Mohon tunggu...
puji aris
puji aris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Kedokteran Hewan Unair

mahasiswa aktif

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kucing Sering Keluar Masuk Kotak Pasir, Bahayakah?

13 Februari 2023   21:57 Diperbarui: 13 Februari 2023   22:09 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan perilaku kucing dengan sering keluar masuk kotak pasir menjadi salah satu tanda adanya masalah pada sistem urinary. Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan Feline Urologic Syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing terutama kucing jantan. Hal ini karena anatomi uretra kucing jantan lebih panjang dan berbentuk selongsong yang mempermudah kejadian pengendapan kristal. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria (VU) dan uretra kucing. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penumpukkan mineral di kandung kemih. 

Vesica urinaria kucing yang mengalami obstruksi uretra akan teraba besar, tegang, dan keras karena terisi penuh oleh urin. Tidak hanya kucing jantan, kucing dengan berat badan berlebih juga berisisko alami FLUTD. Kucing yang kelebihan berat badan atau obesitas cenderung memiliki gaya hidup pasif sehingga lebih berisiko mengalami  FLUTD dibandingkan kucing dengan berat badan sehat dan gaya hidup aktif. Kucing senior juga lebih rentan terhadap penyakit ginjal kronis dan penyakit sistematis lainnya.

Beberapa tanda- tanda yang tampak diantaranya, sering keluar-masuk kotak pasir, mereka akan mencoba buang air kecil lebih sering dan volume kencingnya hanya sedikit bahkan tidak meninggalkan bekas urine atau kotoran,  menunjukkan tanda rasa sakit saat buang air kecil.  Urin mungkin berwarna kemerahan karena ada darah di dalam urin, mengejan lebih lama dari biasanya di kotak pasir, sering buang air kecil sembarangan, sering menjilat daerah kelamin, tidak selera makan atau minum hingga terlihat lemas.

Beberapa treatment untuk penangan pertama yang dilakukan untuk menangani kasus FLUTD adalah pemasangan kateter, cystocentesis, hingga urethrostomy yang sebelumnya telah dilakukan pijat uretra atau "milking technique" selama beberapa menit pada uretra yang sudah dilubrikasi. Kateterisasi atau terapi flushing bertujuan untuk membantu pengeluaran urin yang diduga terdapat kristal mineral pada VU. Selain itu perawatan yang dilakukan pada kasus FLUTD yaitu terapi cairan dengan larutan Ringer Laktat melalui intravena. 

Nutrisi pakan yang diberikan harus diperhatikan juga dengan extra yaitu pakan komersial dengan label khusus urinary dan Recovery Wet Food. Pastikan juga kucing minum air sesuai dengan kebutuhannya. Jika kucing tidak mau minum, gunakanlah pipet untuk memasukkan air ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit. Lakukan dengan lembut agar kucing tidak stress. Jauhkan hal-hal yang bisa membuatnya stres, misalnya menjauhkannya dari suara bising, kucing atau hewan yang galak, dan lain sebagainya agar tidak memperparah kondisi dan mempercepat proses penyembuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun