Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dahsyatnya Sakaratul Maut

6 September 2018   12:14 Diperbarui: 6 September 2018   12:32 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:www.viva.co.id

Kami melihat pada hari tersebut ada beberapa gerakan pada tangan dan kaki yang dari awal sakit bisa bergerak. Ketika mata dibuka, terlihat gerakan kedip beberapa saat dan untuk selanjutnya menutup kembali. Ibu kembali tertidur koma. Menurut penjelasan petugas kesehatan GCS ibu berkisar nilai 5. 

Malam hari Jumat 31 Agustus 2018, sekitar jam 11 malam, ibu mengalami kondisi kritis. Tanda-tanda vital terus menurun hingga tensi darah menyentuh angka 70-an. Petugas medis berupaya meningkatkan tensi yang terus menurun tersebut. Kondisi kritis tersebut bisa teratasi dan mulai stabil kembali.  

Namun pada jam 7 pagi ternyata kondisi ibu kritis kembali. Tensi semakin menurun dan kembali petugas medis berupaya untuk meningkatkan kondisi ibu. Namun upaya tersebut tidak terlalu berhasil. Dari pemantauan tanda-tanda vital di layar monitor, tensi dan denyut jantung  semakin menurun. 

Akhirnya kami dipanggil oleh dokter yang merawatnya, kami diberi penjelasan bahwa kondisi ibu semakin menurun. Walau sudah diupayakan pengobatan semaksimal mungkin ternyata tidak mengalami perbaikan yang signifikan. petugas medis menyarankan kami untuk selalu mendampingi ibu.

Aku, kakak dan adikku akhirnya dipersilahkan untuk mendampingi ibu. Terlihat nafas ibu semakin menurun. Gerakan nafas terlihat semakin melemah. Aku, kakak dan adikku mendampingi ibu dan menuntunya untuk mengucapkan lafal Allah. Walau tidak mampu berkomunikasi, kami yakin ibu mendengar dan bisa mengikuti walau dalam hati. Tidak henti-hentinya kami menuntun sambil memperhatikan kondisi ibu. 

Terlihat di layar monitor tanda-tanda vital semakin menurun. Tensi menunjukkan kisaran angka 60 an dan denyut jantung semakin menurun hingga angka 20 an. 

Nafas terlihat satu demi satu naik dari perut, dada dan di layar monitor sudah terlihat hanya berkisar di bawah angka 15. Dengan perasaan yang mulai tidak karuan, nafas sendiri terasa sesak, air mata menetes terus, badan terasa panas dingin, kami terus menuntun ibu. 

Hingga akhirnya tepat pada saat sholat jumat di mulai dari mesjid di dekat ruang perawatan, nafas terakhir ibu terhembuskan. Sudah tidak ada hembusan nafas, sudah tidak teraba denyut nadi. 

Kalimat istirja berulang kali  lantunkan. Ibu telah tiada. Di pelukan kami ibu kembali ke hadlirat Allah Subhanahu Wa taala. Selamat jalan ibu. 

Semoga Allah menerima semua amal ibadah ibu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa ibu. Semoga Allah menempatkan ibu di tempat yang terbaik, terindah di sisi Allah Subhanahu Wa Taala. Kami ikhlas ibu kembali pada sang pencipta.

Maafkan kami, anak-anakmu yang belum bisa berbakti sebaik kasih sayang yang engkau berikan dari kami dalam kandungan hingga dewasa seperti sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun