Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Selfi

1 November 2018   08:30 Diperbarui: 1 November 2018   08:44 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini dalam sebuah tayangan televisi, saya mendengar tentang bahaya selfi yang dikupas dalam sudut pandang agama Islam. Kalau tidak salah dalam tayangan jejak muslim di trans tv karena mendengarkan tv sambil mengerjakan pekerjaan lain sehingga tidak begitu jelas dalam acara apa. Disampaikan tentang sebuah hadist yang artinya "ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, serta seseorang yang membanggakan dirinya sendiri (Ujub)".

Apa hubungannya antara selfi dengan hadis tersebut?

Selfi atau berfoto diri merupakan budaya yang sudah merebak pada zaman ini. Mulai dari anak-anak hingga lanjut usia rasa-rasanya tidak ada yang tidak mengenal dengan selfi. 

Dengan kecanggihan kamera yang dapat dibawa kemanapun sekarang, foto diri dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Kamera dapat dibawa seseorang kemanapun dia pergi. 

Mau bepergian ke gunung yang tinggi, mau hang out ke hutan yang asri, mau traveling ke perkotaan yang hingar bingar, bahkan ke dalam lautan yang luas terbentang atau di rumah dalam kesendirian.

Ketika selfi biasanya akan memilih bagian yang dirasa terbaik dalam dirinya. Kemudian dia akan melihat dengan lebih lama dan takjub. Lama kelamaan dia akan mengagumi dan membanggakan dengan apa yang ada pada dirinya. Misal dia sangat menyukai bentuk hidungnya, bisa jadi dia amat membanggakan hidungnya tersebut. 

Di lain waktu dia akan membanding-bandingkan dengan punya orang lain. Dia akan memandang bahwa punya dirinya lebih baik. Saat itulah dia akan merasa hidungnya lebih bagus, lebih mancung, lebih simetris dan sebagainya. 

Ketika sudah berada pada tahapan itu, bisa jadi dia tidak ingat bahwa bagaimanapun bentuknya semua itu adalah ciptaan yang terbaik dari Tuhannya. 

Pada titik tersebut bias sangat berbahaya karena kita sudah ujub, membanggakan dirinya sendiri. Dalam hadis di atas dikatakan bahwa ujub itu merupakan salah satu sifat yang dapat membinasakan diri seseorang. Kebanggaan yang berlebihan dapat membuat dirinya tidak ingat dengan asalnya. 

Kebanggaan yang berlebihan dapat membuat dirinya merasa lebih dari orang lain. Sifat itulah yang dapat membuat dirinya kehilangan jatidiri.

Ketika selfi biasanya orang akan memilih sesuatu yang ekstrim. Mungkin tempat yang digunakan untuk selfi akan dia pilih pada tempat-tempat yang orang lain tidak biasa menggunakannya. 

Misal di tepi jurang, di ketinggian gunung, bangunan, lautan dalam, dan tempat-tempat membahayakan. Ketika dirinya tidak ingat  bahaya tersebut karena keinginannya mendapat sesuatu yang lain, berbeda dari biasanya, saat itulah bahaya mengancam.

Haruskah kita binasa karena selfi? Jangan sampai terjadi. Seekstrim apapun kita harus ingat pada keselamatan diri. Jangan sampai keinginan kita membuat diri kita lupa siapa diri kita. Jangan sampai bahaya mengintai diri kita, terutama bahaya karena kebanggaan yang berlebihan pada diri sehingga tidak ingat siapa diri kita dengan segala kelemahannya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun