Tak dapat dipungkiri, momen idul fitri sangat dinantikan oleh anak-anak. Mereka menunggu salam tempel dari sanak saudara. Anak-anak sudah mulai menghitung berapa kira-kira pendapatannya di momen idul fitri kali ini.
Kalau idul fitri dua tahun sebelumnya sepi-sepi saja, sekarang ini dengan mudiknya sanak saudara diharapkan kantongnya akan dipenuhi uang saku lagi.
Lembaran-lembaran uang baru akan jadi sukacita yang tak terlupakan. Menghitung bersama dengan teman-temannya merupakan momen yang menyenangkan. Alhasil lebaran kali ini kembali jadi momen yang ditunggu.
Kalau dua tahun kemarin sepi-sepi saja sekaranglah saatnya bangkit kembali perekonomian mereka. Kantongnya kembali terisi sebagai hadiah setelah ikut belajar berpuasa.
Sangat menarik melihat anak-anak itu saling mengeluarkan penghasilan dadakannya. Kegembiraan yang tak mudah terlupakan. Â
Namun pertanyaan selanjutnya adalah kemanakah mereka investasikan penghasilan kejutannya tersebut?
Ada yang nulis tentang investasi bodong jika mereka titipkan pada emak-emaknya. Artinya uang yang mereka dapatkan akan menjadi tidak jelas kemana dan habisnya untuk apa? Seolah-olah dengan dititipkan ke emaknya hilang sudah harta kekayaan anak-anak ini.
Ada yang tidak setuju juga dengan anggapan tersebut. Emak yang sudah melahirkan, emak yang sudah mengasuh dianggap investor bohongan. Padahal merekalah yang telah bersusah payah mengasuh. Seolah-olah dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kesalahan investasi ini.
Kegembiraan berhari raya dengan budaya saling berbagi seolah-olah ternodai dengan kata-kata investasi bodong tersebut. Anak-anak yang tadinya tidak pernah berpikir ke arah situ barangkali menjadi sedikit terusik dengan pernyataan tersebut.
Kepolosan mereka menitipkan pada emaknya karena belum tahu bagaimana cara menginvestasikan uangnya menjadi sedikit kebingungan.
Perlunya kita orang tua mengarahkan bagaimana cara menyimpan dan menginvestasik harta kekayaan yang dimiliki. Bagaimana mereka mengenal konsep tabungan baik dalam bentuk uang maupun diinvestasikan ke dalam bentuk barang lain.
Kalau di pedesaan ada yang membelanjakan uang yang didapat itu dalam bentuk ternak misal beli ayam, enthok, kambing untuk dipelihara. Nantinya hewan ternak tersebut beranak pinak dan berkembanglah uang yang dipunya.
Ada juga yang dinvestasikan dalam bentuk emas. Uang yang ada dibelikan perhiasan. Mungkin dapatnya tidak banyak tetapi lebih abadi daripada hanya sekedar untuk jajan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H