Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Makna Buku untukku

23 April 2020   21:50 Diperbarui: 23 April 2020   22:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku kolaborasi bersama perawat / dokpri

Aku ga sadar kalau hobiku membaca buku dari kecil, bisa mengantarku hingga meraih apa yang kucita-citakan. Aku ingat pertama kali bisa membaca lancar waktu duduk di kelas tiga SD. Saat masih kelas dan dua, bacaanku masih dieja. I-ni : Ini, B-u : bu d- i : di budi dibaca Ini budi. Mengeja untuk membaca tulisan itu  

Aku lakukan  sampai hampir naik kelas tiga. Pada waktu tes kenaikan kelas dua, kita diminta untuk membaca sendiri kertas soal tersebut. Guru kelas pada saat itu sangat menekankan untuk belajar membaca di rumah dan membawakan kami buku-buku perpustakaan sekolah.

Pada saat itulah Aku mulai mengenal perpustakaan sekolah. Koleksi buku-bukunya mulai menarik perhatianku. Awalnya hanya buku-buku cerita pendek. Kesukaanku membaca akhirnya berbuah manis. Pada saat lomba membaca buku di kelas tiga, Aku bisa yang tercepat, itu artinya sudah bisa membaca lancar dan mengalahkan teman-teman lain yang sudah terlebih dahulu bisa membaca

Setiap pulang sekolah Aku bawa 1-2 buku bacaan dari perpustakaan. Kubaca disela-sela waktu membantu ibu di rumah menjaga warung, jaga adik, bantu masak bahkan ke kamar mandi saja bawa buku. Tentu saja tidak  hanya buku perpustakaan saja yang akhirnya kubaca.Buku-buku pelajaran juga akhirnya menjadi korban bacaanku juga. 

Sejak itu ranking di kelas kupegang selalu hingga lulus sekolah dasar. Aku lanjut ke sekolah menengah pertama di kota kecamatan. Walaupun jaraknya lumayan jauh dari rumah kurang lebih 7 km dan bersepeda ria tiap harinya, Aku tetap semangat sekolah. Di sini prestasiku tidak jelek-jelek amat, ranking 10 besar masih kupegang walaupun Aku sudah mulai mengenal bacaan  yang lebih luas lagi. 

Waktu di SD paling sering baca-baca buku cerita. Ketika sudah di SMP dimana koleksi perpustakaan sudah lebih variatif bacaanku juga meningkat tentunya. Novel-novel detektif, cerita cinta remaja yang termuat di majalah-majalah remaja menjadi bacaan kesukaan. Rasanya tiada hari tanpa membaca. Hingga buku-buku loak, koran bekas dan kertas sobekan majalah  bungkus-bungkus tempe yang dijual ibu di warung juga jadi bahan bacaan. 

Ga aneh kalau waktu itu orang di lingkungan rumah mengenalku sebagai kutu buku. 

Hobi membaca itu terus berlanjut, namun karena orang tuaku bukan orang berada, beliau hanya seorang pedagang kecil, aku ga punya koleksi buku karena ga pernah beli. Semua buku yang kubaca bisa dikatakan hasil pinjaman. Entah punya perpustakaan atau teman. Kalaupun bisa beli, paling buku bekas yang ada di loakan.

Masuk ke sekolah menengah atas dimana aku lanjut ke madrasah Aliyah di sebuah pondok pesantren, bacaanku bergeser. Yang mulanya suka membaca cerita cinta remaja, kali ini aku lebih suka bacaan yang sifatnya religi.  Tabu dan ga nyaman rasanya membaca novel-novel cinta.  Selain memang tidak ada koleksi novel-novel semacam itu di perpustakaan madrasah juga. Uang saku aku kumpulin untuk membeli buku-buku religi ini. Termasuk novel religi tentunya. 

Waktu itu aku belum ada keinginan untuk menulis  buku sendiri. Hobi yang ada hanya sebatas membaca buku. Walau begitu aku sudah mulai menulis di buku diary. Semua kejadian sehari-hari Aku tuangkan di buku harian tersebut. Dari kejadian di keluarga, suka dukanya kehidupan bersama 5 saudaraku sampai getaran rasa yang ku  alami  waktu masih remaja, semua tertuang di sana. 

Walau begitu Aku tidak pernah pacaran sampai kuliah selesai karena memang sudah bertekad untuk tidak pacaran dulu hingga bekerja nantinya. Sayang buku-buku diari itu sengaja kubakar  beberapa setelah menikah karena suami tidak ingin Aku teringat masa lalu. Cie cie. Padahal sekarang nyezel juga, kalau diterbitin bisa jadi 5 novel tuh.

Lulus dari Aliyah, Aku lanjut kuliah. Ini adalah sesuatu yang tidak disangka. Mana ada bayangan dalam diriku bisa lanjut kuliah. Kehidupan ekonomi lemah, penghasilan orang tua yang tidak seberapa, tak pernah terpikirkan bisa duduk di perguruan tinggi.

Namun  takdir berkata lain, ketika seorang teman meminta tolong untuk mengerjakan soal-soal masuk ke akademi perawatan aku tertarik untuk ikut mendaftar. Memang aku sudah bercita-cita jadi perawat sejak masih duduk di sekolah dasar. Waktu ditunjuk jadi dokter kecil,  dengan pakaian putih-putih membalut badan, rasanya terbit keinginan suatu saat nanti jadi tenaga kesehatan. 

Cita-cita masa kecil itulah yang mengantarku hingga terbit kembali keinginan masuk ke sekolah perawat. Waktu lulus SMP ingin masuk ke SPK tapi sayang tinggi badan belum mencukupi sehingga tidak bisa mendaftar. Akhirnya masuk ke Madrasah Aliyah.

Di masa kuliah tentu saja hobiku membaca tidak hilang. Walaupun waktunya padat untuk kuliah dan praktik, namun membaca tetaplah membaca. Apalagi kuliahku di kota Bandung yang untuk mencari buku-buku sangat mudah. Koleksi perpustakaan lengkap. Jadilah membaca tetap kegiatan favorit.

Lulus jadi perawat, Aku diterima jadi asisten dosen di sebuah Akademi Perawat. Setelah lanjut pendidikan dan jadi dosen di sana serta menikah hobiku membaca tidak hilang. Hobi ini klop dengan kesukaan suami mengkoleksi buku-buku. Kalau suamiku jika ada buku baru khususnya yang sifatnya religi, biasanya dibeli. Aku yang kebagian ikut membaca. 

Kami memang orang rumahan. Lebih suka di rumah darimana hangout kemana-mana.  Apalagi jika ada buku novel baru, bisa 2x24 jam dipegang buku itu. Rasanya pantang tidur sebelum selesai membaca.

Ketika media sosial mulai merebak. Kesukaanku tulis menulis tertuang di sana. Dari yang awalnya nulis status,  bikin catatan di fb, buat blog, sampai ketemu kompasiana. Aku mulai sering nulis di sini. 

Di sebuah grup di facebook, ada ajakan untuk menulis buku bersama tentang kehiupan dan cerita sebagai perawat. Aku ikut menuangkannya dan Alhamdulillah bisa ikut diterbitkan. Akhirnya jadilah buku kolaborasi pertamaku terbit dengan judul "Nursing : The Sleeping Giant, Proyek Menulis Bersama INT"

Bertemu dengan banyak penulis di kompasiana walaupun sering hanya sebagai silent rider, terbit keinginan untuk memiliki sebuah buku yang ditulis sendiri. Akhirnya artikel-artikel yang tersebar di berbagai ajang tulis menulis ini Aku kumpulkan. Ketika ketemu dengan sebuah penerbit yang bersedia menerbitkan tulisanku itu, jadilah sebuah buku.  Buku ini berjudul "Upin Ipin Anakku Ikut Bahasamu". Buku ini Aku tulis sendiri.

Merasa keranjingan menulis Aku buat buku berikutnya dengan judul " Karena Iman Kita Menikah". Buku ini aku tulis berdua dengan suami. Karena banyak cerita kita di sana dan suami seringkali ikut memberikan ide, komentar, tambahan tulisan dan tentu saja kritik dan saran.

Buku kolaborasi bareng suami/dokpri
Buku kolaborasi bareng suami/dokpri

 Masih memiliki kesukaan yang sama, ketemulah dengam sebuah grup menulis yang di sana beranggotakan dosen-dosen yang tersebar di wilayah Indonesia. Bersama kelompok tersebut telah terbit beberapa buku yaitu

Buku kolaborasi dengan teman-teman dosen/dokpri
Buku kolaborasi dengan teman-teman dosen/dokpri

Di masa social distancing ini Aku juga ikutan menulis bareng mereka.  Ada 2 buku yaitu yang terbit yaitu: 

 Buku kolaborasi di masa pandemi covid 19/dokpri
 Buku kolaborasi di masa pandemi covid 19/dokpri

Buku kolaborasi di masa pandemi covid 19/dokpri
Buku kolaborasi di masa pandemi covid 19/dokpri

 Bagiku membaca dan menulis sekarang menjadi kebutuhan. Apalagi sarana keduanya sangat mudsh kita dapatkan sekarang. Dalam satu gawai keduanya bisa kita kolaborasikan.

Semoga ke depannya akan semakin   baik dan lebih bertanggung jawab terhadap hasil tulisan. Menjadi orang yang bermanfaat dengan mampu menebarkan kedamaian lewat sebuah tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun