Dalam keseharian, pastinya tidak lepas indra penciuman manusia memerankan fungsinya, terutama ketika pagi hari sudah mencium aroma harum masakan dari dapur, seketika perut keroncongan berbunyi menandakan rasa lapar, atau mungkin ketika sedang jalan-jalan malam di suatu tempat yang begitu banyak menyajikan kuliner, siapa yang tidak tergiur dengan aroma sedapnya, seolah-olah semua makanan hendak disantap habis malam itu juga. Indra penciuman bisa dibilang sangat peka terhadap lingkungan sekitar, bahkan mampu menebak aroma tanpa menunjukkan wujudnya, akan tetapi indra penciuman tersebut juga tidak akan berfungsi ketika sedang dalam keadaan flu atau pilek.
Hutan layaknya sudah menjad jantung dunia, memberikan lebih banyak oksigen segar untuk dihirup setiap manusia, suasananya yang sejuk terhindar dari berbagai macam polusi, tidak ada suara berisik knalpot dan asap pabrik yang mengepul, semuanya masih alami. Kicauan burung serta beberapa sosok yang menyeruapai manusia pada masanya masih terdengar begitu jelas.
Setiap manusia pastinya memerlukan udara yang bersih untuk dihirupnya setiap saat, karena dengan udara yang bersih akan memperlancar sirkulasi pernafasan, tidak akan ada lagi yang namanya sesak nafas.Â
Patutnya sebagai manusia senantiasa untuk selalu bersyukur atas nikmatNya, karena tanpa diminta Ia sudah memberikan yang terbaik untuk setiap hambaNya, tanpa mengeluarkan biaya untuk membayar semua yang telah Ia beri, Ia memberikan secara gratis hanya saja hamba tersebut kurang menyadari akan pemberian Tuhannya.
Manusia diciptakan berbeda dari makhluk hidup lainnya, manusia merupakan makhluq yang special, diberikan akal untuk berfikir, mempunyai perasaan untuk selalu peka terhadap sesama makhluk yang lainnya, dan masih banyak lagi pemberianNya yang tidak bisa dihitung oleh manusia.Â
Dengan akal, manusia bisa berfikir segala hal, melakukan sebuah percobaan dengan berbagai cara, meneliti hal-hal yang belum diketahui untuk diungkap kepada public, dilengkapi dengan panca indra yang mampu mengoperasikan segala yang ada di otak untuk diciptakan dan dihasilkan.
Misalkan saja hal kecil yang kerap kali mengganggu kehidupan masyarakat, suara bising knalpot sepeda milik anak-anak muda. Tidak salah mereka mempunyai kreatifitas dalam merangkai sepeda dengan berbagai model, akan tetapi hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana kedepannya sepeda yang sudah dimodifikasi tersebut aman untuk masyarakat sekitar, tidak menimbulkan keresahan atau bahkan sampai membuat aksi kericuhan.Â
Bahkan, suara bising knalpot ini tidak hanya didengar oleh masyarakat perkotaan, hal ini bahkan sudah dirasakan oleh masyarakat pedesaan, yang notabenenya suasana di pedesaan begitu asri, tenang, dan damai, dan kini sudah mulai diperdengarkan dengan suara-suara yang mengganggu aktifitas.
Suara bising knalpot ini tidak hanya memberikan polusi suara, bisa menyebabkan polusi udara dari gas knalpot yang dihasilkan. Jika gas-gas kotor tersebut menumpuk dan mengepul menjadi satu, maka udara akan mengalami gangguan, tidak ada lagi udara segar yang bisa dihirup dengan bebas, pernafasan menjadi terbatas, penglihatan juga akan semakin terbatas disebabkan dari asap-asap yang mengepul. Hal ini juga akan berdampak pada lapisan ozon di muka bumi yang semakin menipis, tidak ada lagi perlindungan dari sinar matahari hingga membuat cuacanya semakin panas.
Contoh lain juga yang sering dijumpai pada berita kesehariannya dalam media cetak maupun non cetak, yaitu mengenai masalah banjir yang tak kunjung reda.Â
Ketika hujan turun dengan begitu lebatnya, manusia dengan tidak sadarnya menyalahkan alam yang menurunkan hujan tanpa henti sehingga menyebabkan banjir, padahal hampir bisa dikatakan penyebab banjir adalah ulah manusia itu sendiri, suka membuang sampah sembarang di sungai, menutup saluran air, menebang pohon tanpa melakukan reboisasi kembali.Â
Bayangkan saja ketika satu orang membuang sampah permen satu bungkus di sungai dalam satu hari, sedangkan jumlah penduduk di Indonesia rata-rata mencapai 273.879.750 jiwa, jika dalam sehari semua penduduk Indonesia membuang satu bungkus permen, bisa terbayang berapa jumlah bungkus sampah yang menggunung menyumbat aliran sungai, bahkan bungkus sampah tersebut hanya berasal dari penduduk Indonesia, bagaimana jika satu dunia?
Jika bumi ini terus dipaksakan oleh aktifitas-aktifitas manusia yang membuat bumi ini rusak dan berubah, tidak seperti kondisi semula, bisa dipastikan berbagai bencana alam akan terjadi di mana-mana, bencana yang membuat bumi ini semakin hancur.Â
Oleh karena itu, begitu pentingnya rasa kepeduliaan manusia dengan alam sekitar, perlu ditanamkan kembali sejak dini, benih-benih kesadaran pada diri setiap manusia.Â
Manusia diberi kesempurnaan pada penciptaNya bukan untuk memamerkan kesempurnaan yang dimiliki kepada penghuni semesta, melainkan untuk menjaga dan merawat lingkungan.Â
Setidaknya bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti dengan melakukan penghijauan kembali, senantiasa melakukan kerja bakti, bersih-bersih lingkungan sekitar, dan masih banyak lagi hal baik yang jika dilakukan setiap hari, yang akan menjadi kebiassan baik, dan dampaknya juga akan bermanfaat, meski hasilnya tidak bisa dilihat dan dirasakan secara cepat, namun setidaknya bisa bermanfaat untuk generasi yang selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H