BBM satu harga adalah contoh kebijakan yang pro rakyat. Warga yang bermukim jauh dari pusat pemerintahan merasakan negara hadir. Mereka dianggap sama seperti saudara sebangsa yang lainnya. Rasa kebangsaan ini mungkin biasa saja bagi orang-orang pusat. Tapi bagi mereka yang hidup berbatasan dengan negara lain, nasionalisme adalah buah yang pahit.
Mereka merasa dianaktirikan dalam sebuah bangsa yang besar. Untuk urusan listrik, BBM, bahkan penggunaan mata uang, orang-orang yang hidup di pinggiran ini merasa lebih dekat dengan bangsa lain.
Tapi mimpi buruk itu telah berakhir. Sejak 2014, rasa percaya diri bangsa Indonesia yang tinggal di pinggiran kembali tumbuh. Pembangunan dilakukan dengan masif. Bukan hanya infrastruktur, tapi juga menumbuhkan titik-titik ekonomi baru. Kebanggaan muncul dari daerah-daerah pinggir itu.
BBM Satu Harga mengambil peranan penting dalam transformasi tersebut. Dengan harga bahan bakar yang sama dengan Jawa, otomatis harga barang yang sebelumnya melambung tinggi perlahan turun. Orang-orang lebih bisa menghemat pengeluaran mereka. Otomatis mereka pun akan lebih sejahtera.
Program itu memang lama tak dibicarakan lagi. Tapi sebenarnya tidak hilang ditelan bumi. Pertamina ternyata terus memperluas distribusi energi ke wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Hal itu misalnya, empat titik BBM Satu Harga di Pulau Nias yang baru saja diresmikan.
Jumlah ini merupakan bagian dari 166 titik BBM satu harga yang sudah dioperasikan Pertamina sejak 2017 hingga September 2020. Kemanfaatannya yang besar sangat dirasakan oleh mereka yang ada di kawasan terpencil. Karena dengan BBM yang murah itulah kehidupan mereka bergerak.
Titik BBM Satu Harga yang baru itu berlokasi di Desa Sisarahili I, Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Khusus untuk Nias, lokasi terbaru itu adalah yang ke tujuh di Bumi Tano Niha.
"Di tahun ini, Pertamina di wilayah Sumatera bagian utara menargetkan pembangunan dua titik BBM satu harga di wilayah Nias. Dalam waktu dekat ini akan kami tambah dua titik lagi, sehingga total menjadi empat titik. Dari keempat titik BBM satu harga tersebut, tiga di antaranya akan berlokasi di Kabupaten Nias Barat," kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, sebagaimana dikutip Liputan6.com, Jumat, 4 September 2020.
Pertamina menargetkan membangun 83 BBM satu harga di wilayah 3T tahun 2020. Jika melihat ke belakang, Pertamina optimistis dapat menuntaskan target tersebut, mengingat di 2019 terget 160 titik telah dilampaui menjadi 161 titik.
Meskipun memang, pembangunan SPBU Kompak di wilayah 3T bukan merupakan hal yang mudah. Mengingat lokasi geografis dan ongkos angkut yang tinggi, oleh sebab itu pembangunan titik BBM Satu Harga dilakukan dengan cermat. Harus tepat peruntukannya.