Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Lelah Menghampiri Perawat Covid-19

19 April 2020   17:20 Diperbarui: 19 April 2020   17:28 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di status facebook teman yang bekerja di rumah sakit tertulis "Bagi kami yang bekerja di Rumah Sakit, memasuki minggu ke-4 berperang melawan covid-19, sudah lelah sangat. Rasanya sudah di pucuk. Di ubun-ubun lelahnya. Mungkin tidak hanya saya yang ingin bersamaan dengan matahari terbit besok, pandemi covid-19 sudah selesai. Rasanya sudah sangat lelah berkejaran dengan waktu"

Membaca status itu, rasanya sangat terenyuh, kita saja yang berdiam di rumah saja,  tidak langsung berhadapan dengan pasien Covid 19 sudah merasa jenuh dan lelah dengan situasi ini, bagaimana teman-teman yang berjuang di sana? 

Di beberapa status lainnya, kita melihat teman-teman yang bekerja di rumah sakit bermain parodi, tiktok, menyanyi dan berbagai aktivitas hiburan hanya sekedar melepaskan rasa jenuh dan lelah bergelut tidak hanya dengan kelelahan fisik namum juga kecemasan dan stres yang bertubi-tubi.

Pertambahan jumlah pasien yang kian hari tidak kian menurun menjadi beban pikiran yang terus menghantui " akan sampai kapan kondisi ini berakhir?"  Belum lagi ditambah banyaknya rekan - rekan kerja mereka yang tertular dan terpaksa diisolasi semakin menambah beban kerja dan ketakutan akan tertular juga.  

Di sisi lain ada teman yang menulis tentang adanya alat perlindungan diri yang tidak sesuai standar terpaksa dipakai juga karena kelangkaan dan harga yang lumayan mahal untuk mendapatkannya. 

Walau begitu mereka tetap mencoba bekerja semaksimal mungkin, memberikan pelayanan yang terbaik yang mampu dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditentukan. 

Ketika lelah telah menyapa. Mereka butuh  waktu sejenak untuk sekedar menghirup nafas dan udara segar tanpa bau masker.

Bertahan berjam-jam dengan masker yang menutup rapat, di dalam baju hazmat yang tertutup  ketat sungguh sebuah perjuangan yang tak mudah guna melayani para pasien yang merasa sepi sendiri. 

Kalau biasanya para pasien ditunggui oleh sanak family, bahkan kadang-kadang ditengok oleh warga sedesa, sekomplek perumahan, sekarang ini mereka tidak boleh ditunggu. Termasuk balita kalau ada yang terkena yang mana mereka masih sangat tegantung dari orang tua, juga akan dijemput dan dibawa ke rumah sakit sendirian.

Tentu saja baik pejuang garda terdepan maupun pasien semua butuh dukungan kita. Tak ada yang bisa  kita berikan kecuali suport doa, dan kepatuhan kita dalam memenuhi prosedur social distancing dengan jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, tetap di rumah saja, agar beban mereka tidak semakin bertambah. 

Dukungan dan suport juga bisa kita berikan dengan ikut membantu memenuhi kebutuhan alat pelindung diri guna mencegah terjadinya penularan. Ikut menggalang donasi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan wabah covid 19 ini.

Kelelahan mereka semoga menjadi ibadah. Lelah menjadi lillah. 

Donasi yangckita galang selain bisa diberikan memenuhi amunisi garda terdepan, juga bisa untuk mewujudkan solidaritas kepada mereka yang terdampak covid 19.  Dengan ikut membantu membelikan sembako dan keperluan lainnya dalam rangka menjamin kebutuhan ketika mereka harus di rumah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun