Di masa lalu, Indonesia mengalami defisit listrik. Untuk melakukan percepatan elektrifikasi, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dijadikan salah satu terobosan. Ketika Jokowi terpilih jadi presiden, program pembangkit listrik 35 ribu MW pelan-pelan mulai menggeser penggunaan PLTD itu. Karena penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan pembangkit membebani biaya operasional. Belum lagi emisi gas buang yang ditimbulkannya menjadi catatan tersendiri yang wajib direnungkan.
Hari ini, kecenderungan masyarakat dunia mulai beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT). Pembangkit berbahan bakar fosil pelan-pelan mulai ditinggalkan dan diganti dengan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. PLTD menjadi target peralihan. Sebab orang-orang mulai menyadari kerusakan alam yang ditimbulkan bahan bakar fosil itu. Mereka ingin membayar kesalahan dengan perbaikan serentak di seluruh dunia.
Hal itu pula yang sedang dilakukan PLN. PLTD mulai dikonversi ke EBT, sesuai dengan arah PLN yang mengedepankan green dalam rancang bangun kebijakan pembangkitannya. PLN mengajak banyak mitra untuk mewujudkan konversi itu secepatnya. Agar tumbuh-kembang PLN senapas dengan zaman.
Proses lelang itu mulai dilakukan hari ini, Senin 2 November 2020 untuk para pengembang di Desember 2020. Lelang tersebut dilakukan untuk mengonversi PLTD yang berada di 200 lokasi.
"Kita buka, silakan pada teman-teman pengembang boleh ikut," kata Direktur Mega Proyek PLN Ikhsan Asaad dalam sebuah konferensi pers daring, sebagaimana dikutip Medcom.id, Senin, 2 November 2020.
Ada 5.200 unit PLTD yang tersebar di 2.130 lokasi di seluruh Indonesia. Dua ratus lokasi pertama yang terpilih dengan mempertimbangkan usia PLTD yang telah lebih dari 15 tahun. Dipilih pula kategori daerah terpencil yang membuat penyediaan BBM untuk pembangkit itu menjadi lebih mahal.
Langkah PLN itu telah menghasilkan dua hal penting, pertama membangun pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. Yang kedua melakukan efisiensi, agar beban pengeluaran perusahaan untuk menyediakan BBM bertambah semakin ringan.
Dalam proses pencarian mitra itu, PLN tidak mempersempit kriteria pengembang. Mereka yang mampu mengikuti prosedur dan memenuhi standar mutu PLN akan diberikan kepercayaan. PLN bahkan bermaksud akan menggandeng sejumlah perusahaan rintisan (startup) untuk mendapatkan ide-ide segar yang peka zaman.
"Kami akan buka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan (startup) untuk mengajukan usulan mengganti pembangkit-pembangkit tersebut," kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Perusahaan-perusahaan rintisan milenial memiliki cara pandang kekinian dalam mencarikan solusi energi yang ramah lingkungan. Misalnya terkait penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), atau penggabungan energi surya yang disertai dengan modul baterai. Dengan perpaduan itu PLTS bisa digunakan juga saat malam hari, sebab telah memiliki cadangan energi.
PLTD adalah cara pandang usang dalam menghasilkan energi. Sudah waktunya tenaga diesel yang digerakkan BBM impor itu dikonversikan menjadi sumber energi yang ramah terhadap biaya operasional dan lingkungan. Sebab zaman telah berganti, kesadaran untuk merawat planet ini meningkat lebih tinggi.
Era baru pembangkitan listrik telah dimulai. Indonesia telah mulai berbenah dan mengarah pada satu kiblat yang sama. Sebagaimana upaya masyarakat dunia yang ingin mewujudkan energi yang bersih dan ramah lingkungan. Cita-cita untuk menjadikan bumi sebagai rumah yang nyaman untuk ditinggali.
Puji Handoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H