Laksana layangan yang berkibar di angkasa kita harus menarik dan mengulur benangnya agar tetap berkibar dengan gagahnya. Ketika angin datang dia meliuk ditarik lah benang. Sebentar kemudian di umurnya hingga semakin tinggi ke angkass. Â Begitupula sesaat kemudian ditariknya kembali agar tidak jatuh terhempas ke bumi. Layangan itu juga harus dijaga agar benangnya tidak putus yang dapat membuat layangan tersebut terbang terbawa angin dan melayang entah kemana, mengikuti angin yang membawanya. Bisa jadi dia akan terbang dan tertangkap seseorang nun jauh di tempat yang tak diketahui. Bisa jadi pula dia terhempat di atas pepohonan tinggi, rusak dan tidak bisa diterbangkan lagi.Â
Begitulah kehidupan berumah tangga bisa diumpamakan dengan terbangnya sebuah layangan. Harus dikendalikan agar mampu terbang dengan stabil. Harus dijaga agar mampu mengatasi angin yang kadang besar tak terkendali atau suatu waktu tertiup sepoisepoi angin yang meletakkan. Namun karena santainya terlena akhirnya meliuk dan jatuh ke bumi.Â
Mengendalikan kehidupan berumah tangga harus dilaksanakan oleh suami dan istri secara seimbang. Tidak ada yang mendominasi agar terbang secara tenang. Namun jika ada yang memaksakan kehendak dikhawatirkan bagai layang yang ditarik dengan kerasnya benang bisa terputus dan terbanglah layangan tak tentu arah. Rumah tangga berantakan dan perceraian berasa di ambang pintu.Â
Ketika angin besar, waspada menerbangkan layangan. Ditarik ulur terus benangnya mengikuti arah angin. Demikian juga kehidupan berumah tangga. Hubungan suami dan istri kadang menemui aral yang melintang. Badai besar dalam kehidupan. Pada saat itu dibutuhkan ketenangan untuk saling mengendalikan diri. Emosi tinggi diturunkan. Ego pribadi dijaga. Saling mengalah di kedepankan. Mengalah untuk menang, demi tenangnya kehidupan keluarga.Â
Di kala angin sepoi pun tetaplah dijaga. Layangan itu tidaklah stabil. Bisa jadi dibiarkan nya sesaat benang itu tanpa penjagaan. Namun sebentar kemudian kita tidak tahu akankah tetap seperti itu?Â
Jangan sampai karena ketenangan itu malah menghanyutkan. Riak yang tak terlihat bisa jadi mengandung arus yang deras. Bagai aliran sungai arai di Paris sana. Indah tapi jika tidak waspada bisa tenggelam.Â
Lika liku kehidupan. Betapa semua orang bisa merasakan. Namun tidak semua orang mampu bertahan. Ada yang terpuruk untuk kemudian bangkit kembali. Namun banyak pula yang stres dan tidak mampu meneruskan lagi.Â
Maka kembalilah ke jalan Tuhan. Jalan yang penuh keridloan. Jalan yang penuh rahmat. Jalan yang walau tidak mulus namun tetap terjaga untuk memastikan sampai tujuan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H