Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandai Bersyukur

2 Maret 2023   06:23 Diperbarui: 2 Maret 2023   06:25 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa banyak anugerah yang didapatkan. Bahkan kita tak bisa menghitungnya dengan jari. Betapa banyak karunia yang dilimpahkan. Bahkan kita tak mampu membandingkan. Betapa banyak hal yang patut disyukuri. Bahkan kita tak pandai menilai hal yang disesali. 

Syukur itu bentuk Terima kasih atas semua nikmat. Sekecil apapun nikmat yang diberi, itu akan menjadi hal yang besar ketika disyukuri. Sebesar apapun nikmat yang diperoleh, akan tiada rasanya jika tak mensyukuri. 

Maka jadilah hamba yang pandai bersyukur. Jadilah hamba yang pandai menghitung agar kita tahu sekecil apapun kenikmatan, itu adalah anugerah yang tiada duanya. Anugerah dari Sang Maha Pencipta pada diri kita. Diberikan khusus untuk diri agar bisa digunakan untuk kebaikan. Menjalani dan mempergunakan sebagai bekal kehidupan . 

Jangan membandingkan apa yang dianugerahkan pada diri dengan orang lain. Semua itu sudah ada takaran masing-masing. Merasalah cukup dengan apa yang ada pada diri. Merasalah lebih agar kita pandai memberi. Walau memberi tak harus menunggu berlebih. Walau memberi tak harus menjadi kaya. Walau memberi tak harus menunggu kita merasa sudah tidak suka. 

Berilah dari apa yang ada. Sekecil dan sesedikit apapun itu bisa diberikan asal kita mau berbagi. Kemauan inilah yang kadang tertutup oleh nafsu dan ambisi. Kita merasa belum berpunya. Kita merasa masih kekurangan. Kita merasa masih membutuhkan. Perasaan ini yang membuat diri kadang menjadi pelit, kikir dan enggan berbagi. 

Maka jadilah hamba yang pandai bersyukur. Salah satu wujud rasa syukur adalah kita mampu memberikan apa yang terbaik dari yang dipunya. Kita mampu memberi dari apa yang masih disenangi. Kita memberi dari apa yang masih ingin digenggam. 

Walau sebenarnya kita sendiri tak punya apa-apa. Semua itu adalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Titipan untuk diamanahkan pada jalan kebaikan. Titipan untuk kita kelola dengan menafkahkan pada hal yang semestinya. 

Apa yang dititipkan itu bukan untuk berfoya-foya. Apa yang dititipkan bukan untuk kesenangan pribadi. Apa yang dititipkan masih ada hak-hak yang harus ditunaikan. 

Di sini perlu kesadaran pribadi. Di sini perlu introspeksi. Sudahkah kita menjalankan amanah ini? Sudahkan kita melaksanakan apa yang menjadi tugas sebagai seorang h a. Hamba yang semestinya pandai bersyukur agar kita bisa amanah menjadi wakilNya di dunia ini. Mengelola dunia ini untuk kedamaian, kesejahteraan mahluk di mayapada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun