Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kehadiran Negara di Daerah Terpencil melalui Program BBM Satu Harga

12 Agustus 2020   08:16 Diperbarui: 12 Agustus 2020   08:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dok. Pertamina

Program BBM satu harga adalah wujud keadilan dalam bidang energi. Kebijakan ini lama tidak terdengar kabarnya karena hiruk-pikuk politik. Padahal sebenarnya ia terus berjalan. Komitmen untuk mewujudkan keadilan sosial benar-benar dilaksanakan setiap saat, sejak ia pertama kali digulirkan.

Pertamina mendapatkan mandat dari Pemerintah untuk melakukan itu. Program tersebut pada tahun 2020 ditargetkan mencapai 83 titik baru di wilayah Indonesia. Wilayah-wilayah itu tentu saja adalah daerah terpencil atau yang sebelumnya menghadapi fenomena harga BBM yang mahal.

Dalam praktiknya, untuk mewujudkan program tersebut, Pertamina membangun lembaga penyalur BBM resmi di tempat terpencil. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai BBM eceran dengan harga yang tak terkendali. Lembaga penyalur itu juga sebagai pemantau kebutuhan masyarakat terhadap BBM. Sehingga pasokan bisa dicukupi tanpa menunggu terjadi kelangkaan di pasaran.

Penyediaan Premium dan Solar daerah terpencil itu harganya sama dengan yang diberikan pada masyarakat di kota besar. Keadilan dalam hal harga BBM ini demi memangkas tingginya harga barang yang disebabkan faktor biaya distribusi. Dampaknya secara luas adalah penurunan biaya transportasi dan operasional, hal itu kemudian dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat.

BBM satu harga dilihat dari sisi profit tidak menguntungkan, bahkan untuk daerah terpencil seperti Papua, Pertamina rugi ratusan miliar untuk mengirim BBM ke sana. Sebab daerah yang berbukit dan tidak punya akses jalan itu hanya bisa dipasok dengan pesawat terbang. Namun atas dasar keadilan sosial dan demi melayani kebutuhan seluruh bangsa Indonesia, hal itu harus tetap dilakukan.

Jika melihat data pencapaian Pertamina sampai 2019, target yang telah diwujudkan sebanyak 160 titik BBM Satu Harga. Jumlah yang diselesaikan itu sebenarnya jauh lebih cepat tiga bulan, sebab rampung bulan Oktober dari seharusnya bulan Desember 2019. Dengan koordinasi yang baik dan tekat yang kuat, mengacu pada kesuksesan sebelumnya, program serupa tahun 2020 ini dipastikan akan terlaksana juga.

Memang tidak mudah merealisasikan 83 titik baru pada tahun 2020, sebab kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga mereda. Tantangan itu harus tetap dihadapi dengan mengedepankan protokol kesehatan dalam mewujudkannya. Hal ini penting, demi mereka yang telah lama menunggu datangnya pemerataan dan keadilan sosial di daerah-daerah terpencil itu.

Menurut data Pertamina, sebagaimana dikutip Antara, lembaga penyalur dari 83 titik tersebut sebagian telah selesai dibangun. Jumlah titik seluruhnya yang hendak dijangkau tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Sumatera sebanyak 13, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur 21, Kalimantan 13, Sulawesi 7, Maluku 15 dan Papua 14.

BBM satu harga adalah program berkeadilan. Peduli rakyat dan ramah ekonomi masyarakat lemah. Oleh sebab itu prosesnya tak boleh berhenti, bahkan perlu terus ditingkatkan. Karena keadilan dalam hal energi ini akan berpengaruh dalam banyak hal, terutama untuk meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.

Cita-cita untuk setara dan mendapat perhatian yang sama telah lahir sejak bangsa ini merdeka. Namun sejauh itu, banyak orang yang dianaktirikan oleh negara berpuluh tahun lamanya. Wilayah mereka tidak dibangun, BBM langka, rumah mereka gelap gulita saat malam tiba. Dengan adanya program baik seperti BBM Satu Harga ini, Pemerintah telah membayarkan sebagian dosa sosialnya.

Seiring dengan maraknya pembangunan lain, menjelang hari kemerdekaan ini, barangkali mereka yang ada di daerah terpencil itu tak lagi gamang menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Sebab mereka telah setara dan merasakan keadilan sosial yang sebenarnya. Negara benar-benar hadir memeluk hangat mereka.

Puji Handoko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun