Ada banyak daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh pembangunan. Dengan sarana dan prasarana yang minim, lokasi-lokasi seperti itu menanti datangnya kemajuan. Dari generasi ke generasi, mereka hanya bisa menunggu tanpa kepastian.
Indonesia timur adalah wilayah yang paling tertinggal. Sarana dan prasarana minim dibangun selama berpuluh-puluh tahun. Urusan listrik juga ketinggalan. Mereka hidup dengan akses yang terbatas. Di daerah Maluku misalnya, ada kepulauan Kei. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil di pulau-pulau ini seolah-olah telah kehabisan harapan. Karena sejak kakek-kakek mereka dulu, yang namanya kemajuan itu hanya dalam angan-angan.
Listrik adalah sesuatu yang langka. Kalaupun warga pulau memilikinya, mereka dalah golongan mampu dan dekat dengan pusat peradaban. Sementara masyarakat yang hidup terpisah dari keramaian hanya mampu menunggu datangnya keajaiban.
Oleh sebab itu ketika suatu hari para petugas dengan lambang petir pada pakaian mereka memasuki desa, orang-orang dusun itu terkejut. Misalnya warga Kecamatan Kei Besar Selatan dan Selatan Barat, Pulau Kei Besar, yang mengaku terharu ketika listrik telah menyala di rumah mereka.
Kepulauan Kei berada di Provinsi Maluku. Ada beberapa pulau yang saling berdekatan di gugusan pulau itu, dua yang paling besar adalah pulau Kei Besar dan pulau Kei Kecil. Kepulauan Maluku sudah terkenal sejak dulu sebagai surga rempah-rempah. Namun kata sejahtera menjadi mimpi banyak orang yang tinggal di daerah itu sejak dulu kala. Terutama mereka yang ada di dusun-dusun terpencilnya.
Sulaiman Fakaubun, petani asal Desa Ngafan sebagaimana dikutip dari Antara Sabtu 25 Juli 2020 menyampaikan, sudah puluhan tahun mereka memimpikan hadirnya layanan listrik PLN di desanya. Namun baru kali ini menjadi kenyataan. Hal itulah yang kemudian membuat masyarakat haru dan seolah tidak percaya terhadap kenyataan yang baru saja mereka saksikan.
Sudah sangat lama mereka bermimpi, bahkan sampai lupa mimpi mereka sendiri. Dalam mimpi itu mereka membayangkan datangnya suatu zaman perubahan. Mereka tidak perlu lagi menyalakan lampu minyak yang asapnya bikin sesak dada dan pedih di mata. Kemudian setahun sebelumnya, baru saja mereka tahu apa itu listrik dari genset.
Seorang lelaki dusun dengan mata sembab berkata, "Saya pribadi bersyukur hingga air mata saya jatuh, karena sejak masa orang tua (saya) hingga saat ini, baru sekarang kami menikmati listrik.
Sulaiman menyatakan rasa terima kasih dengan sungguh-sungguh. Ia tak menyangka pembangunan yang banyak digembar-gemborkan itu ternyata bukan fiksi. Bukan karangan indah para politisi di kota yang jauh. Setapak demi setapak bukti-bukti nyata mulai terlihat di depan mata tuanya.
Ia sadar sepenuhnya, kemajuan yang diharapkan masih jauh untuk direngkuh. Saat melihat jalan yang kurang layak, minimnya air bersih, Sulaiman mengharapkan ada tindak lanjut dari kabar gembira yang baru saja diterimanya. Ada kemajuan lain yang ikut serta di belakangnya.