tapi belum ada satupun orderan yang masuk hari ini. Jika pulang tanpa membawa uang, sudah pasti istrinya akan marah sekuat tenaga.

Bukan suara keras emosi istrinya yang membuat gentar. Justru rasa cinta yang teramat sangat pada istri dan kedua anaknyalah yang membuat dia hampir saja jatuh ke jurang putus asa. Laki-laki mana yang sanggup melihat keluarga yang disayanginya tidur dalam keadaan perut lapar.

Dia selalu paham. Istrinya juga mengalami hal yang sama dengannya. Hampir saja putus ada dengan segala keadaan yang ada. Ekonomi sulit, hidup semakin terhimpit. Inilah alasn kenapa laki-laki biasa itu tetap tertunduk tanpa melawan saat istrinya berteriak seperti kesetanan.

Apapun yang terjadi, dia harus membawa uang untuk makan istri dan anaknya malam ini. Laki-laki biasa itu tidak mempedulikan lagi teriakan pemilik kontrakan yang menagih dengan cara kasar. 

Hanya memberi dua pilihan. Bayar atau keluar. Tidak ada sedikitpun dispensasi sekalipun selama punya pekerjaan tetap dia selalu membayar tepat waktu.

Harapan untuk hari ini sangat sederhana. Mendapat uang yang halal demi makan anak istrinya. Dia tidak peduli lagi dengan kulitnya yang semakin menghitam karena sering terpapar matahari dan hujan. 

Segala usaha mencari nafkah bukan lagi sebatas kewajiban sebagai seorang laki-laki. Lebih dari itu. Kerja keras itu adalah sebentuk rasa cinta tanpa membutuhkan rangkuman kata.

Laki-laki biasa yang mencintai dengan cara yang luar biasa. Laki-laki tak sempurna yang mencintai dengan cara yang begitu sempurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun