Mohon tunggu...
Puji Khristiana
Puji Khristiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga 2 anak yang hobi menulis

Bekerja sebagai penulis konten dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia yang Mengawali Karier sebagai Guru

1 Oktober 2020   07:46 Diperbarui: 1 Oktober 2020   07:52 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meskipun sempat dirawat selama 2 minggu di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta, kepergian Jakob Oetomo atau tetap menyisakan duku yang cukup mendalam bagi keluarga, segenap insan pers maupun seluruh karyawan yang bekerja di Kompas Gramedia. Pasalnya, salah satu tokoh pers yang akrab dipanggil Pak Jo ini tidak hanya sebatas jurnalis senior biasa. Banyak prestasi yang pernah ditorehkannya baik dalam bidang jurnalistik maupun literasi.

Terkenal sebagai salah satu pendiri Kompas Gramedia, siapa sangka Jakob Oetomo mengawali karirnya sebagai seorang guru SMP. Anak pertama dari 13 bersaudara yang lahir pada tanggal 27 sepetember 1931 di desa Jowahan, dari pasangan Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo dan Margaretha Kartonah ini pernah menjadi guru SMP di dua sekolah yang berbeda. Yaitu SMP Van Lith di Jakarta dan SMP Mardiyuwana di Cipanas, Jawa Barat.

Keputusannya untuk menjadi guru lantaran profesi ayahnya adalah seorang guru. Cita-cita seorang yang bernama asli Jakobus Oetomo ini awalnya ingin menjadi pastor. Sempat menempuh pendidikan di Seminari Tinggi setelah lulus dari seminari menengah atau sekolah calon pastor setingkat SMA, cita-cita Jakob terpaksa kandas karena hanya menjalani pendidikan di Seminari Tingga sekitar 3 bulan saja. Akhirnya beliau merantau ke Jakarta pada tahun 1952 untuk mewujudkan cita-cita ayahnya agar Jakob menjadi seorang guru.

Sambil mengajar di SMP inilah Jakob akhirnya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi. Yaitu pendidikan Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta, serta melanjutkan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada yang lulus pada tahun 1961. Sedikit catatan, sebelum memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta, Jakob sempat bekerja sebagai redaktur mingguan di Penabur Jakarta. Profesi inilah yang memberikannya kepercayaan diri untuk mendirikan perusahaan berbasis literasi.

Pada tahun 1963, Jakob bersama sahabat eratnya yang bernama P.K Ojong mendirikan Majalah Intisari. Tujuan didirikannya majalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Edisi pertama Majalah Intisari ini terbit pada HUT RI ke-18, 17 Agustus 1963.

Melihat perkembangan politik di Indonesia, Jakob dan P.K Ojang berfikir bahwa mendirikan Majalah Intisari saja belum cukup. Dari berbagai diskusi yang mereka lakukan, akhirnya pada  tanggal 28 Juni 1965, 2 tahun setelah Majalah Intisari perdana terbit, terbitlah surat kabar yang diberi nama Kompas.

Nama Kompas yang berarti petunjuk arah ini diberikan oleh presiden Soekarno secara langsung setelah sebelumnya diusulkan dengan nama "Bentara Rakyat". Dari nama Kompas inilah usaha Jakob dan P.K Ojang berkembang pesat hingga tumbuh berbagai kelompok usaha lainnya dalam naungan kompas gramedia.

Selama hidupnya, pria dengan segudang prestasi yang mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada ini lebih suka dipanggil dengan sebutan wartawan atau jurnalis dibandingkan dengan sebutan pengusaha. Beliau selalu mengatakan bahwa "wartawan adalah profesi, sedangkan pengusaha adalah keberuntungan".

Nilai humanisme transendental yang selama ini dianutnya selalu menjadi fondasi berdirinya kompas gramedia. Setiap falsafah hidup yang digunakan untuk mengepakkan sayap kompas gramedia selalu menuju arah tujuan utama yaitu untuk mencerdaskan segala kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Hingga kini, kompas gramedia group telah memiliki banyak kelompok usaha lainnya. Seperti percetakan, ratusan toko buku di berbagai kota di Indonesia, media cetak, media online, radio, stasiun teevisi, event organizer, hingga perguruan tinggi. Semua usaha itu tidak lain dan tidak bukan merupakan warisan jiwa kemanusiaan dan prinsip-prinsip jurnalistik yang dijunjung tinggi dipegangnya erat-erat.

Selain mendapat penghargaan gelar gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jakob Oetomo juga mendapat banyak penghargaan lainnya. Seperti penghargaan Lifetime Achievement Award yang diberikan oleh Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 13 Mei 2017, Penghargaan Lifetime Achievement Awards yang diberika oleh SPS pada 3 februari 2017, Life Time Achievement Award dari Tahir Foundation yang diberikan pada 8 Desember 2015 dan sederet penghargaan lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun