Mohon tunggu...
Puji Asmoro
Puji Asmoro Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Emas Jakarta | Berkembang di Pesmadai

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Akhirnya Aku Mulai (1): Mengumpulkan Niat, Tantangan Awal

20 September 2024   20:00 Diperbarui: 20 September 2024   20:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Energi Tersembunyi di Balik Niat

Niat, dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sederhana---sebuah dorongan awal untuk melakukan sesuatu. Namun, apakah kita pernah merenungkan betapa besar energi yang terkandung dalam niat itu sendiri? Mengumpulkan niat bukanlah sekadar berpikir, "Saya akan melakukannya." Niat adalah fondasi dari semua tindakan, dan tanpa fondasi yang kuat, sebuah bangunan akan mudah runtuh. Begitu juga, tanpa niat yang solid, kita akan mudah terombang-ambing oleh keraguan dan rasa malas.

Bayangkan saja, berapa kali kita mengatakan akan mulai berolahraga, membaca buku, atau bahkan sekadar membersihkan rumah, tetapi berakhir dengan menunda-nunda? Ini bukan hanya masalah kurangnya waktu atau kesempatan, melainkan karena energi yang diperlukan untuk memulai tindakan tersebut lebih besar dari yang kita bayangkan. Energi ini tersembunyi dalam niat kita, dan jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi kita akan terus menunda, merasa terjebak dalam lingkaran setan niat tanpa tindakan.

Satu hal yang sering kali kita abaikan adalah bahwa mengumpulkan niat membutuhkan upaya mental yang besar. Kita harus melawan godaan untuk tetap berada dalam zona nyaman, mengatasi rasa takut gagal, dan melawan keraguan yang sering muncul dalam pikiran kita. Inilah mengapa mengumpulkan niat bisa terasa begitu melelahkan. Ketika kita berpikir tentang memulai sesuatu, otak kita langsung merespon dengan memunculkan berbagai alasan untuk tidak melakukannya. Ini adalah mekanisme pertahanan alami yang dirancang untuk menjaga kita dari stres atau situasi yang tidak nyaman.

Namun, apa yang terjadi jika kita selalu menyerah pada mekanisme ini? Kita akan terus terjebak dalam kondisi stagnan, di mana tidak ada kemajuan yang nyata. Inilah mengapa penting untuk memahami bahwa energi tersembunyi di balik niat harus diakui dan dikelola. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengambil langkah kecil yang dapat membantu kita membangun momentum. Langkah kecil ini, meskipun tampaknya tidak signifikan, bisa menjadi katalis untuk tindakan yang lebih besar.

Misalnya, jika kita berniat untuk mulai berolahraga, daripada langsung memaksakan diri untuk melakukan latihan berat, kita bisa mulai dengan berjalan kaki selama 10 menit setiap hari. Langkah kecil ini tidak hanya membantu kita mengumpulkan energi untuk tindakan yang lebih besar, tetapi juga membangun kepercayaan diri bahwa kita bisa melakukannya. Kepercayaan diri ini kemudian akan memperkuat niat kita, membuatnya lebih mudah untuk melanjutkan ke langkah berikutnya.

Selain itu, penting juga untuk menyadari bahwa niat yang kuat harus didukung oleh alasan yang jelas dan mendalam. Mengapa kita ingin memulai sesuatu? Apa manfaatnya bagi kita? Jika niat kita hanya didasarkan pada keinginan sesaat atau tren, maka energi yang kita miliki untuk melakukannya akan cepat habis. Namun, jika niat kita didasari oleh alasan yang kuat, seperti meningkatkan kesehatan atau mencapai tujuan jangka panjang, maka energi yang kita miliki akan lebih stabil dan tahan lama.

Dalam proses mengumpulkan niat, kita juga perlu mengatasi berbagai hambatan mental yang mungkin muncul. Salah satu hambatan terbesar adalah rasa takut gagal. Kita sering kali merasa cemas tentang apa yang akan terjadi jika kita gagal, dan kecemasan ini bisa menghancurkan niat kita bahkan sebelum kita mulai. Untuk mengatasi rasa takut ini, kita harus mengubah cara kita memandang kegagalan. Alih-alih melihatnya sebagai sesuatu yang harus dihindari, kita harus melihatnya sebagai bagian dari proses belajar. Setiap kali kita gagal, kita mendapatkan pelajaran berharga yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan diri di masa depan.

Energi yang tersembunyi di balik niat juga dapat ditemukan dalam motivasi internal kita. Motivasi ini adalah bahan bakar yang akan terus mendorong kita maju meskipun menghadapi berbagai tantangan. Ada dua jenis motivasi yang perlu kita perhatikan: motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi eksternal berasal dari faktor luar, seperti penghargaan, pengakuan, atau pujian dari orang lain. Sedangkan motivasi internal berasal dari dalam diri kita sendiri, seperti keinginan untuk berkembang, rasa puas atas pencapaian pribadi, atau tujuan yang ingin kita capai.

Meskipun motivasi eksternal bisa menjadi pendorong yang kuat, motivasi internal adalah yang akan membantu kita mempertahankan niat dalam jangka panjang. Ketika kita memiliki motivasi internal yang kuat, kita akan lebih tahan terhadap godaan untuk berhenti atau menyerah. Ini karena kita tidak hanya berusaha untuk memenuhi harapan orang lain, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun