Baru saja, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mendapat pengakuan sebagai Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia. Atau dalam kategori Most Powerful Women International, versi majalah bergengsi Fortune tahun 2020. Ada lima puluh perempuan hebat dalam kategori itu. Nicke menduduki posisi ke-16.
Perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 itu dianggap berhasil mengelola Pertamina. Sebuah perusahaan besar dengan 32 ribu lebih karyawan di dalamnya. Terutama dalam menghadapi tekanan hebat pandemi COVID-19.
Sebelumnya, di penghujung 2019, Pertamina telah menyetorkan 181,5 triliun rupiah ke kas negara. Jumlah yang sangat besar. Namun tahun berikutnya kejadian luar biasa mengejutkan umat manusia. Keadaan berjungkirbalik.
Pandemi COVID-19 menghantam dunia dan menyebabkan terjungkalnya perekonomian. Kemerosotan itu memicu resesi dan persoalan global yang pelik.
Beberapa negara kemudian melakukan langkah panik: lockdown. Akses masuk dan keluar dikunci. World Health Organization (WHO) saat itu mendukung langkah tersebut. Namun belakangan mereka menyadari, itu bukan jalan keluar terbaik.
Hanya negara tertentu yang berhasil menerapkan langkah itu. Kebanyakan negara yang ikut-ikutan malah mengalami kerusakan ekonomi yang berat sesudahnya.
Indonesia mengambil kebijakan pertengahan. Tidak dilakukan lockdown, tapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berbagai stimulus diberikan untuk meringankan tekanan yang dialami masyarakat kecil. Mencoba menggerakkan kembali roda perekonomian dari bawah.
Naluri Seorang Ibu
Dalam kondisi itu, banyak pihak sejatinya sedang mengalami ujian. Termasuk perusahaan negara. Pertamina, sebagai salah satu perusahan raksasa tak luput terkena imbasnya. Seluruh jajaran direksinya sedang diuji oleh pandemi.
Beruntunglah, Pertamina tidak ikut-ikutan panik. Nakhoda biduk Pertamina dikendalikan dengan tenang oleh Direktur Utamanya, Nicke Widyawati. Namun tetap membuat keputusan yang cepat sesuai kondisi yang dihadapi.