Tapi dua alasan klasik di atas sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Nyatanya hari ini sudah banyak kompor listrik yang murah dengan daya listrik yang rendah, yaitu 100-600 watt. Bahkan untuk merk Maspion bisa bekerja cukup dengan 40 watt, harganya pun cuma delapan puluh ribu rupiah. Meskipun jenis itu cocoknya memang untuk penghangat makanan.
Untuk melihat varian kompor induksi bisa masuk ke situs https://pickybest.id/kompor-listrik-terbaik/ atau https://productnation.co/id/6992/kompor-listrik-terbaik-indonesia/, di sana dipaparkan bermacam-macam jenis kompor listrik yang murah dan berwatt rendah. Bahkan sudah ada sistem sensor pula, kompor otomatis mati jika di atasnya sudah tidak ada barang yang dipanaskan lagi.
Idealnya memang kompor listrik itu ber-watt besar, supaya cepat panas dan masakan juga cepat matang. Tapi kompor hemat daya ini bisa dijadikan opsi jika ingin dijadikan contoh kompor induksi yang bisa digunakan masyarakat dengan daya listrik rendah. Apalagi banyak merk kompor yang sudah memberikan opsi beberapa daya sekaligus.
Di sinilah pentingnya peran pemerintah. Daripada uang yang sangat besar digunakan untuk subsidi LPG, lebih baik dana jumbo itu digunakan untuk menggenjot transisi penggunaan kompor induksi. Caranya pemerintah memberikan subsidi naik daya dan memberikan kompor induksi kepada masyarakat, kalau bisa gratis.
Atau pemerintah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menciptakan kompor induksi ber-watt rendah yang murah. Ini praktiknya sama dengan kompor gas waktu itu. Program ini akan berhasil jika pemerintah sungguh-sungguh ingin berbenah. Sebab jumlah subsidi dan impor LPG terus meningkat, penggunaannya pun sulit dipertanggung jawabkan. Tidak ada alasan lagi untuk menunda program konversi kompor gas ke kompor induksi. Sekarang, atau kantong pemerintah akan semakin jebol memberikan subsidi LPG.
Puji Handoko
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI