Mohon tunggu...
Dini Pujiarti
Dini Pujiarti Mohon Tunggu... Penulis - Orang biasa, Indonesia

I Love nature, art, sastra, lingkungan, biologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jaga Aku dari Sampah

10 Juli 2020   20:35 Diperbarui: 21 Juli 2020   19:35 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku menjaga kalian dari ombak yang menerjang, tapi kalian menganggap aku sebagai tempat sampah" Mungkin itu kalimat yang bisa keluar jika mangrove bisa bicara.

Satu tahun yang lalu penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa yang bernama Pagatan Besar, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Desa ini sangat indah karena berada di pesisir pantai dan sepanjang pantai yang berlumpur banyak mangrove, sehingga dijuluki sebagai desa mangrove. 

Desa ini sudah terkenal dengan namanya yaitu ekowisata mangrove Pagatan Besar, jadi sangat mudah dicari dengan google map. Dari kota Banjarmasin ke desa Pagatan Besar memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam 48 menit dengan jarak kurang lebih 70,6 km, tapi akan lebih dekat jika dari kota Banjarbaru.

Selain mangrove yang menjadi tujuan utama wisatawan, juga terdapat beberapa pantai yang masih cukup bersih dan terawat, contohnya yaitu pantai THR. Di mangrove pada musim air surut, waktu itu penulis KKN di bulan Juli, banyak sekali si ikan terbang alias Timpakul atau Mudskipper, bisa dibilang jutaan timpakul. 

Penulis sangat beruntung waktu itu, karena bisa melihat timpakul yang berbagai macam jenisnya. Keberadaan timpakul juga menjadikan desa ini sebagai tujuan utama peneliti yang tertarik dengan kehidupan si ikan bisa jalan. 

Timpakul. DokPri
Timpakul. DokPri

Masyarakatnya rata-rata berprofesi sebagai nelayan, petani dan peternak. Uniknya di desa ini, sapi juga banyak sekali dan dibiarkan bebas berkeliaran, jadi kalau ada sapi di depan rumah itu sudah biasa. 

Ketika di desa lain ada acara baik pernikahan, pesta rakyat, itu pengumumannya beda dari yang lain, yang keren itu undangan pernikahan kepada penduduk desa diumumkan dengan menggunakan speaker yang di pasang di mobil terus mobilnya jalan keliling desa menyampaikan amanah dari yang punya hajatan.

Mengumpulkan sampah di sekitaran mangrove adalah proker KKN penulis. Tempat ini terlalu cantik untuk dicemari sampah. Apa masyarakat tidak peduli dengan lingkungan? Oh salah..! Masyarakat begitu peduli dengan masa depan mangrove, mereka juga ada komunitas yang fokus terhadap kelestarian mangrove. Tapi memang sampah terlalu banyak, lalu dari mana sampah itu datang? Sampah-sampah itu datang dari laut. 

Masyarakat mengeluhkan dan bingung harus bagaimana lagi. Bahkan beberapa bulan lalu, setelah KKN usai, penulis juga melaksanakan praktikum lapangan ke Pagatan Besar lagi, diantara kegiatannya adalah membersihkan lingkungan mangrove.

Banyak sekali sampah yang ada di mangrove, penulis dan kawan-kawan mahasiswa juga sempat didatangi warga sekitar yang mengucapkan terima kasih karena sudah membantu membersihkan mangrove. Masalah sampah seakan tidak ada habisnya, selalu sampah, sampah lagi dan sampah terus.

Sebenarnya banyak juga papan peringatan yang dipasang untuk menghimbau masyarakat, wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Ada juga spanduk, banner yang pada akhirnya juga menjadi sampah di mangrove, karena rusak diterjang hujan, badai. 

Sempat terucap dari warga yang mendatangi penulis waktu itu, tapi penulis lupa siapa nama bapak tersebut, yang jelas beliau adalah pengurus mangrove, beliau mengutarakan tentang gagasannya yaitu bagaimana mengatasi masalah sampah dari laut, beliau mengatakan "Nanti bisa saja di pasang jaring yang panjang di bibir pantai untuk menangkap sampah-sampah dari laut, tapi ya itu perlu biaya besar" kurang lebih seperti itu yang diucapkan beliau, semoga beliau selalu sehat.

Kesadaran diri yang sangat tinggi harus kita miliki. Mangrove menjadi pelindung kita dari abrasi pantai, pelindung kita dari terjangan badai, ombak laut. Mangrove menjadi habitat satwa, tempat tinggalnya timpakul. 

Nanti kalau mangrove rusak, timpakul tinggal dimana? Kasihan timpakul. Ekowisata mangrove bisa meningkatkan ekonomi atau pendapatan daerah, jika benar-benar diperhatikan. Jangan sampai mangrove menjadi korban kebringasan manusia, jadi INGAT BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA....!!!!

Mungkin itu sedikit ulasan tentang Mangrove di Pagatan Besar, jangan lupa masukkan ini ke daftar tempat wisata yang harus dikunjungi. Kalau kamu beruntung, kamu bisa dapat tempat tersembunyi disana yang hanya warga setempat yang tahu. 

Pantai THR. DokPri
Pantai THR. DokPri

Oh iya, kalau kalau berkunjung kesini, sampahnya diambil dan dibawa pulang atau nanti buang ke tempat sampah. Disana harga seafood murah loh.. di jamin betah, tapi bingung mau bermalam dimana? Tenang... di sana ada rumah yang disewakan ko... Penulis juga berharap kapan-kapan bisa main ke Pagatan Besar lagi, soalnya disana banyak anak-anak dari Penulis yang pintar ngaji... Semoga mereka sehat selalu.. Aamiin..

, oleh: Mangrove Pagatan Besar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun