Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berburu Minyak

2 Maret 2022   06:16 Diperbarui: 2 Maret 2022   06:23 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak menyangka kalau minyak itu benar-benar langka. Sudah 5 toko kusambangi. Sudah 3 warung kudatangi. Kasir bilang tidak ada minyak. Hari itu tidak ada pengiriman. Pemilik warung bilang barang sudah habis. Hasil kulakan hari ini sudah terbeli semua.

Hari itu memang agak sore aku datang ke warung. Awalnya santai saja mau beli minyak karena persediaan di rumah habis. Kebetulan koperasi tempat berbelanja juga tutup. Petugasnya sedang tidak enak badan dan ijin tidak masuk. 

Dari warung yang satu aku pergi ke warung lainnya. Lho ternyata di situ habis juga. Pemilik warung mengatakan sejak kebijakan minyak murah Rp 14.000 perliter barang jadi langka. Tidak gampang nyari minyak. Akibatnya kulakan pagi hari bisa langsung terserbu habis. 

Minyak yang biasanya berjejer rapi di rak-rak supermarket dengan berbagai merk, bisa kosong sama sekali.  Hari itu terpaksa tidak bikin gorengan lagi. Bahkan untuk  menumispun akhirnya pakai mentega. Tak ada minyak mentegapun jadi. Jadilah makan sore dengan oseng sayur kangkung dan goreng tempe mentega.

Menanggapi keluhan minyak langka dari beberapa anggota, koperasi akhirnya membuka pesanan pengadaan minyak. Ternyata daftar pesanan lumayan banyak. 

Rupanya ketiadaan minyak membuat enggan untuk ikut antri dan lebih baik beli di koperasi. Koperasi pegawai di tempat aku bekerja memang membuka usaha jual beli sembako. Berbagai barang kebutuhan rumah tangga bisa beli di sana termasuk minyak.

Menjadi tugas pengurus untuk berburu minyak. Aku yang ikut menjadi pengurus koperasi juga ditugaskan mencari barang yang namanya minyak goreng. 

Nyari jebutuhan sendiri yang hanya 1-2 liter saja harus ke sana kemari ini harus nyari dalam jumlah banyak sekitar 40 literan. 

Pencarian minyak dimulai. Menghubungi sales yang biasa ngedropi hanya sanggup 2 dus itupun sekitar 2 minggu lagi karena jatahnya dibatasi. Menghubungi warung yang biasa dibelanjani mau menyediakan namun bukan harga yang diumumkan. Mengantri di supermarket itupun bisanya 2 liter saja karena dibatasi. 

Alhasil pengurus dapat minyak tersebut dengan harga dan merk yang berbeda-beda. Tidak lagi harga yang sesuai dengan pengumuman tersebut. Akhirnya harga dikalkulasi sesuai yang didapatkan dan ditetapkan sebagai harga jual koperasi.

Permasalahan baru didapatkan. Pesanan yang sudah disiapkan ada yang tidak mau mengambil karena harganya jauh lebih mahal dari harga di pasaran yang ditentukan. Yah namanya juga dapat barang hasil grantingan ( beli di berbagai tempat) tentu saja berbeda-beda harga. 

Sebenarnya mau marah juga lihat kondisi begitu. Tapi tetap kesabaran  harus dikedepankan. Untungnya minyak bukan barang yang mudah busuk. Jadi biarlah yang belum terbeli dijadikan stok dulu. 

Kalau nanti tidak laku ya tanggung jawab pengurus untuk mendistribusikan lagi. Mungkin diambil dan dibeli untuk kebutuhan pribadi atau dibagikan ke sanak saudara yang sedang kesulitan mencari minyak juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun